Ulama dan Mufti Dunia Hadiri Seminar Fatwa Internasional 2017

youm7.com


Kmamesir.org. 18/10/2017. Lembaga Fatwa Mesir mengadakan seminar internasional ke-3 yang diadakan selama tiga hari, 17 hingga 19 Oktober2017. Acara ini dihadiri para mufti dan ulama dari seluruh dunia. Para ulama berasal dari berbagai negara seperti Malaysia, India, Sudan, Palestina, Yaman, Senegal, Yunani, Italia, Chechnya, Belanda, Amerika dan negara-negara lainnya.

Acara yang dilaksanakan di hotel Almassah ini resmi dibuka oleh Duktur Syauqi ‘Allam, mufti Mesir saat ini. Seminar fatwa ini mengangkat tema ‘Daurul Fatwa fi Istiqraaril Mujtama’at’ (Peran Fatwa dalam Menjaga Stabilitas Masyarakat). 

Seminar yang diadakan tiga hari ini bertujuan untuk meng-counter fatwa-fatwa yang syaazzah (rusak) karena fatwa syaazzah itu akan menimbulkan ekstirimisme dan radikalisme. Hal ini akan menyebabkan kerusakan yang lebih parah, seperti gerakan takfiri, jihad salah kaprah, yang ujungnya berakhir pada aksi terorisme.

Dalam kata sambutannya Grand Syekh Al-Azhar, Syekh Ahmad Thayyib mengusulkan agar dibentuk jurusan khusus terkait kajian fatwa di bawah Fakultas Syariah. Salah satu misi Al-Azhar adalah menciptakan perdamaian dunia dan memperbaiki citra Islam di mata dunia.


Dengan adanya seminar internasional ini diharapkan fatwa tersebut tidak dilontarkan oleh sembarangan orang, akan tetapi harus dari mufti ‘alim yang telah mencukupi syarat untuk berfatwa. Berfatwa tidak hanya menguasai fikih saja, tapi juga menguasai banyak hal mulai dari psikologi peminta fatwa, lingkungan sosial, dan harus memahami dengan detail kasus yang akan difatwakan. Contohnya dua orang yang memiliki kasus yang sama bisa jadi fatwa yang dikeluarkan berbeda disebabkan perbedaan psikologis, keadaan sosial dan sebagainya.

Dalam seminar tersebut, Syekh Ali Jum’ah sebagai pembicara pertama menyampaikan pentingnya peran mufti dalam memperbaiki kehidupan masyarakat di zaman milenial ini. Mufti Mesir tahun 2003 hingga 2013 ini juga memaparkan tentang perbedaan hukum dan fatwa. Begitu juga seorang mufti harus memahami perkembangan zaman, mengerti pola pikir setiap individu, dan segala hal yang berkaitan dengan peminta fatwa.

“Seminar kali ini berkaitan dengan stabilitas masyarakat. Maksud dari stabilitas masyarakat di sini meliputi keluarga, keamanan publik, stabilitas politik, ekonomi dan pemikiran. Oleh karena itu, seorang mufti harus memahami betul keadaan sosial masyarakat. Ia juga harus memahami tujuan pensyariatan dan mengedepankan kemaslahatan dalam berfatwa. Itulah yang sebenarnya akan mewujudkan stabilitas publik,” ungkap Syekh Ali Jum’ah.


Syekh Ali Jum'ah saat menghadiri Seminar Fatwa Internasional (youm7.com)
Pembicara selanjutnya adalah Menteri Agama Yaman Ahmad ‘Athiyyah, beliau membahas tentang hubungan teroris dan fatwa syazzah dengan intonasi yang berapi-api. Yaman telah merasakan sendiri bagaimana fatwa-fatwa yang dilontarkan bukan dari ahlinya telah menghancurkan Yaman seperti saat ini. Beliau turut memuji peran lembaga fatwa Darul Ifta’ Mesir yang dianggap bisa menjadi role model bagi negara lain.

“Terima kasih banyak kepada Darul Ifta’ Mesir yang telah mengadakan seminar sangat penting ini. Ini adalah sunnah yang baik. Kami merasa sangat senang bisa berpartisipasi dalam seminar ini. Sudah menjadi rahasia umum, banyaknya terjadi intoleransi dalam menyikapi perbedaan pendapat pada zaman ini. Orang-orang ini dengan mudah membatalkan keimanan seseorang, sedangkan mereka sendiri belum mengetahui hal-hal yang membatalkan wudhuk. Kita harus bijak dalam menyikapi perbedaan, bahkan para sahabat pun berbeda pendapat,” pesan Syekh Ahmad ‘Athiyyah.

Tgk. Khalid Muddatstsir, Lc. salah satu peserta seminar tersebut menjelaskan bahwa tujuan seminar ini adalah untuk menjaga stabilitas publik, karena peran dan kontribusi Darul Ifta’ bukan hanya di Mesir, tapi sudah mendunia.


“Darul Ifta’ sudah menjadi model dan kiblat bagi negara lain dalam masalah fatwa. Jarang kita dapati sebuah lembaga seperti Darul Ifta’. Lembaga ini selain berfungsi untuk memberikan fatwa kepada masyarakat, namun juga mencetak mufti setiap tahunnya dari berbagai negara,” ujar Khalid.[]

Muhammad Syukran



Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top