Seminar Kepenulisan Tambah Semarak HUT el Asyi
Kmamesir.org.11/04/2016. Dalam rangka memperingati seperempat abad el Asyi yang merupakan masa keemasan kepenulisan KMA Mesir, Staf Redaksi el Asyi berinisiatif untuk memperingati HUT el Asyi ke-25. Dalam kesempatan ini turut diadakan seminar kepenulisan yang diisi oleh Tgk Husni Nazir selaku senior dalam media kepenulisan KMA dan Ustd. Irja Nashrullah Majid yang telah mumpuni dalam dunia tulis-menulis dan telah menghasilkan banyak buku sampai saat ini.
Tgk Husni Nazir memaparkan tentang latar belakang el Asyi yang awalnya hanya berupa mading (majalah dinding) hingga menjadi buletin atau majalah yang telah banyak mengalami perubahan seperti yang ada di tangan kita hingga hari ini. Merupakan kebanggan el Asyi dapat bertahan hingga umurnya yang ke-25 yang merupakan periode emas kepenulisan KMA.
Adapun Ustd. Irja Nasrullah memaparkan tentang bagaimana cara meningkatkan produktivitas menulis. Untuk membangkitkan semangat para peserta seminar, beliau bercerita sedikit tentang ulama masa lalu yang sangat produktif dalam mengatur waktu, bahkan ada di antara mereka ada yang minta dibacakan buku ketika sedang berada di dalam kamar kecil.
Mereka juga sangat ihtimam dalam menulis. Di antaranya Ibnu Jarir At-Tabari, beliau menulis sebanyak 40 lembar dalam sehari, selama 40 tahun hingga akhirnya karya beliau mencapai 358.000 lembar. Bahkan Imam Nawawi yang umurnya singkat tapi dapat melahirkan banyak karya. Ini semua menunjukkan betapa produktifnya ulama-ulama terdahulu dalam menulis kitab.
Menulis tidak hanya untuk melanjutkan tradisi ulama, namun lebih dari itu menulis adalah bentuk untuk kita berkontribusi kepada masyarakat. Tidak cukup hanya menjadi shalih bagi diri sendiri namun kita punya tugas lebih dari itu untuk menjadi mushlih (memperbaiki) atau menebar manfaat kepada sesama, bahkan dapat menjadi amal jariyah. Juga merupakan salah satu cara menegakkan kalimat Allah, membantah syubhat (tuduhan-tuduhan orientalis) dan mengankat ‘izzah (kehormatan) kaum muslimin.
Menulis juga merupakan salah satu cara agar kita dikenal dalam masyarakat, bukan berarti untuk tujuan popularitas, tapi dengan dikenal khalayak, kita mudah dalam menyampaikan dakwah nantinya. Selain itu menulis juga salah metode alternatif untuk menyampaikan dakwah kepada masyarakat lebih luas dimanapun dan kapanpun itu. Dan tentunya masih banyak lagi alasan-alasan yang mendorong kita untuk menulis. Di akhir pemaparannya Ust Irja Nashrullah menyelipkan kata-kata motivasi untuk lebih membakar semangat peserta dalam menulis.
“Jika Kau bukan anak raja, juga bukan anak ulama besar, maka menulislah (agar dikenang).” Imam Al-Ghazali.
“Sejarah Islam ditulis dengan hitamnya tinta ulama dan merah darahnya para syuhada.” Abdullah Azzam.
“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan sejarah.” Pramoedya Ananta Toer. [NHI]
Tgk Husni Nazir memaparkan tentang latar belakang el Asyi yang awalnya hanya berupa mading (majalah dinding) hingga menjadi buletin atau majalah yang telah banyak mengalami perubahan seperti yang ada di tangan kita hingga hari ini. Merupakan kebanggan el Asyi dapat bertahan hingga umurnya yang ke-25 yang merupakan periode emas kepenulisan KMA.
Adapun Ustd. Irja Nasrullah memaparkan tentang bagaimana cara meningkatkan produktivitas menulis. Untuk membangkitkan semangat para peserta seminar, beliau bercerita sedikit tentang ulama masa lalu yang sangat produktif dalam mengatur waktu, bahkan ada di antara mereka ada yang minta dibacakan buku ketika sedang berada di dalam kamar kecil.
Mereka juga sangat ihtimam dalam menulis. Di antaranya Ibnu Jarir At-Tabari, beliau menulis sebanyak 40 lembar dalam sehari, selama 40 tahun hingga akhirnya karya beliau mencapai 358.000 lembar. Bahkan Imam Nawawi yang umurnya singkat tapi dapat melahirkan banyak karya. Ini semua menunjukkan betapa produktifnya ulama-ulama terdahulu dalam menulis kitab.
Menulis tidak hanya untuk melanjutkan tradisi ulama, namun lebih dari itu menulis adalah bentuk untuk kita berkontribusi kepada masyarakat. Tidak cukup hanya menjadi shalih bagi diri sendiri namun kita punya tugas lebih dari itu untuk menjadi mushlih (memperbaiki) atau menebar manfaat kepada sesama, bahkan dapat menjadi amal jariyah. Juga merupakan salah satu cara menegakkan kalimat Allah, membantah syubhat (tuduhan-tuduhan orientalis) dan mengankat ‘izzah (kehormatan) kaum muslimin.
Menulis juga merupakan salah satu cara agar kita dikenal dalam masyarakat, bukan berarti untuk tujuan popularitas, tapi dengan dikenal khalayak, kita mudah dalam menyampaikan dakwah nantinya. Selain itu menulis juga salah metode alternatif untuk menyampaikan dakwah kepada masyarakat lebih luas dimanapun dan kapanpun itu. Dan tentunya masih banyak lagi alasan-alasan yang mendorong kita untuk menulis. Di akhir pemaparannya Ust Irja Nashrullah menyelipkan kata-kata motivasi untuk lebih membakar semangat peserta dalam menulis.
“Jika Kau bukan anak raja, juga bukan anak ulama besar, maka menulislah (agar dikenang).” Imam Al-Ghazali.
“Sejarah Islam ditulis dengan hitamnya tinta ulama dan merah darahnya para syuhada.” Abdullah Azzam.
“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan sejarah.” Pramoedya Ananta Toer. [NHI]
Posting Komentar