Kesenangan Seorang Muslim

 
Google Image

Oleh: Alvin Nur Hazafat, Lc.*

Kebanyakan manusia ketika berkumpul akan berbicara tentang kenikmatan-kenikmatan yang Allah berikan kepada mereka, dan kebiasaannya mereka melupakan antara nikmat tersebut dengan yang “memberi nikmat”.


Mereka berbicara tentang harta benda, kesehatan, anak-anak, ilmu, kesuksesan, binatang ternak, kebun-kebun dan berbagai macam nikmat yang Allah berikan kepada mereka, akan tetapi mereka tidak menghubungkan nikmat yang mereka peroleh dengan Yang Maha Pemberi Nikmat, Allah Yang Maha Esa. Dan tipe orang yang seperti ini, dengan kenikmatan yang ia peroleh tidak akan menguatkan iman mereka, kesenangan mereka dengan nikmat tersebut adalah kesenangan yang tercela.

Sesungguhnya Qarun adalah orang yang Allah anugerahkan kepadanya harta yang banyak, sehingga kunci tempat simpanan hartanya tersebut tidak mampu dibawa oleh kelompok laki-laki yang kuat, saking banyaknya! Maka bayangkan seberapa banyak hartanya yang tersimpan tersebut yang terdiri dari permata, emas, perak dan lainnya!? Dan semuanya terkunci di tempat penyimpanan, sebagaimana firman Allah di dalam surat Al-Qashas ayat 76 “dan Kami telah menganugerahkan kepadanya (Qarun) perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat”. Akan tetapi Qarun melupakan antara nikmat dengan Sang Pemilik Nikmat, dia hanya melihat pada diri sendiri dalam memperoleh nikmat tersebut, maka kesenangan Qarun ini disebut dengan kesenangan yang tercela.

Contoh lain dari kesenangan tercela juga termasuk ketika seseorang yang mendaftarkan anak-anaknya ke universitas dan kemudian anaknya tersebut mampu menyelesaikan studinya sehingga di antara mereka ada yang menjadi guru, dokter, insinyur, atau pun pengusaha. Kemudian anak mereka menikah, mempunyai keturunan, mempunyai rumah dan lainnya. Dan orang tua mereka merasa senang ketika berbicara tentang mereka, “Anak pertamaku telah melakukan ini, anak keduaku telah melakukan itu” dan sebagainya.

Akan tetapi mereka sama sekali tidak menghadirkan Allah yang telah memberi mereka anugerah tersebut dalam pembicaraannya. Maka kesenangan seperti ini adalah kesenangan tercela yang didasari kesombongan dan bangga terhadap diri sendiri.

Adapun seorang muslim, ia juga akan merasa senang. Tetapi mereka selalu menyertai Allah dalam kesenangan mereka, maka ini yang disebut dengan kesenangan terpuji.

Tatkala Islam datang, ia mengatur segala aspek kehidupan, menjelaskan akhlak-akhlak yang pantas untuk manusia. Yang Islam inginkan dari seorang muslim bukan hanya sebatas pada aqidah, akan tetapi apa yang sudah dipelajari dari aqidah tersebut membuahkan hasil pada akhlak yang mulia dalam kehidupan sehari-hari. Maka yang diinginkan pada kita adalah menjadikan aqidah kita benar disertai akhlak yang baik.

Diterjemahkan dari buku “Al-Quran Ghayyarani”, karya DR. Muhammad ‘Abd Ar-Rahman An-Naqib.
 
*Penulis adalah alumni Universitas Al-Azhar Mesir, jurusan Tafsir Fakultas Ushuluddin.

1 Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top