Musim Kemarau Melanda Umat*

http://atjehtoday.com/

Oleh: Tgk. Husni Nazir, Lc.

Pertama kali Rasulullah menginjakkan kaki di kota Madinah, Rasulullah langsung memikirkan untuk membangun daulah Islamiah yang pertama. Kedatangan Rasulullah menjadi rahmat tersendiri bagi dua kabilah  besar yang merupakan penduduk asli Madinah ketika itu yaitu Al Aus dan Al Khazraj. Dua kabilah ini terlibat perang saudara dalam periode yang cukup lama. Perseteruan diantara mereka ditunggangi oleh yahudi yang mengungsi ke Madinah, mereka adalah Bani Qaraidhah, Bani Nadhir, dan Bani Qainuqa’.

Namun siapa yang tau, terkadang kemudaratan justru membawa manfaat. Perseteruan yang terjadi menjadikan penduduk Madinah mencari-cari jalan keluar untuk kembali hidup aman dan tentram, tanpa diusik dengan ancaman perang setiap saat.

Kondisi ini seolah memang dipersiapkan oleh hikmah ilahiah untuk menyambut kedatangan Islam, yang akan mempersatukan mereka. Rasulullah dan agama Islam yang dibawanya pun disambut oleh penduduk Madinah dengan penuh suka cita.

Pondasi yang paling mendasar dari sebuah Negara adalah persatuan. Rahasia ini jelas nampak ketika Rasulullah langsung membangun Mesjid begitu Rasulullah sampai ke Madinah. Mesjidlah yang menjadi benteng utama untuk menumbuh suburkan persatuan dan ukhuwah Islamiah.

Mengingat pentingnya persatuan umat, untuk menjaganya Islam mensyariatkan tiga pilar penting dalam Islam. Masing-masing dari ketiga pilar ini mempunyai ruang lingkup yang berbeda-beda, yang namun kesemuanya bermuara kepada hikmah besar dalam mempertahankan tali persatuaan umat. Ketiga pilar tersebut adalah Salat jemaah, Salat Jumat dan Ibadah Haji.

Eksistensi tiga pilar utama persatuan umat

Salat jemaah menjadikan umat Islam bertemu lima kali setiap hari. Selain dapat memupuk rasa kasih sayang sesama, pertemuan ini juga bisa menjadi momen untuk memecahkan berbagai masalah yang menimpa setiap person masyarakat ataupun masalah bersama.  Disamping itu, ia merupakan palu ampuh untuk memecahkan tembok pemisah antar umat, serta menghilangkan jurang perbedaaan derajat yang biasa menjadi tolak ukur diluar mesjid. Ini dalam ruang lingkup masyarakat yang kecil.

Sedangkan untuk yang lebih besar, seperti antar kampung, kelurahan atau sebuah kecamatan dan kota, setiap seminggu sekali Islam mensyariatkan Salat Jumat bagi laki-laki yang telah memenuhi syarat-syarat taklif.

Pensyariatan salat Jumat tidak luput dari hikmat besar yang ingin disampaikan kepada umat Islam. Selain ubudiah seorang hamba kepada sang Khalik, salat Jumat juga berhikmah menjaga persatuan dan tali silaturahmi sesama saudara seislam.

Oleh karena umat penganut Islam tersebar ke seluruh pelosok dunia. Nah, lantas bagaimankah cara agar semua umat Islam yang tersebar tersebut bisa menyatu satu sama lainnya? Islam punya jawabannya, yaitu melalui pensyariatan Ibadah Haji.

Setiap Musim haji seluruh umat Islam dari berbagai dataran datang mengunjungi Mekkah untuk melaksankan ibadah Haji. Ini merupakan kesempatan besar bagi umat Islam untuk mengenal satu sama lain antara umat Islam yang terpisah oleh benua yang berbeda-beda.
Jika kita melirik umat Islam ketika mereka berkumpul di Mekah, gamblang terlihat bahwa kita adalah umat yang satu seperti yang di kabarkan Al Quran.

Sungguh, inilah umatmu, umat yang satu, dan Aku adalah tuhanmu, maka sembahlah Aku. (Al Anbiyak: 92).

Ketika itu mereka memakai pakaian yang sama, dengan bentuk dan warna yang sama. Tujuan merekapun satu, yang mereka harapkan pun sama, semuanya datang memenuhi undangan Allah SWT.

Bukan hanya tubuh mereka yang bersatu bahkan arwah merekapun satu. Terbayang dalam ingatan mereka ketika itu, seolah mereka sedang berdiri didepan sirat, disisi kiri mereka neraka, disisi kana mereka syurga.

Mulut mereka tidak lepas dari tasbih dan takbir, bermunajat kepada Allah. Tak lupa pula mereka mendoakan kepada umat Islam, agar Allah menolong umat Islam untuk keluar dari paceklik yang sedang melanda umat.

Kemarau melanda umat

Namun sayang. Musim hajipun berlalu, sebagian mereka kembali mengejar harta dunia, jabatan dan kedudukan, segala wasilah pun dihalalkan untuk mendapatkannya, seolah tidak ada Allah yang melihat.

Sebagian mereka bahkan lupa akan apa yang Allah SWT. Katakan, “Sesungguhnya ini adalah umatmu, umat yang satu.” Bukan malah memperkuat persaudaraan, tapi malah menjadikan umat Islam terpecah belah, hanya karena hawa nafsu.

Sebagian mereka malah berani mengatakan “Kamilah golongan terpilih itu, kamilah kelompok yang paling berhak dengan syurga Allah, Kamilah jamaah yang diridai oleh Allah, Sesungguhnya Rasulullah bersama kami, jalan seperti kamilah yang Rasulullah gariskan.”

Padahal di waktu yang sama seolah Allah SWT. Mengatakan kepada Rasulnya Muhammad Saw. “Ya Muhammad Sesungguhnya engkau bukanlah dari golongan mereka (Lasta minhum fi syaik).”

Apabila kita kembali ke awal tulisan, kita akan mendapati bagaimana Islam sangat mengharapkan sebuah persatuan dari umatnya, bukan perpecahan dan persengketaan. Tidak cukupkah Al Quran sebagai ajaran kita, atau malah kita telah jauh darinya sehingga kita tersesat ditengah terangnya siang hari.

Al Quran mengatakan “Sesungguhnya ini adalah umatmu, umat yang satu.” Tetapi mereka malah tergesa-gesa mengatakan “ Sesungguhnya daging mukmin adalah halal, sedangkan daging kafir itu adalah haram.

Al Quran mengatakan, “dan orang-orang yang bersama dengan dia (Rasulullah Muhammad Saw) bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka.” Mereka malah mengatakan, “ Tidak, orang mukmin itu lebih berhak kita bunuh dari pada kafir.”

Mari bayangkan saat-saat kita berhadapan di mahkamah Allah, ketika kita mempertahankan amalan dan nasib k diatas mizan amalan. Kemudian Allah bertanya, kenapa kalian berpecah belah, bukankah Aku telah menurunkan Al Quran kepada kalian, dan aku syariatkan berbagai hukum untuk menjaga ukhuah kalian.
Apa yang akan kita jawab?

Sedangkan Ketika itu Rasulullah menjawab, “ Ya Tuhanku, Sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al Quran ini menjadi diabaikan.”

Ya Rabb! Jika ini adalah zaman fitnah, jadikanlah kami orang-orang yang mampu meng-ishlah diri dan orang-orang terdekat kami. Jangan ambil kami secara tiba-tiba, sedang kami sedang sibuk menabur benih perpecahan diantara umatmu.
Amin ya rabbal ‘Alamin.


*Intisari Khutbah Jum’at Syeikh Thaha Hubaisy, 22 Agustus dan 5 September 2014, di Madinah Bu’uts Islamiah.

Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top