Peusijuek, Sebagai Bentuk Rasa Syukurkah?

Oleh: Ulinnuha Sa'dan*
Peusijuek Jamaah Haji. Sumber foto: aceh.kemenag.go.id
Masuknya pengaruh Hindu ke dalam budaya dan adat istiadat masyarakat Aceh, disebabkan karena terjadinya hubungan di masa lampau antara Aceh dan India. Sehingga ada beberapa kepercayaan masyarakat Aceh yang dianggap bagian dari unsur kebudayaan Hindu, juga terus dipelihara oleh masyarakat Aceh hingga kini. Seperti peusijuek (tepung tawari), upacara boh gaca (memberi inai), khanduri blang (syukuran ke sawah), upacara peutron aneuk (turun anak) dan lain sebagainya. 

Namun, sejak masuknya agama Islam ke Aceh, kepercayaan tersebut telah disesuaikan dengan nuansa keislaman. Dimulai dengan basmalah, berisi doa-doa, dan shalawat ke atas Nabi Muhammad Saw. 

Peusijuek disebut juga tepung tawari. Peusijuek secara bahasa diambil dari kata sijuek yang berarti dingin, dan diawali dengan kata peu yang artinya membuat sesuatu menjadi. Secara keseluruhannya berarti membuat sesuatu menjadi dingin atau mendinginkan. Yaitu mendinginkan suasana hati dari kekacauan, dengki, iri hati dan penyakit hati lainnya. 

Biasanya peusijuek dilakukan dalam bentuk rasa syukur, mengharapkan keberkahan, sebuah bentuk kehormatan, atau ungkapan maaf serta izin pamit bagi yang ingin berhaji. Hanya karena dilakukan secara turun-temurun ritual ini menjadi sebuah adat atau kebiasaan yang umumnya dilakukan oleh masyarakat.

Sumber foto: kumparan.com

Proses peusijuek ini juga telah dipraktekkan oleh Rasulullah Saw. saat menikahkan Siti Fatimah dengan Sayidina Ali. Rasulullah mengambil air dan memercikkan ke dada keduanya. Hal ini bisa dikatakan praktek peusijuek sudah ada di masa Rasulullah, hanya saja beda cara melakukannya karena berbeda budaya. Namun memiliki arti yang sama karena didasari dengan nilai-nilai keislaman. Jadi hukum peusijuek itu boleh selama belum ada larangan yang mengatakan ketidakbolehannya. Dengan kaidah “ الأصل في الأشياء الإباحة ”, artinya asal segala sesuatu adalah boleh. 

Peusijuek dapat dilakukan dalam berbagai macam ritual. Seperti pada perkawinan, sunat Rasul (khitanan), naik haji, punya rumah baru, punya kendaraan baru dan lain-lain. Peusijuek juga dilakukan ketika adanya pergantian seorang pemimpin dari perangkat desa sampai gubernur bahkan setiap ada tamu kebesaran daerah juga adanya ritual peusijuek

Dalam anggapan masyarakat Aceh, peusijuek memiliki banyak makna. Juga sebagai sebuah simbolik kebudayaan yang terus dilestarikan oleh masyarakat Aceh. Ada beberapa jenis makanan dan tanaman yang digunakan dalam rangkaian peusijuek. Setiap unsur tersebut dikaitkan atau disimbolkan dengan hal tertentu. 


Sumber foto: nasional.republika.co.id

Biasanya juga proses peusijuek dilakukan oleh orang yang sudah tua, dituakan atau juga teungku (ustad) yang tahu makna tujuan dilakukan peusijuek beserta doa-doa yang dibacakannya. Salah satu ritual peusijuek adalah untuk orang yang akan menunaikan haji. 

Bagi seorang muslim, haji adalah rukun Islam yang kelima. Ibadah ini didasari atas kemampuan dari banyak aspek termasuk mampu dari segi finansial dan kesehatan. Bahkan dari segi finansial itu sendiri tidak hanya mampu untuk diri sendiri melainkan juga memiliki kecukupan untuk keluarga yang ditinggalkan. Untuk saat ini pun dibutuhkan penantian waktu yang terbilang lama yakni sekitar 20 tahun sejak awal masa pendaftaran. 

Setelah masa penantian itu berakhir, diberikan kesempatan untuk berhaji, masyarakat menganggap bahwa itu adalah sebuah kehormatan besar. Sehingga diadakanlah sebuah peusijuek. Peusijuek ini tidak hanya dilakukan sebelum para jamaah diberangkatkan tapi juga setelah kepulangannya. 

Sebelum berangkat, peusijuek dilakukan sekitar sebulan hingga dua minggu terakhir menjelang keberangkatan. Pada saat itulah musim peusijuek diadakan di berbagai daerah. Bahkan ada sebagian orang yang memiliki ruang lingkup yang luas dalam artian banyak relasi, ia tergolong mengikuti rangkaian peusijuek ini beberapa kali. Seperti di kampung, tempat kerja, komunitas dan di tempat lainnya. 

Pada saat jamaah haji pulang, setelah selesai melaksanakan ibadah rukun haji dengan sempurna, mereka akan disambut hangat serta haru oleh keluarga dan kerabat yang datang menjenguk. Di saat ini juga ada beberapa masyarakat yang mengadakan peusijuek atas rasa syukur telah selamat sampai kembali ke tanah air dan tempat tinggalnya. 


*Penulis adalah Mahasiswi Fakultas Syariah Islamiyah wal Qanun Universitas Al-Azhar Kairo.









Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top