Laporan Eksklusif: Simposium Internasional PPI Timur Tengah dan Afrika 2017

Para narasumber Simposium Internasional terlihat semangat mengikuti kegiatan



Kmamesir.org. (7/4/2017). Madinah Al-Munawwarah, Arab Saudi. Awal bulan April ini Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Timur Tengah mengadakan agenda besar. Tahun lalu saat Simposium Internasional diadakan di Kairo berhasil sukses, seluruh delegasi memuji kinerja dan hasil rapat simposium sendiri. Di samping itu, sesuai klause seluruh delegasi, simposium kawasan Timur Tengah tahun 2017 akan diadakan di Tanah Haram Madinah Al-Munawwarah, Saudi Arabia.

Demi mengharapkan hasil yang memuaskan panitia berusaha dan bekerja keras mempersiapkan acara berjalan semaksimal mungkin. Sehingga dengannya suasana dapat mendukung lahirnya wacana dan planing-planing terbaik demi terwujudnya cita-cita besar bangsa Indonesia.

Panitia mulai mengirimkan selebaran untuk seluruh PPI di Timur Tengah agar mengutus delegasi dari setiap himpunan mahasiswa. Delegasi dari Indonesia tak mau kalah, datang dari berbagai Universitas di Indonesia berpartisipasi membahu kesuksesan acara. Berharap pencapaian Indonesia optimistik sebagaimana saat bangsa ini lahir.

Tak mau kalah, PPMI Mesir awal Februari mulai membuka pendaftaran bagi siapa saja yang ingin ikut berperang melawan berbagai polemik di tanah air. Sederet mahasiswa Al-Azhar mengikuti seleksi menjadi delegasi, hasil seleksi berhasil menjaring 13 anggota. Setelah sebulan mempersiapkan keberangkatan, akhirnya Sabtu 1 April pukul 02:00 clt. Pesawat Egypt Air berangkat menuju Madinah Al-Munawwarah bersama anggota delegasi dari PPMI Mesir.

Pukul 04:00 waktu Madinah, pesawat Egypt landing di atas aspal bandara Madinah. Setelah mengisi berbagai surat, delegasi dipersilahkan masuk ke tanah haram. Dan disambut hangat oleh PPI Arab Saudi dan panitia Simposium yang selanjutnya dibawa menuju hotel delegasi.

Dua hari menuju hari Simposium, sejumlah delegasi mulai berdatangan. Datang dari berbagai penjuru Afrika dan Timur Tengah: Maroko, Tunisia, Yaman, Syiria, Iran, Sudan, Mesir, Pakistan, Afrika Selatan, Libanon, Arab Saudi, Malaysia, Singapura, bahkan dari Indonesia.

Minggu lalu para delegasi dibawa mengelilingi destinasi yang ada di Madinah guna menunggu delegasi lain yang belum sampai sembari menunggu kekosongan kegiatan. Para delegasi berziarah ke Mesjid Quba dimana Nabi Muhammad Saw. awal mula mendirikan mesjid di Madinah yang tak jauh dari Mesjid Nabawi. Ada riwayat yang mengatakan bahwasanya Baginda Nabi sering shalat ashar di Mesjid Quba di setiap hari Sabtu dengan mengendarai untanya. Mesjid Quba memiliki fadhilah tersendiri, selain itu setiap jemaah umrah dan haji tak pernah lupa berziarah ke sana.

Perjalanan kembali dilanjutkan menuju kebun kurma. Dari pamflet sudah bernada asing "kebun kurma", ternyata ada bahasa Indonesia di tanah Arab. Para delegasi dipersilahkan masuk sambil melihat-lihat kebun kurma. Setelah diteliti yang punya tanah rupanya orang Indonesia, bukan hanya itu, kebanyakan karyawannya orang asli Indonesia. Pengunjung boleh mencicipi kurma apa saja sebelum membeli.

Perjalanan berlanjut ke gunung Uhud. Dengan berbekal kurma gratis dari kebun kurma perjalanan dilanjutkan ke gunung Uhud, sejarah mencatat betapa agungnya tempat tersebut. Peperangan antara kaum Muslimin dan kafir Quraisy terjadi di gunung Uhud sehingga disebut Perang Uhud. 

Walaupun banyak yang mengatakan kaum muslimin kalah tapi para ulama tidak setuju dengan pendapat ini, realitanya walau kaum Muslimin diserang kembali berkat kecerdikan panglima saat itu Khalid bin Walid. Akan tetapi meskipun berhasil bangkit menyerang balik kaum Muslimin, kaum kafir Quraisy tak mampu memasuki kota Madinah. Nah inilah yang menjadi pertimbangan para ulama. Dan kekalahan yang dimaksud hanyalah peringatan bagi kamu Muslimin sendiri agar senantiasa mendengarkan nasehat, tetap fokus dan bersabar. Dengan terjadinya peristiwa itu, kita semua diberikan pelajaran bahwa beginilah rasanya dibantai dan dikalahkan. 

Selepas shalat ashar di Mesjid Uhud. Para delegasi diberikan waktu untuk berziarah ke makam para Syuhada Uhud. Seluruh Syuhada tersebut merupakan Huffazh (penghafal Al-Quran).

Perjalanan kembali dilanjutkan ke Mesjid Ali atau lebih dikenal Sab'u Masaajid, yang katanya dulu pernah dibangun 7 mesjid yang saling berdekatan di hilir bukit sehingga demi menimbang buruk baik akhirnya ketujuh mesjid tersebut direnovasi dan disatukan sehingga menjadi Mesjid Ali.

Dulu jamaah haji dan umrah dari Iran sering berkunjung kemari. Padahal tidak terdapat riwayat dari Rasulullah Saw. tentang keutamaan Mesjid tersebut. Dan mesjid tersebut berbeda dengan mesjid-mesjid lainnya seperti Mesjid Quba dan lain-lain. 

Di bagian belakang Mesjid Ali terdapat bangunan lama ketujuh mesjid yang susah untuk disatukan. Dikarenakan posisi yang agak berjauhan dengan 6 mesjid lain. Sehingga dinonaktifkan segala kegiatan di dalamnya, dikunci dan digembok. Akan tetapi ada saja yang menghancurkan gembok membuka paksa mesjid yang konon katanya agar orang bisa beribadah di dalamnya. Wa Allahu a'lam.

Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Panitia penyelenggara mulai mengintruksikan delegasi agar bersiap untuk pembukaan acara Simposium di Ballroom Mövenpick Hotel Madinah. 

Simposium dilaksanakan dari tanggal 3-4 April 2017. Acara Simposium ini turut dihadiri oleh Bapak Prof. Dr. Mahfud MD, selaku Penasehat KPK; Bapak KH. Prof. Dr. Din Syamsuddin (Ketua Dewan Pertimbangan MUI); Bapak Prof. Dr. Gumelar Sumantri (Rektor UI 2007-2012); Bapak Prof. Dr. Mohammad Nuh (Menteri Pendidikan Nasional 2009-2014); Bapak Ridwan Kamil (Wali Kota Bandung); dan Bapak Masykuri Abdillah (Guru Besar Fiqih Siyasah UIN Syarif Hidayatullah).

Fahmi Aufar Asyraf selaku ketua panitia yang juga mahasiswa King Saud, mengucapkan ribuan terima kasih kepada partisipan yang berhadir dan turut menyukseskan Simposium Internasional PPI Timur Tengah Dan Afrika 2017.

Bapak Agus Maftuh Abegebriel Duta Besar Indonesia atas Arab Saudi yang baru saja tiba dari Amsterdam langsung menuju Mövenpick Hotel guna menghadiri pembukaan Simposium. Beliau dengan kharisma yang masih menggelora melemparkan decak tawa di antara hadirin. 

“Baru-baru ini Arab Saudi-Indonesia sudah menandatangani MoU. Kesepakatan ini muncul karena maraknya aksi fundamental terhadap generasi muda Islam Indonesia-Saudi. Kita sepakat menjaga generasi muda dari Irhabiyah (radikalisme) dan ekstrimisme serta tidak menerima ideologi-ideologi kekerasan. Dengan kunjungan Raja Salman bulan lalu menandakan titik equal, yang sebelumnya 7 pemimpin Indonesia selalu mengunjungi Saudi Arabia,” ucap Bapak Duta Besar.

Turut juga hadir Dekan Fakultas Bahasa Arab Dan Sastra Unversitas King Arab Saudi, Prof. Dr. Ali Ma'yuf Bin Abdul Aziz Ma'yuf. Beliau pernah tinggal di Indonesia pada tahun 2009. Beliau senang berada di Indonesia, persis layaknya kalamullah "Allafa baina quluubikum," setiap kita berbeda ras dan negara, akan tetapi serasa saudara sendiri. Serta bangga pada masyarakat Indonesia yang sangat antusias belajar bahasa Arab.

Beliau merancang program besar yaitu membangun literasi Bahasa Arab di 40 negara. 

Prof. Mahfud MD. berpendapat, hancurnya sebuah negara dikarenakan negara tersebut tidak mampu mengelola 2 kebutuhan pokok yang menyebabkan perpecahan. Selain itu salah satu faktor mengapa banyak orang marah karena di Indonesia sudah tidak ada keadilan.

Gong emas berbunyi tanda resmi Simposium Internasional dibuka. Seminar selesai dilaksanakan sampai shalat ashar dan akan dilanjutkan setelah esok harinya.

Dengan adanya Simposium Internasional ini semoga menjadi solusi bagi Indonesia menuju 100 tahun yang berjaya. Selain kaya dengan keanekaragaman budayanya Indonesia juga kaya dengan masalah. Maka dari itu, mahasiwa Indonesia di luar negeri mengadakan Simposium Internasional layaknya duduk mufakat seperti pesan para tokoh dan pendahulu bangsa, sehingga Indonesia dapat mencapai kejayaan yang hakiki.

Muhammad Syukran

Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top