Karena Allah Menyayangi Hamba-Nya
Google Image |
Disarikan oleh Husni Nazir, Lc dari khutbah Jum‘at Syeikh Yusri Said Jabr, di Mesjid Al-Asyraf, Muqattam.
Tujuan dari cobaan adalah kesabaran. Setiap cobaan yang dihadapi dengan sabar adalah momentum untuk menaikkan level seseorang di depan sang Khaliq. Seorang muslim selalu melangkah satu tangga setiap satu cobaan berlalu.
Kesabaran tak hanya dituntut ketika cobaan itu sedang menimpa. Sabar juga dibutuhkan dalam mengambil sikap setelah ujian itu terjadi. Tak sedikit orang yang mampu bersabar ketika cobaan datang, namun gagal mempraktekkan makna sabar dalam sikap selanjutnya. Terkadang sebagian malah terjerumus dalam maksiat.
Menjalani hidup di dunia taklif ini tidaklah mudah. Setiap langkah selalu ada batu besar yang siap menguji keteguhan, dalam meniti jalan setapak menuju keridhaan Allah Swt. Salah jika seseorang berfikir bahwaia telah mencapai titik aman setelah berikrar Amantu billah (aku beriman kepada Allah). Ikrar tersebut akan Allah ujikualitasnya dengan bala dan cobaan.
Seseorang yang mampu bersabar dari setiap musibah, dan kemudian terus bersabar setelah masa-masa ujian tersebut dengan tetap taat kepada Allah. Maka tatkala itu ia telah sampai kepada derajat Al-Ma'iyyah. Sesungguhnya Allah ‘bersama’ orang-orang yang beriman.
Apabila hal ini mampu terus dipraktikkan, maka ia akan sampai pada derajat Ar-Ridha. Pada posisi ini, tak ada lagi yang namanya bala, cobaan dan ujian sama-sama terasa nikmat baginya. In lam yakun bika ‘alayya ghadhab fala ubali (selama engkau (ya Allah) tidak murka kepadaku, aku siap menerima apapun ketentuan-Mu).
Kadangkala Allah mengambil sesuatu yang (kita sangka) sangat berharga serta berarti bagi kita. Lantas kita menganggap bahwa Allah tidak sayang kepada kita. Lalu berputus asa dan beralih kepada hal-hal yang tidak diridhai oleh Allah.
Setelah sekian lama menunggu, akhirnya Nabi Ibrahim dikaruniakan seorang anak, yaitu Ismail. Namun Allah disini ingin menguji Ibrahim as. Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk menjauhkan Isma‘il as. darinya. Ibrahim diperintahkan untuk menempatkan Isma‘il di suatu tempat yang tak berkehidupan. Tentu ujian itu sangatlah berat bagi Ibrahim as.
Apakah Allah tidak sayang dengan Nabi Ibrahim? Tentu sayang. Allah hanya tidak ingin hati Ibrahim as. terpaut dengan anaknya. Allah tidak ingin cinta Ibrahim terbagi kepada Ismail (tentunya juga dengan berbagai hikmah lainnya, hanya Allah yang mengetahuinya).
Ketika suatu musibah menimpa, sesuatu yang disayangi diambil kembali oleh Allah, harapan yang dicitakan tidak kunjung datang, itu tidak berarti bahwa Allah tidak sayang kepada hambanya. Barangkali hati si hamba terlalu terpaut dengan cita-cita dan impiannya tersebut. Lalu Allah ingin mengebalikannya kepada jalur yang benar. Cinta yang hakiki hanya untuk Allah.
Posting Komentar