Ibu, Pengasuh Utama Bagi Anak

Oleh: Auliani* 
(Image: masjed.ir)
Al-Umm, Madrasatul Ula, bila Engkau mempersiapkannya, maka Engkau telah mempersiapkan generasi terbaik.” Kita tentu tidak asing dengan kalimat ini, ketika membahas tentang ibu sebagai madrasah ula (sekolah pertama), yang mana iya memiliki peran penting dalam mengasuh anak–anak. Karena dari dalam kandungan sampai lahir, ibulah yang paling dekat dengan anaknya. 

Dengan tanpa mengabaikan peran seorang ayah, adalah hal yang sudah sangat maklum, bahwa ibu berperan cukup besar dalam pembentukan watak, sikap, kepribadian, emosi, dan spiritual anak–anak. Dengan perannya yang besar itu, wanita dituntut untuk membekali dirinya dengan ilmu yang cukup, bukan itu saja ibu juga harus membekali dirinya dengan iman, pengalaman, serta membekali dirinya dengan sifat sabar, ikhlas, dan penyayang, sehingga mampu mendidik generasi penerus bangsa yang cerdas dan berakhlak mulia. 

Sekarang ini, sebagian orang tua menyangka dan mengira bahwasanya ketika si anak sudah bersekolah, maka gurulah yang menjadi panutan dan pendidik bagi anaknya, saya rasa ini sebuah persepsi yang salah, tapi benar adanya, guru adalah pendidik. Namun, bukan berarti peran seorang ibu dapat sepeuhnya tergantikan begitu saja, karena peran seorang ibulah yang paling berpengaruh untuk anak–anaknya. 

Ibunya Imam Syafi’i misalnya, contoh masyhur seorang ibu yang sukses mendidik anaknya, ada sebuah pepatah seorang ulama “Wanita adalah tiang negara, jika baik wanita dalam suatu negara, maka baik pulalah negara tersebut. Namun, jika buruk wanitanya, maka buruk jugalah negaranya.” Fatimah binti ubaidillah telah membuktikannya, putra yang ia besarkan menjadi seorang ulama besar, yang sampai saat ini masih bersinar namanya. 

Kemudian kita menoleh ke keberhasilan ibundanya Imam Bukhari, seperti yang kita ketahui, Imam Bukhari adalah seorang yatim sejak beliau berumur 2 tahun, jadi ibundalah yang mengasuh Imam Bukhari, ibu Imam Bukhari sangat memperjuangkan pendidikan beliau, melakukan safar ke mekah bersaman Imam Bukhari, agar anaknya bisa menimba ilmu langsung dari para ulama di sana, karena kesungguhann ibunya dalam mengasuh, Imam Bukhari menjadi seorang ulama besar, walaupun sebelumnya Imam Bukhari sempat mengalami penyakit buta permanen, tapi berkat doa ibunya dan rahmat Allah beliau sembuh, dari sini dapat kita menilai, ibunda imam bukhari bukan hanya mendidik, mendokan, tapi juga memperjuangkan pendidikan anaknya. 

Selanjutnya, Mary Maxwell Gates, ibunda Bill Gates (pendiri Microsoft), telah menginspirasi kesuksesannya, yang mana ibunya berkarir sebagai direktur, tapi ibunya tidak lupa tanggung jawabnya sebagai ibu untuk anaknya. Ibundanya juga sering mengajak Bill Gates untuk bersosial, itulah peran edukasi yang seharusnya dipraktek para orangtua. 

Belum berhenti disitu saja, kita juga melirik kepada kepiawaian Ibu Ainun Habibie, yang mana beliau memprioritaskan mendidik anak–anaknya, saat itu beliau juga meninggalkan pekerjaanya sebagai dokter, untuk fokus mengasuh kedua anaknya, kita lihat, kedua anaknya itu juga menjadi orang hebat, Ilham habibie, peraih predikat tsumma cumlaude, di Muenchen, Tharek Kemal yang menyelesaikan pendidikan Diplomanya di jerman, tidak sia–sia, ibu berijazah ini mampu berhasil membawa anaknya ke pendidikan yang tinggi. 

Masih banyak contoh–contoh lainnya, namun setidaknya fakta–fakta nyata di atas telah menunjukkan bahwa peran ibu pada mengasuh anak sangat besar, ditambah lagi dukungan dari guru–guru ditempatnya menimba ilmu. Perlu kita ketahuai, motivasi–motivasi yang ibu berikan cukup berpengaruh bagi anak, dengan penyampain yang lembut dan tegas, membuat anak mudah menerima. Bukankah orang tua mendambakan anak yang berakhlak? Berpendidikan? Itu semua tidak akan terwujud, jika orang tua, khususnya ibu, lalai dalam memainkan perannnya sebagai pengasuh utama. 

Jadi tidak heran kenapa wanita juga harus berpendidikan, dan memiliki bekal moral untuk mengasuh anak–anaknya. Seorang ibu yang berpendidikan dengan baik, akan lebih mampu mengetahui keadaan dan perkembangan kondisi sosial masyarakat. Hal ini juga membuatnya lebih perhatian mendidik anak-anak sesuai kebutuhan dan zamannya, tanpa harus menyimpang dari nilai agama dan akhlak.


Fenomena yang kita dapati sekarang, krisisnya moral anak–anak bangsa, disebabkan oleh berbagai faktor, bukan hanya kurangnya perhatian dari orang tua, faktor lingkungan pun juga sangat berpengaruh. Di situlah seharusnya peran ibu sebagai orang tua membimbing buah hatinya, jangan sampai kecanggihan tekhnologi merusak akal, dan moral anak. 

Setinggi apapun wanita mengeyam pendidikan, baik itu untuk berkarir atau hanya sebatas untuk memperoleh ilmu, semua itu tidak akan pernah sia–sia. Namun, akan sangat bermanfaat, karena dengan itu, wanita bisa mendidik generasi yang cemerlang.[] 

*Penulis adalah mahasiswi tingkat satu Universitas Al-Azhar Kairo 

Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top