Al-Azhar, Ushuluddin dan Orientalis

Oleh: Novian Nuzul Faza*



Al-Azhar telah berdiri kokoh selama seribu tahun lebih dan terus menjadi kiblat ilmu yang didatangi oleh para penuntut ilmu dari berbagai belahan dunia. Selama itu pula Al-Azhar menjadi benteng yang melindungi Islam dan kaum muslim dari serangan musuh Islam yang dilontarkan dalam berbagai bentuk. Berbagai upaya dari Al-Azhar dalam menyebarkan Islam yang "tawsuth" moderat dan mencerdaskan generasi ke generasi terus diupayakan selama beratus tahun lamanya. Salah satunya adalah dengan mendirikan universitas Al-Azhar dengan tujuan memfasilitasi generasi Islam untuk mempelajari berbagai bidang ilmu dengan metode yang struktural dan terorganisasi.

Di antara fakultas-fakultas yang didirikan adalah fakultas ushuluddin pada masa pemerintahan raja Fuad 1 tahun 1930 berdasarkan peraturan pemerintah nomor 49 untuk mendirikan perkuliahan Universitas Al-Azhar dan mengganti sistem pendidikan sebelumnya yang sampai belasan tahun. Maka semenjak itu fakultas ushuluddin berdiri di garda terdepan dalam mempertahankan keotentikan pilar-pilar agama dari berbagai serangan musuh Islam. Maka dari itu ushuluddin memiliki penjurusan khusus akidah dan filsafat yang mengkaji secara spesifik terhadap pemikiran atau filsafat yang meracuni pemikran generasi Islam.

Di antara filsafat dan pemikiran yang menggorogoti tubuh islam adalah pemikiran dan filsafat yang dilontarkan oleh kaum orientalis. Tapi kita tidak bisa langsung menghukumi semua kaum orientalis sebagai musuh Islam,karena kita sepakat "Al-Hukmu ‘ala Syai’n Far’un ‘an Tashawwurihi" (Menghukumi sesuatu itu cabang dari pengetahuan hakikat sesuatu itu) jadi kita tidak bisa langsung menghakimi orientalis itu sebagai musuh sebelum kita benar-benar mengetahui apa sebenarnya orientalis itu?

Pernah dengar nama Thomas Stamford Raffles? Namanya yang dijadikan nama ilmiah untuk bunga bangkai (Rafflesia Arnodi) dan juga mengkaji sejarah politik Islam di bumi nusantara dalam bukunya The History of Java. Atau mungkin masyarakat Aceh tidak Asing dengan nama Cristiaan Snouck Horgonje seorang orientalis kontrovesial yang terkenal karena aktingnya sebagai seorang muslim Arab demi mencuri informasi dari rakyat Aceh. Nama-nama tersebut merupakan beberapa dari tokoh orientalis yang studinya berfokus di wilayah Indonesia lantas siapa sebenarnya orientalis tersebut? Dan apa sebenarnya yang dimaksud orientalis itu?pentingkah kita sebagai Azhari mengetahui terkait orientalis itu? Serta sejauh mana kaitan Al-Azhar, Ushuluddin dan para orientalis?

"Orientalis" berasal dari kata  Perancis "orient" yang berarti Timur. Kata orientalisme berarti ilmu-ilmu yang berhubungan dengan dunia Timur. Orang-orang yang mempelajari atau mendalami ilmu-ilmu tersebut disebut "orientalis" atau ahli ketimuran seperti yang ditegaskan oleh A. Hanafi dalam bukunya "Orientalisme Ditinjau Menurut Kaca Mata Agama". Orientalis ialah segolongan sarjana-sarjana Barat yang mendalami bahasa-bahasa dunia Timur, sejarahnya, adat istiadat dan ilmu-ilmunya tegas A. Hanafi dalam bukunya tersebut.

Namun jika kita kaji lebih jauh kata orientalis memiliki makna yang umum seperti yang dijelaskan di kamus Oxford, namun perbedaan justru kita dapati ketika kita membuka kamus Cambridge yang lebih spesifik dalam menjelaskan kata orientalis bahwa orientalis merupakan gagasan-gagasan yang berkembang di Barat bahwasanya Islam atau Timur cenderung masih tertinggal tanpa bantuan dari Barat. Hal ini menjelaskan kepada kita bahwa kata orientalis memang sangat erat kaitannya dengan tendensius Barat terhadap Islam.


Maka tak heran jika sejarah awal orietalisme pada masa-masa awal adalah pertarungan antara dunia Barat Nasrani abad pertengahan dengan dunia Timur Islam baik dalam keagamaan maupun ideologi seperti yang diungkap oleh Mannan Buchori dalam bukunya "Menyingkap Tabir Orientalisme". Jadi dapat kita simpulkan orientalis pada dasarnya memiliki makna yang umum akan tetapi sejarah perkembangannya tidak luput dari misi-misi barat dalam melemahkan laju perkembangan Islam sehingga kata orientalis menyerap diksi yang negatif, akan tetapi itu hanya sekadar paradigma tidak melekat ke esensi kata orientalis itu sendiri.

Setelah mengetahui makna orientalis, jelas hal ini sangat patut kita kaji sebagai seorang Azhari mengingat kebanyakan dari karya-karya orientalis tersebut diciptakan dengan tujuan melemahkan Islam dari segi ideologi dan mengaburkan mata generasi Islam terhadap ajaran Islam yang sesungguhnya. Topik ini sangat penting, terutama para ushuliyyin dan ushuliyat yang berkonsentrasi dalam mempelajari pilar-pilar Islam serta melindunginya dari para orientalis yang berniat buruk. Sejauh apa kaitan orientalis dengan Al-Azhar dan ushuluddin? Serta bagaimana al-Azhar bersama ushuluddin membendung serangan orientalis yang berniat menebar racun kegenerasi Islam? Insya Allah akan kita lanjutkan pada tulisan berikutnya. 


*Penulis merupakan Mahasiswa Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir Universitas Al-Azhar.

Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top