Resensi; Kitab Al Imta’ Syekh Hisyam Kamil
Kitab Al-Imta' |
Oleh:
Tgk. Husni Nazir, Lc.
Judul kitab : Al Imta’ bi Syarh Matn Abi Syuja’
Penulis : Syeikh Hisyam Kamil
Penerbit :
Dar Al Manar
Tanggal terbit : 2011
Cetakan :
Pertama
Halaman :
463
Kategori :
Fikih
Teks :
Bahasa Arab
Al Imta’ bi Syarh Matn Abi Syuja’
Secara bahasa al-imta’ bermakna sesuatu yang nikmat, dan bermanfaat.
Ini sesuai dengan harapan pengarangnya Syeikh Hisyam Kamil, yang meniatkan
kitab ini bisa bermanfaat dan dinikmati oleh para pemula yang ingin menekuni
fikih dalam mazhab Imam Syafii rahimahullah.
Dari judul dapat kita ketahui bahwa kitab ini merupakan
syarah bagi kitab Matn Abi Syuja’, yang mempunyai nama asli Matn Al-Ghayah wa
Al-Taqrib.
Kitab Matn Abi Syuja’ karangan Al-Qadhi Abu Syuja’Ahmad
bin Al-Husain bin Ahmad Al-Ashfahaniy (wafat tahun 593 H), merupakan diantara kitab
terbaik dalam fikih Syafii. Meski berukuran mini, namun di dalamnya tercakup
seluruh bab fikih. Selain itu ia juga mempunyai tertib pembahasan yang sangat
indah.
Oleh karena itu, kita mendapati para ulama sepanjang
zaman tak mau jauh dari kitab ini. Sebagian mereka ada yang berusaha menjadikan
kitab ini lebih lengkap dengan meletakkan syarah, seperti kitab Kifayat Al-Akhyar
karangan Imam Taqiyuddin Al-Dimasyqiy (wafat tahun 829 H), Fath Al-Qarib
karangan Imam Syamsuddin Muhammad bin Qasin Al-Ghazzi (wafat tahun 918 H), Al-Iqna’
karangan Imam Muhammad Al-Syarbaini Al-Khathib (wafat tahun 977 H). Ada juga
yang melengkapinya dengan dalil pada setiap hukum yang disebutkan oleh Abu
Syuja’, seperti Kitab Al-Tahzib fi Adillat Ghayah Al-Taqrib karangan Dr.
Mushtafa Dib Al-Bugha.
Kitab Imta’ yang sedang kita bahas ini merupakan salah
satu diantara syarah Matn Abi Syuja’ tersebut. Namun kita bisa melihat
perbedaan mencolok antara kitab Syeikh Hisyam Kamil ini dengan syarah lainnya,
yaitu dari segi tahun penulisannya.
Tiga syarah di atas semuanya dikarang sebelum abad ke 11
Hijriah. Tentunya padanan bahasa yang digunakan sesuai dengan kondisi bahasa
Arab pada zaman tersebut, masih kental dan susah untuk dipahami dengan kadar
bahasa Arab pas-pasan.
Sedangakan Imta’ adalah kitab karangan ulama Al Azhar
yang hidup dizaman sekarang. Bahasa yang digunakanpun sudah dipermudah sedemikian
rupa sehingga nikmat terasa bagi para pelajar. Syekh Hisyam juga menambahkan
banyak taqsim, tanbih, dan masalah-masalah yang sangat urgen
untuk diketahui.
Al-Imta’ sangat cocok diajarkan di pondok-pondok
pesantren modern Aceh sebagai mata pelajaran fikih, dari pada berpegang pada
buku panduan Departemen Agama. Bahkan lebih cocok dibandingkan dengan kitab semisal
Kifayat Al Akhyar dan lainnya, dikarenakan bahasa para murid yang masih lemah.
Kitab ini cukup sebagai modal dasar untuk mengetahui
hukum-hukum fikih, sebelum melanjutkan ke kitab-kitab selanjutnya. Disamping
itu, kitab ini bisa dikejar melalui kurikulum aliyah dalam waktu tiga tahun.
Dalam pendahuluan kitabnya beliau mengatakan, “Diantara
karunia Allah yang paling besar kepadaku adalah ketika Allah menjadikanku salah
seorang yang sempat meneguk ilmu di Al-Azhar Al-Syarif. Sehingga aku bisa
merasakan ilmu dan berkah dari Syekh Al-Azhar. Ketika kami masih dibangku ibtidaiyyah
dan tsanawiyah kami telah diajarkan kitab Matn Abi Syuja’ dengan cara
mengahafal setelah kami memahaminya terlebih dahulu.
Aku berkeinginan untuk mensyarah kitab ini (Matn Abi
Syuja’), yang mudah dipahami dan singkat. Sebagai batu pijakan untuk
syarah-syarah lainnya, dan menjadi buku pegangan bagi para pemula dalam
menuntut ilmu.”
Sekilas tentang Syeikh Hisyam Kamil
Syeikh Hisyam merupakan ulama Azhar yang mampu menggabungkan
dua metode belajar sekaligus, pendidikan formal dan sistem talaqqi yang
merupakan metode para ulama terdahulu dalam menuntut ilmu.
Pendidikan formal strata
satu beliau tempuh di Universitas Al Azhar Fakultas Syariah Wal Qanun tahun
1995. Selanjutnya beliau melanjutkan program megister
di Fakultas Fikih Islam, Institut John Hever, Inggris dan lulus pada
tahun 2008. Gelar doktor juga beliau peroleh dari jurusan dan universitas yang
sama, tahun 2012.
Diruang
talaqqi beliau adalah murid kesayangan Syekh Ali Jum’ah, mantan mufti mesir, Syekh
Mushthafa Isma’il Al Adawiy imam mesjid Al Azhar, Syekh Al Hushaini Yusuf,
Syekh Murad An Naqsyabandiy dan para syekh Al Azhar lainnya.
Sebelum mengarang kitab ini, Syeikh Hisyam telah
mensyarah kitab ini di hadapan para thullab sebanyak lima kali di Mesjid
Al-Dhahir Baibars, dan sekali di mesjid Imam Husein, Kairo.
Pengakuan para syekh Al Azhar
Penulis pernah melihat dan mendengar sendiri pengakuan
dari salah satu Ulama Azhar tentang kesalehan Syekh Hisyam. Suatu hari ketika
kami akan memulai pengajian rutin dengan Syekh Jamal Faruq (Ulama besar bidang
tauhid dan aqidah) di mesjid Al Azhar, tiba-tiba Syeikh Hisyam masuk dengan
membawa berkas fotokopy, yang kemudian kami tau adalah syarah kitab Kharidah Al Bahiyah karangnya
yang akan diserahkannya kepada penerbit.
Beliau datang menghampiri Syeikh gamal dengan mengajukan
kitabnya. “Ini Maulana (panggilan untuk para Syekh) kitab yang akan saya cetak,
saya minta doa dari maulana agar kitab ini bermanfaat dan berkah.”
Setelah mendapat doa dan restu lantas Syekh Hisyam keluar
meninggalkan pengajian. Syeikh Jamal mengatakan, “Dia orang saleh, setiap kali engkau
melihat wajahnya pasti akan merasa senang.”
Posting Komentar