Thumb Diamod
Sumber; Google Image |
Oleh: M. Daud Farma Bin Abdul Aziz
Kenyataannya, ada kemauan tetapi sarana untuk meneyempurnakan kemauan tersebut agar menjadi hal yang menyenangkan itu yang malah tak ada. Sehingga harus bersabar untuk menunggu sebuah proses dan belum tentu ia tertuai. Begitupun sebaliknya, sarana itu sudah ada, namun malah kemauan yang tidak ada. Agaknya ada saatnya kita tukar-tukaran kawan, tatkala kalian yang sedang memiliki kemauan yang kuat (strong desire), kalian meminjam sarana yang ada pada kami, dan kami yang tidak mempunyai kemauan maupun semangat, agaknya meminjam kepada kalian.
Kami yang sedang tak memiliki seperti yang kalian punya, kemauan dan semngat. Malu rasanya melihat kalian yang begitu semangat. Ingin sekali kami meminjam semangat kalian, tetapi itu sulit kawan, sungguh sulit! Sulit kiranya harus meminjam semangat yang kalian punya untuk kami, karena semangat itu terus saja membara tanpa hentinya di dalam jiwa kalian. Tak mungkin kawan, sungguh tidak mungkin! Pastinya kalian juga membutuhkannya, apalagi pada saat itu semangat kalian sedang bergejolak di dalam dada.
Sangat mustahil rasanya sobat, walaupun hanya sebatas meminjam. Kami meminjam semangat kalian dan kalian meminjam sarana kami, mustahilnya ada pada kalian yang memiliki Strong Desire. Kami hanya bisa mendoakan semoga kalian yang memiliki semangat yang kuat, juga memiliki fasilitas yang cukup agar terus bersemagat lagi dan lagi. Kami juga minta didoakan supaya menbuntuti semangat yang kalian punya. Kami hanya punya fasilitas, namun semangat tak ada, percuma!
Bakar saja fasilitas ini!. Mungkin sudah saatnya kami mendengarkan teriakan dari kalian, teriakkan agar kami disadarkan oleh semangat kalian itu kawan. Teriaklah sobat, ayo teriaklah! Jangan kau biarkan kami menyia-nyiakan fasilitas yang kami punya, Kami tidak ingin menjadi orang yang kufur nikmat. Kami pinta ayo teriaklah, kami mohon. Law samah!
"We not wealthy, but we have a strong desire!"
Bravo sobat, Bravo! Sungguh terasa menusuk ke relung hati lewat telinga kami yang sudah lama tak mendengarnya. Teriakkan itulah yang kami rindukan. Terima kasih atas teriakkan kalian itu, semoga kami segera sadar dan bersemangat seperti kalian.
Bravo sobat, Bravo! Sungguh terasa menusuk ke relung hati lewat telinga kami yang sudah lama tak mendengarnya. Teriakkan itulah yang kami rindukan. Terima kasih atas teriakkan kalian itu, semoga kami segera sadar dan bersemangat seperti kalian.
Hidup ini saling melengkapi, kawan. Untungnya kami masih punya teman seperti kalian yang memiliki semangat tinggi walaupun minimnya fasilitas. Kalau tidak ada kalian? Mungkin kami sejauh ini tidak pernah menarikan jemari kami di atas keyboard yang sangat membantu untuk merampungkan sebuah naskah dengan segera, namun kami jarang menyentuhnya, padahal tuts-tuts itu sepenuhnya milik kami.
Kalau seandainya keyboard laptop yang kami miliki ini punya mulut, mungkin tidak jarang ia berteriak, "Dasar kamu tidak bersyukur! sudah ada diriku, kamu malah asik nonton film aja. filmnya korea pula lah itu. tidak mau berkarya!. Ayolah tarikan jemarimu padaku. berkaryalah untuk umat, please!"
Untungnya, keyboard yang parkir manis di depan kami ini tidak memiliki mulut, kalau ia punya mulut, mungkin sudah kami pecahkan, karena tidak tahan mendengarnya terusan merepet.
Untungnya, keyboard yang parkir manis di depan kami ini tidak memiliki mulut, kalau ia punya mulut, mungkin sudah kami pecahkan, karena tidak tahan mendengarnya terusan merepet.
Kami kagum pada kalian kawan. Kalian yang menarikan sebatang jempol di atas layar handphone kalian. Pelan-pelan kalian tarikan sebatang jempol itu dengan sabar dan penuh kehati-hatian. Oh, betapa sabarnya kalian duhai, sobat. Mungkin terlalu berlebihan kalau kami juluki jempol yang kalian punya itu dengan sebutan "thumb diamond" atau "jempol berlian", tapi demikianlah kesaksiannya kawan, itu murni dari lubuk hati kami yang dalam.
Kalian menarikan jempol emas itu begitu semangat, kata demi kata kalian tulis menjadi kalimat, kemudian memperoleh beberapa paragraf, lalu halaman demi halaman dan menjadi sebuah buku yang tebal, sungguh kami ingin meminjam semangat jempol berlian kalian itu sobat. Padahal kalian hanya bisa menarikan satu jari jempol di atas layar handphone, jika kita satu kamar, maka kami akan meminjamkan sarana kami untuk kau pakai menarikan jemarimu padanya. Tetap saja kami juga khawatir kalau kami kasih pinjam, kalian malah ikut menonton seperti kami.
"Jangan jadikan sarana sebagai alasan, menulislah dengan sarana yang ada, walaupun hanya bulu ayam yang berdawatkan timah." Salam Literasi!
Gamalia-Kairo, 20 Maret 2016. 04: 51 WK.
*Tulisan ini, terinspirasi dari seorang teman yang telah merampungkan sebuah novel dengan sebatang jempol berliannya.
Posting Komentar