A’maril Basyiriy, Ketua Keluarga Mahasiswa Aceh Mesir 2019-2020

A'maril Basyir. (Foto: Dok. pribadi)
Ruangan Meuligoe saat itu hangat, padahal di luar sana hujan baru saja reda. Ditambah lagi hawa sejuk penghujung musim dingin yang sepertinya enggan beranjak dari Mesir. Riuh tepuk tangan dan canda tawa pula tak kalah tenar. Ruangan itu seakan menjadi pelipur rindu yang sedang bersemayam pada daerah di ujung Sumatera nan jauh di sana. 

“Karena kusuka soya, aku padamu Bang Amarel, adek siap nungguin Abang sampe tahun depan,” ucap dua anggota syura kece yang membacakan kertas pemilihan ketua yang disertakan alasan-alasan unik warga Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir. Entah itu benar adanya ataupun sekedar rekayasa, yang jelas guyonan-guyonan itu berhasil merampas tawa warga KMA, ditambah lagi dengan intonasi dan mimik yang tepat saat membacanya. Jelas seisi ruangan terguncang perutnya.


“Saya enggak akan nangis, karena saya gentleman,” ucapnya saat diberi kesempatan memberi kata-kata sambutan sebagai ketua KMA yang baru saja terpilih. Namun, beberapa saat setelah itu ia gagal menyembunyikan air mata di balik wajah humornya. “Setelah seminggu yang lalu saya tertimpa musibah di kepala, hari ini saya kembali tertimpa musibah di kepala,” ujarnya lagi dengan majas khas tulisan-tulisan status Whatshapp-nya 

“Saya berharap nantinya siapa pun yang saya mintakan untuk membantu saya, mohon diterima saja,” ucapnya dengan senyum spesial yang mempesona. Tak panjang kalimat yang dilontarkan malam itu oleh pemuda berparas semi-korea tersebut, hanya kalimat-kalimat memohon dukungan dan bantuan yang dipenuhi canda-canda segar sebelum ia benar-benar memikul amanah besar itu. 

Usai acara tersebut tubuhnya terbaring di kamar Meuligoe. Mimik wajahnya lesu, amanah besar baru saja di embannya. Wajar jika malam itu tidurnya tak begitu nyenyak dan mimpinya tak enak, mungkin saja karena ia tak tidur di atas kasur. 

*** 

Nama beliau A’maril Basyiriy. Terkadang orang sering keliru saat menulis nama belakangnya. Ada yang menulis “Basyari”, “Basyri” bahkan hingga “Kusyari” (salah satu menu Makanan Mesir) seperti yang tertulis di surat suara pemilihan. Dua tahun lalu, beliau baru saja meraih gelar “Lc” dari Universitas Al Azhar di bidang Syariah Islamiyah. 

Putra dari pasangan H. Mu’adz Vohry, MM. dan Hj. Rasyidah S.Pd.I ini lahir di Aceh Singkil pada 26 Januari 1994. A’maril atau yang lebih akrab dengan Amarel menghabiskan masa kecil di tanah kelahirannya sebelum akhirnya menimba ilmu di Pesantren Al-Manar, Medan. Namun, pada tahun keenam beliau terpaksa harus pindah ke Madrasah Aliyah Misbahul Ulum di Paloh.

Amarel sendiri sebenarnya hendak berangkat ke Qatar menyambung pendidikan aliyah. Prestasinya yang selalu menduduki puncak kelas sejak duduk di bangku kelas empat MIN Singkil dan MIN Subulussalam, hingga tamat Aliyah menjadi rasa optimisme tersendiri baginya. Namun, hingga usai aliyah pun pengumuman tak kunjung diumumkan. Akhirnya melihat pendaftaran tes ke Mesir dibuka, ia pun mencoba menambatkan hati pada Mesir. 

“Alhamdulillah berkat doa orang tua saya lulus,” ujarnya. 

Negeri yang dikenal sebagai kiblat ilmu dan sarat akan kebudayaan ini menjadi daya tarik tersendiri bagi Amarel, baginya ilmu dan budaya merupakan dua hal yang sangat menarik untuk dipelajari. Maka tak heran jika ia banyak belajar seluk beluk dan perangai orang Mesir hingga lahjah dan gaya bicara mereka. 

Amarel sebenarnya sempat sedikit kecewa pada tambatan hatinya. Lantaran apa yang dipikirkannya sebelum tiba di Mesir tak sejalan dengan yang dilihat dan dirasakannya ketika sampai di Mesir.

“Namun, ada KMA yang membimbing, sehingga saya tahu jalan kemana dan bagaimana harus ditempuh”. tambahnya saat di wawancara kemarin. 

Di KMA, Amarel sendiri bergelimang kiprah. Ia dikenal dengan dengan pemuda yang multitalenta. Sejak pertama menginjakkan kaki di Mesir, ia telah dua kali dipilih menjadi anggota Departemen Olahraga KMA (2012/2013 dan 2013/2014) sebelum akhirnya diangkat sebagai Koordinator Olahraga pada tahun 2015. Bakatnya dalam berbagai olahraga tak diragukan lagi, selain handal dalam menggiring bola serta men-dribble bola basket, Amarel juga pernah menjadi juara bertahan pada kejuaraan tenis meja di KMA. 

Tak hanya itu, pemuda yang memiliki lima saudara kandung ini juga sangat handal dalam memetik senar gitar dan mengolah suara. Oleh karena itu, tak jarang ia sering menjadi vokalis dadakan di kamar dan di khalayak ramai. Selain dapat menguasai banyak bidang olahraga dan handal memetik gitar ia juga di kenal dengan pemuda yang inovatif dan bertangung jawab. Hal tersebut terbukti dengan jabatannya selama dua periode sebagai Bendahara II (2016/2017) kemudian diangkat ke Bendahara I (2017/2018).

A'maril Basyir di masjid Al-Azhar. (Foto: Dok. pribadi)
Kelihaiannya dalam mengalokasikan uang ternyata tak hanya berujung disitu. Pada tahun 2017 lalu, ia juga diangkat sebagai Direktur Badan Takaful Aceh (BTA) di KMA, lembaga infak dan sedekah yang bertugas dalam menyejahterakan masyarakat Aceh dan memberi bantuan finansial bagi mahasiswa yang kurang mampu. Dalam dunia kepenulisan, namanya juga tak luput. Ia merupakan salah satu staf redaksi pada website Kmamesir.org. Tulisan-tulisan indahnya seringkali membuat pembaca nyaman, terlebih jika ia menulis cerpen. 

Dalam kesehariannya, Amarel juga tak lekang dari Al-Quran. Ia seorang hafidh Al-Quran 30 juz. Disela-sela perjalanan dan kesibukannya ia sering menyempatkan diri mengulang hafalan Al-Quran, terlebih jika sedang duduk dalam angkutan umum. Wajahnya juga tak asing terlihat di sudut-sudut masjid Al-Azhar duduk mengulang hafalan atau mengikuti pengajian bahkan sekedar mencari ketenangan hati. 

Setelah bergelut, berkiprah, dan menyelesaikan pendidikan sarjana di Al-Azhar selama lima tahun. Rindu membuncah tak tertahan, pada akhir tahun 2017 ia memutuskan untuk kembali sejenak ke kampung halaman demi melampiaskan rindu, menatap langsung wajah orang-orang tercinta yang tak lekang mengirimnya doa dan dukungan sebelum kembali melanjutkan pendidikan pascasarjana di Al-Azhar Kairo. 

*** 

Pada pertengahan tahun 2018 kemarin, Amarel kembali dengan semangat baru usai melampiaskan rindunya di kampung halaman. Pada akhir tahun 2018, ia mulai menulis majas-majas indahnya serta mempromosikan KMA melalui aku instagramnya @khayalan_kata. Ia mengaku bahwa untaian-untaian indah tersebut lahir dari rasa bosan yang kerap menghampirinya. Tak hanya itu, di awal tahun 2019 pemuda ini kembali memulai profesi baru sebagai sales minuman kacang kedelai atau soya yang berpusat di Darrasah. Usaha minuman soya yang dimulai dengan beberapa rekannya laku keras. Tak jarang pada setiap ajang olahraga dan bazar. "Soya Darrasah" hadir untuk menepis dahaga dan mengembalikan kebugaran tubuh. 

Kini beberapa hari silam, 30 Maret 2019, ia terpilih sebagai nahkoda baru bahtera KMA masa bakti 2019/2020. Namanya yang belakangan ini lekat dengan "Toke soya" (juragan soya) pula lakonnya yang terbuka, humoris dan dinilai bertanggung jawab. Memiliki nilai tersendiri di hati Masyarakat KMA.

Amarel sendiri awalnya tak menyangka bahwa dirinya akan memikul amanah yang sangat besar ini ditengah bisnisnya yang mulai maju dan studi S2 yang sedang ditempuh. Namun, takdir berkata lain. Malam itu Kupiah Meukutop sebagai simbol Pemimpin Aceh di Mesir dipindahkan ke atas kepalanya. 

Menjadi Ketua KMA bagi Amarel bukanlah hal yang mudah. Di tengah kesibukan studi magister dan bisnis baru, ia juga harus segera mengubah manajemen waktu agar tak mengenyampingkan posisi yang baru dipikul. Ditambah lagi masyarakat Aceh yang kini menjadi lebih banyak dengan berbagai hiruk pikuk permasalahan di Mesir. 

Menurutnya menjadi pemimpin sama sekali bukan hal yang mudah. Selain harus mengasah manajemen waktu, ia juga harus belajar untuk mendengar keluh kesah dan meruncingkan kepekaan terhadap warga. Ia juga harus berlatih untuk lebih serius sesuai tempatnya, lantaran setiap saat mengeluarkan humor-homor kocak.

“Saya orangnya gak pernah serius” ucapnya saat memberi kata-kata sambutan. 

Dengan gelimang prestasi, dan pengabdian yang sangat panjang untuk KMA, pemuda yang sedang menempuh pasca-sarjana konsentrasi Fiqh al-‘Am ini juga sebenarnya menaruh harapan besar pada warga KMA.

“Saya berharap agar warga KMA selalu menjaga tali silaturahmi dan kompak antar sesama. Silahkan berbeda pendapat asal jangan hilang rasa persaudaraan. Jangan sama sekali!” ucapnya setelah terpilih sebagai ketua, pada segenap warganya usai pemilihan ketua KMA Mesir. 


Kini perahu telah dikayuh, besar gelombang akan menghadang biar kemudi patah, biar layar robek, Amarel siap bahu membahu menumpahkan seluruh kekuatannya untuk mengabdi pada KMA. Menjadikannya lebih baik dan menyejahterakan seluruh warga.[]

Annas Muttaqin

Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top