Kang Abik Ungkap Keanehan dalam Film Ketika Cinta Bertasbih

Kang Abik berdialog bersama Masisir di gedung ACC, Kairo.



Kmamesir.org. 23/11/2016. Rabu (23/11) Kedutaan Besar Republik Indonesia Kairo bekerja sama dengan Pusat Pengembangan Perfilman Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia beserta Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) Mesir, menggelar pemutaran film Ketika Cinta Bertasbih. Acara ini juga dilengkapi dengan dialog interaktif bersama Kang Abik, sapaan akrab penulis buku terkenal Habiburrahman El-Shirazy. Acara yang diselenggarakan di Fustat Hall Azhar Conference Center ini hanyalah sebagian dari acara besar Festival Film Indonesia di Mesir yang sudah dimulai sejak Senin, 21 November lalu. 

Acara dimulai dengan pemutaran Film Ketika Cinta Bertasbih, dilanjutkan dengan dialog interaktif Bersama Kang Abik. Para peserta bukan hanya datang dari mahasiswa, kalangan dan komunitas kekeluargaan daerah Indonesia di Mesir, beberapa kelompok mahasiswa dari Malaysia juga terlihat hadir menyaksikan pemutaran Film fenomenal ini.

Film ini sendiri diangkat dari novel best seller Kang Abik yang berjudul sama. Mengikuti jejak fenomena Ayat-Ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih sukses diangkat menjadi film pada tahun 2009. Film yang mengambil latar langsun di Mesir ini bahkan menjadi film tersukses sepanjang tahun 2009, dengan jumlah penonton 3 juta orang.

Dalam dialog interaktif, penulis buku mega best seller Ayat-Ayat Cinta ini mengungkapkan hal yang aneh dari film Ketika Cinta Bertasbih. “Apa yang aneh dari film Ketika Cinta Bertasbih ini?” Kata Kang Abik menantang moderator dan peserta. Pertanyaan Kang Abik ini sontak mengundang tawa Masisir (Mahasiswa Indonesia di Mesir). Bagi mereka, ada satu adegan yang memang tergolong aneh dan mengundang tawa bagi mereka yang sudah tahu seluk beluk kota Kairo. 

“Pasti ketika Azzam pulang, terus bawa taksi lewat Piramida,” ujarnya. Para peserta dan Masisir kembali tertawa. Saat itu Azzam—tokoh utama dalam film ini—pulang berbelanja dari daerah Hussein dan melewati Piramida. Saat itu Kang Abik mengakui sempat berdebat dengan Bapak Chaerul Umam, bahwa dulu sampai sekarang mahasiswa Al-Azhar tidak pernah pulang melewati Piramida yang terletak di ujung kota Kairo dan merupakan objek wisata yang hanya bisa dinikmati setelah membeli tiket seharga puluhan pond Mesir. 

“Tapi nggak menyesal juga, saat itu (syuting film) saya berdebat banget dengan Pak Chaerul Umam. Pak Chaerul melihatnya berbeda, film ini akan ditonton seluruh masyarakat Indonesia. Bagaimana mungkin kita menampilkan Kairo tanpa Piramida, itu yang tahu hanya Anda dari Al-Azhar,” ungkap Kang Abik. Kang Abik mengakui banyak trik-trik yang digunakan sutradara dalam pembuatan film ini, bahkan terkadang berbeda dengan realita, hal tersebut biasa agar film terkesan lebih menarik.(FJ)


Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top