Menelusuri Hijrah
Gambar ilustrasi |
Oleh; Muhammad Fikri*
Hijrah merupakan anjuran nabi Muhammad saw. Walaupun
setiap tahun kita memperingati hijrah Nabi Saw, namun sangat sedikit kaum
muslimin memahami urgensi hijrah dimaksud. Bahkan kita belum mampu mencerna apa
tujuan dan bagaimana mencapai kesempurnaaan hijrah.
Hijrah juga menyimpan banyak hikmah yang bisa
direalisasikan dalam kehidupan ini. Makna hijrah pula tidak hanya terbatas pada
suatu perpindahan dari satu tempat ke tempat yang lain, bahkan lebih dari itu berpindah
dari suatu keburukan menuju kebaikan itu juga diartikan hijrah. Seseorang
berusaha meninggalkan kemaksiatan juga bisa diartikan sebagai hijrah, sama
seperti halnya ketika seseorang menjunjung tinggi perintah Allah Swt dan
Nabinya berarti ia telah menjalankan makna hijrah.
Pada dasarnya tujuan hijrah yaitu berpindah dari dārul
kufur menuju dārul Islam. Konteks ini masih sangalah umum, bisa saja
diartikan seorang berpindah dari kafir menjadi Islam yaitu berpindah dari
iktikad yang salah menuju iktikad yang benar. Atau seseorang berubah dari
segala kejahilan utuk menjadi ‘alim atau bahkan bisa juga dikatakan
meninggalkan segala bentuk ketepurukan menuju kemaslahatan demi mencapai ridha
Allah swt.
Hijrah bisa diartikan menjadi dua, pertama hijrah secara
makaniyah, hijrah ini telah digambarkan oleh Rasulullah Muhammad Saw bersama
sahabatnya ketika hijrah dari Mekkah menuju Madinah, hijrah ini tentunya tidak
terlepas dari pada ancaman dan siksaan dari kaum musyrik Quraisy yang membuat
beliau harus berhijrah. Hijrah yang dilakukan oleh Rasulullah Saw memberi
pengaruh yang signifikan bagi beliau dan sahabatnya juga bagi kehidupan
masyarakat Madinah.
Yang kedua adalah hijrah secara maknawi, hijrah ini
adalah hijrah yang sering dilaksanakan oleh sebagian orang yang bisa saja kita
analogikan yaitu meninggalkan segala bentuk larangan yang dilarang oleh Allah
Swt dan melaksanakan segala perintahnya atau bisa juga kita katakan
meninggalkan hal yang buruk kepada yang baik dan dari yang baik kepada yang
lebih baik.
Ada banyak hikmah dbalik rahasia peristiwa hijrah
tersebut antar lain ketika seseorang ditimpa kegagalan maka tidak mesti
kegagalan tersebut menbuat dia berputus asa terhadap tujuan dan maksud yang ia
inginkan. Jika manusia mengalami kegagalan disuatu tempat maka hendaklaklah ia
berhijrah ketempat yang lain untuk mencapai kesuksesan.
Hal ini sudah sangat jelas sebagaiman yang telah
tergambar ketika hijrahnya Nabi ke Madinah, saat itu suasana tanah Mekkah tidak
memungkinkan beliau untuk terus berdakwah atas segala akhlak dan kedzaliman
kaum kafir quraisy terhadap Nabi dan sahabatnya. Begitu pula dengan kita ketika
tempat itu tidak lagi sesuai alangkah baiknya mencari tempat yang layak. Jadi
tidak hanya semata-mata berputus asa dan terus berada dalam keterpurukan.
Ini memberi pelajaran bahwasanya manusia hendaklah
mencari lingkungan yang sehat dan baik untuk mendukung tujuan dan maksud dalam
mencapai sebuah kesuksesan karena secara realita lingkungan sangatlah
berpengaruh dalam pembentukan karakter dan watak seseorang
Hijrah secara maknawiyah jauh lebih sulit untuk
direalisasikan oleh setiap orang bahkan membutuhkan pengorbanan dan keseriusan
lebih tinggi.
Banyak hal yang harus kita pelajari lewat peristiwa hijrah Nabi
Saw, mulai dari pengobanan yang tidak
lain ialah pengorbanan meninggalkan
kempung halaman, keluarga bahkan jiwa dan nyawa. Mulai dari serangan kaum
musyrik baik berupa pelecehan, penyiksaan bahkan pembunuhan.
Namun keteguhan dan pengorbanan beliau tidak pernah pudar
demi menegakkan kalimatul haq. Bagaimana dengan kita selaku umat beliau,
apa yang telah kita korban demi agama, pengorbanan apa yang telah kita berikan
untuk membela agama kita. sudahkah kita berdoa bagi saudara kita yang mungkin
hingga saat ini tidak bisa menghirup udara segar seperti seperti Palestina,
Suria dan yang lainnya yang mungkin mereka lebih berhak untuk berhijrah secara
fisik.
Untuk saat ini yang perlu kita benahi adalah hijrah
secara maknawi atau bisa dikatakan hijrah secara hati, yaitu memberantas segala
bentuk kemungkaran mulai dari kemaksiatan kepada Allah Swt, atau terhadap diri
sendiri, bahkan kemaksiatan terhadap orang lain. Baik itu pemberontakan,
korupsi, perkelahian, pemerkosaan, pembunuhan serta rakus terhadap harta dan
kedudukan.
Sangat tidak ironis ketika hukum telah dipermainkan
apalagi itu adalah hukum Allah Swt yang selayaknya harus dijalankan sebagaimana
mestinya. Alangkah sayangnya jika hukum telah berubah menjadi hukum rimba,
siapa yang kuat atau yang berkuasa dialah yang menang
Diawal tahun hijrah ini marilah kita berintopeksi diri,
dari berbagai pelajaran hijrahnya Nabi saw. Janganlah kita seperi angin, kemana
arusnya kesanalah kita berada sabagai mana perkataan ali bin abi thalib ‘kebenaran yang tidak
tertata rapi akan dikalahkan oleh kebatilan yang tertata rapi”, tapi kita
harus mempunyai pengaturan prinsip yang
kokoh dan keteguhan yang kuat sebagaimana yang telah diajarkan oleh Rasulullah
Saw.
Jadikanlah awal tahun hijrah Islam ini sebagai moment untuk memperbaiki
diri demi mencapai masa depan yang cemerlang di dunia dan akhirat. Walaupun
penuh onak dan duri, tapi yakinlah petolongan Allah itu begitu dekat dengan
hambanya.
Posting Komentar