Mengupas Tafsir Isyari Bersama Teungku Syukran Abubakar Lc.

Pemeteri sedang mendengarkan masukan peserta 
Hari Selasa tanggal 28 April 2015 menjadi hari penutup kajian fakultatif Keluarga Mahasiswa Aceh Mesir (KMA) term kedua. Pada kajian ilmiah ini, hadir pemateri kandidat Master Tafsir Universitas Al-Azhar Mesir, Teungku Syukran Abubakar Lc, beliau mengangkat permasalahan Tafsir Isyari. Makalah yang berjudul Metodologi Tafsir Alquran, Studi Analisis Terhadap Tafsir Isyari ini mendapat respon yang hangat dari peserta Zawiyah.

Teungku Syukran Abubakar dalam makalahnya turut mengungkapkan pendapat Imam Al-Zarqani dalam mendefinisikan Tafsir Isyari, yakni sebuah upaya pentakwilan Al-Quran berbeda dengan zahirnya karena ada isyarat-isyarat tersembunyi yang hanya tampak bagi ahli suluk dan ahli tasawuf serta memungkinkan mengkropomikan antara makna yang tersembunyi dengan makna yang dhahir yang menjadi maksudnya juga. 

Ada banyak sekali pencerahan yang dipaparkan Teungku Syukran Abubakar tentang Tafsir Isyari terkait hukum, argumen para ulama, dalil-dalil dan sejarah yang berkaitan dengan Tafsir Isyari. Di akhir makalahnya Teungku Syukran Abubakar menyebut bahwa boleh-boleh saja menerima Tafsir Isyari selama memenuhi syarat-syaratnya.

Partisipasi dari forum kajian ilmiyah ini menambah suasana keilmuwan sedemikian kental, Teungku Mukhlis Ilyas Lc memanfaatkan sesi tanya jawab dengan beberapa pertanyaan antara lain tentang perbedaan takwil dan tafsir, tentang penafsiran al-quran yang dilakukan syiah Rafidhah. 

Teungku Fitra juga mengambil celah dengan menanyakan pertanyaan yang cukup bombastis tentang perbedaan Tafsir Bathini dan Tafsir Isyari, beliau mempertegas lagi bahwa yang menafsirkan Tafsir Isyari ini bukan sembarang orang, harus ada syarat-syarat Ulul Ilmi, Laduni, Arif Billah untuk menafsirkan Al-quran secara Isyari.

Teungku Rahmad Puteh turut mengambil bagian dalam forum ilmiyah ini, beliau menyentuh ranah tafsir di Indonesia yang populer dengan tafsir Misbahnya Prof. Quraisy Shihab. Teungku Hendri juga menyentuh permasalahan yang terjadi dalam lingkup UIN Ar-Raniry. Khususnya terkait pemisahan antara jurusan Tafsir dengan Hadits, pertanyaan ini dijawab Teungku Surianto, MA bahwa sebaiknya UIN memisahkan antara jurusan Tafsir dan Hadits. 

Pemateri Teungku Syukran turut mempertegas sambil berguyon jika jurusan ini dipisahkan maka akan terasa manfaat kelimuwannya juga akan terbuka pula lapangan kerja. Teungku Amri Fatmi berpadangan sebaliknya bahwa ada perbedaan studi, dimana Azhar lebih berorientasi kepada Shinaah sedangkan UIN lebih kepada wawasan saja, namun tidak tertutup kemungkinan jika suatu saat ada inovasi yang dilakukan di UIN tersebut.

Di akhir sesi tanya-jawab, Teungku Husni juga mengomentari tentang aktivitas anak-anak muda sekarang yang gemar melakukan Tadabbur Al-Quran tanpa diimbangi ilmu agama dan mengesampingkan ilmu tafsir. Tak ketinggalan Teungku Rizki juga turut ambil andil menanyakan perihal tafsir kauniyah.

Teungku Awwaluz Zikri mengomentari makalah ini dalam sesi bengkel tulisan, diksi tulisan juga turut menjadi koreksi musyrif. Makalah ilmiah ini akan turut memperkaya khazanah keilmuan khususnya bidang tafsir, juga diharapkan akan memancing peserta forum kajian Zawiyah KMA lainnya untuk menambah khazanah keilmuan lewat tulisan ilmiah. Acara kemudian ditutup dengan sajian Mie Aceh racikan Chef Teungku Bustami Muhammad.[azmi]

Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top