Ngemis, Kok Punya Toyota Vios?
Oleh: Muhammad Dany*
|
(Image: Huffpost.com) |
Sudah dengar belum tentang pengemis yang baru-baru ini viral naik mobil Toyota Vios di kota Lhoksemawe? Katanya sih ia sempat mengamuk saat direkam warga. Bahkan beredar kabar kalau ia sudah ditangkap, karena pada saat itu ia sering ada di tempat biasa mengemis.
Hampir setiap tahunnya terutama pada bulan ramadhan, sebagian masyarakat mengeluh lantaran pengemis dan gelandangan semakin bertambah terutama di tempat yang ramai pengunjungnya. Maka tidak heran mereka sering disebut sampah masyarakat. jika ditilik lebih jauh, bukankah bekerja seperti di warung makan ataupun di barber shop lebih mulia daripada mengemis? banyak gajinya, dan bahkan bisa mencapai 150.000 perharinya. Apa mungkin mereka memilih untuk mengemis dikarenakan gaji melebihi dari itu semua.
Apalagi jika masuk bulan ramadhan yang identik dengan bulan bersedekah. Katanya bersedekah di bulan ini akan digandakan balasan menjadi 700 kali lipatlebih banyak dibandingkan bulan lainnya. Pastilah hal ini memancing adrenalin para pengemis semakin optimis untuk mengemis.
Biasanya shalat tarawih pada minggu-minggu pertama masjid memiliki penuh dan menurun beriringan akhir ramadhan hingga tinggal satu shaf. Berbeda halnya dengan pengemis yang saban hari cendrung meningkat. Namun pertanyaannya, apakah ini yang tarawih jadi ngemis? apalagi ketika menjelang berbuka atau sahur tiba, pernah juga dikarenakan banyaknya sedekah yang diberikan, mereka mendapatkan 4-6 nasi kotak yang tidak habis di makan dalam semalam, disimpan untuk besok bisa basi, sehingga memilih memberikan ke pengemis lainnya.
Trus apakah kita memiliki kewajiban untuk memberi uang kepada pengemis? Bukankah Allah swt telah berfirman pada surat Al-ma’arij : "orang-orang yang didalam hartanya disiapkan bagian tertentu, bagi yang meminta dan yang tidak meminta."
Siapakah sih pengemis itu? Apakah benar bahwa dia sampah masyarakat? Mereka itu memang sering disebutkan begitu oleh kelompok sosial. Hal ini dikarenakan menyebabkan pemandangan yang tak indah dipandang mata.
Indonesia adalah Negara yang kaya, tanah air dan batu jadi tanaman. Tentu tidak diragukan lagi negeri yang tanahnya sering disebut-sebut sebagai tanah surga adalah negeri yang kaya, pengemis saja bisa beli mobil Toyota Vios. Apalagi karyawan restoran, barber, tentu BMW lah minimal. Lebih lebih lagi pejabat, lamborgini pastilah mampu dimiliki. Tapi justru hal ini yang sangat diharap-harapkan tidak berjalan seperti mestinya. Bahkan sampai sekarang tidak ada karyawan warung makan ataupun barber shop yang memiliki mobil, jangankan BMW, avanza saja tidak punya. Begitu pula pejabat jangan kan beli lamborgini, beli Toyota vios aja masih ada yang second bahkan kredit.
Tidak heran apabila di kota-kota besar seperti Banda aceh, Jakarta, juga kota lainnya, melarang rakyatnya untuk menyumbang kepada pengemis. Larangan ini tidak bermaksud melarang seorang beramal baik. Melainkan untuk mengurangi pengemis di kota-kota besar. Sehingga mereka dapat beralih ke profesi lain. Yang anehnya lagi, ketika ditangkap mereka berjanji tidak mau berhenti mengemis kecuali diberi gaji 3.500.000 per-bulanny. Bayangkan, berarti selama ini gaji mereka melebihi itu? Jadi jangan kaget kalau pengemis semakin hari semakin bertambah.
“Barang siapa meminta kepada orang lain tanpa adanya kebutuhan, maka seolah-olah dia memakan bara api”(HR.Ahmad). Hadis ini tentu sangat menyindir pengemis era modern ini. Hadis yang seharusnya menjadi pedoman umat muslim kini dipakai diberbagai Negara non-muslim seperti jepang, finlandia, dan Eropa. Seharusnya sumber hukum setelah Al-Qur’an ini harus diamalkan sebagaimana mestinya. Selain berdosa hal ini juga menghilangkan citra orang miskin lainnya yang benar-benar membutuhkan bantuan.
Banyak orang tidak bersabar atas kefakirannya. Tak kalah banyak pula orang tidak bersyukur atas kekayaannya, itulah sifat manusia “sesengguhnya manusia itu adalah ciptaan yang suka mengeluh, apabila ditimpa musibah mereka mengeluh, apabila diberi kebaikkan dia sombong” (Al-maarij: 19-21).
Ayat ini sungguh telah terbukti pada kedua orang fakir di masa Rasulullah, dialah Tsa’labah dan Qarun yang awalnya ta’at. standar kefakirannya adalah, saat selesai shalat berjama’ah Tsa’labah langsung segera pulang tanpa berzikir bersama, sebagaimana sahabat lainnya. Bahkan sempat membuat nabi penasaran. Setelah ditanyakan, ternyata Tsa’labah hanya memiliki sehelai sarung yang harus dibagikan bersama sang istri saat beribadah.
Dengan kondisi tersebut Tsa’labah meminta kepada Rasulullah agar didoakan sehingga dipermudahkan rezeki untuknya. Namun rasulullah menolak permintaannya. Tsa’labah pun terus mendesak keinginannya itu sampai akhirnya diiyakan oleh Rasulullah. Namun pada akhirnya Tsa'labah ingkar atas janji-janji manisnya itu. Sama seperti sebagian pemimpin kita sebelum menjabat janji ini janji itu ketika sudah terpilih lupa akan janji janjinya dulu.
Ayat ini sungguh telah terbukti pada kedua orang fakir di masa Rasulullah, dialah Tsa’labah dan Qarun yang awalnya ta’at. standar kefakirannya adalah, saat selesai shalat berjama’ah Tsa’labah langsung segera pulang tanpa berzikir bersama, sebagaimana sahabat lainnya. Bahkan sempat membuat nabi penasaran. Setelah ditanyakan, ternyata Tsa’labah hanya memiliki sehelai sarung yang harus dibagikan bersama sang istri saat beribadah.
Dengan kondisi tersebut Tsa’labah meminta kepada Rasulullah agar didoakan sehingga dipermudahkan rezeki untuknya. Namun rasulullah menolak permintaannya. Tsa’labah pun terus mendesak keinginannya itu sampai akhirnya diiyakan oleh Rasulullah. Namun pada akhirnya Tsa'labah ingkar atas janji-janji manisnya itu. Sama seperti sebagian pemimpin kita sebelum menjabat janji ini janji itu ketika sudah terpilih lupa akan janji janjinya dulu.
Seorang tsa’labah seharusnya menjadi pelajaran bagi kita selaku umat akhir zaman. Seorang Tsa’labah yang terkenal sangat alim saja dapat tergoda dengan kekayaan, apalah kita umat akhir zaman yang bahkan ketika miskin shalat ditinggalkan, Kebohongan dilakukan dan berharap ketika kaya dapat bersyukur? Sekali-kali tidak.
“Celaka engkau Tsa’labah! Sedikit yang engkau syukuri itu lebih baik dari harta banyak yang engkau tidak sanggup mensyukurinya.”(al-Thabrani).
Hadis ini harus kita ingat selama-lamanya, Sudah seharusnya kita harus bersyukur atas apa yang kita miliki. “Lihatlah orang yang mendapat nikmat lebih sedikit dan janganlah memandang orang yang mendapatkan nikmat dari pada kamu, maka itu lebih baik untuk memudahkan dalam mensyukuri nikmat Allah.”(HR.muslim).
“Celaka engkau Tsa’labah! Sedikit yang engkau syukuri itu lebih baik dari harta banyak yang engkau tidak sanggup mensyukurinya.”(al-Thabrani).
Hadis ini harus kita ingat selama-lamanya, Sudah seharusnya kita harus bersyukur atas apa yang kita miliki. “Lihatlah orang yang mendapat nikmat lebih sedikit dan janganlah memandang orang yang mendapatkan nikmat dari pada kamu, maka itu lebih baik untuk memudahkan dalam mensyukuri nikmat Allah.”(HR.muslim).
*Penulis adalah mahasiswa Daurah Muthawasit Tsani, Fakultas Syariah wa Al-Qanun, Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir.
Posting Komentar