Teungku Edi Saputra, Raih Summa Cum Laude di Universitas Al-Azhar.

Teungku Edi Saputra sedang menunggu hasil akhir disertasinya. (Dok. KMA Mesir).

Kmamesir.org. (29/04/2020). Teungku Edi Saputra Lc., MA. berhasil mempertahankan disertasinya dalam bidang bahasa Arab jurusan Lughawiyyat dengan nilai akhir summa cum laude di Universitas Al-Azhar Mesir pada Minggu (26/4/2020). 

Beliau merupakan mahasiswa Aceh asal Bireuen kedatangan tahun 2000. Alumni Pondok Pesantren Bustanul Ulum Langsa ini resmi menyandang gelar doktoral setelah melewati sidang yang berlangsung kurang lebih selama dua jam. Dibimbing langsung oleh Prof. Dr. Hamdi Abdul Fattah Musthafa dan Prof. Dr. Muhammad Said, sidang disertasi yang diadakan di Aula Syekh Ibrahim Mahrusy berjalan cukup khidmat. 

Disertasi ini berjudulkan “Mawaqif Ibnu Abi Maryam fi (al-Mawadhih) wa Sakhawi fi (Fathul Washid) min Intiqadatil Nahati a’la Qiraati Quranniyah” atau “Pandangan Ibnu Abi Maryam dalam Al-Mudhah dan As-Sakhawi dalam Fathu Al-Washid tentang kritik Ahli Nahwu terhadap Qiraat Al-Quran” dengan judul ini Tengku Edi banyak mendapatkan pujian dari kedua pengujinya yaitu Prof. Dr. Muhammad Abdul Wahab dan Prof. Dr. Ibrahim Hamid. 

“Ini merupakan karya yang fenomental dan sangat layak menjadi rujukan, karena mencakup kritikan qiraat 'asyarah dan munaqasyah-munaqasyahnya”, tegas Prof. Dr. Ibrahim Hamid selaku penguji disertasi. 

Disertasi ini mengkaji dua kitab fenomental yaitu kitab Al-Mudhah dan Fathu Al-Washid yang mencakup di dalamnya kritikan ulama nahwu terdahulu terhadap qiraat 'asyarah. Sebagaimana diketahui ulama nahwu terdahulu jika ada qiraat yang kurang cocok dari segi nahwu mereka akan mengkritik dan memilih qiraat yang lebih tepat. 

Ibnu Abi Maryam memiliki dua pandangan yang pertama beliau condong kepada ulama nahwu yang mengkritik qiraat dan yang kedua beliau membantah kritikan tersebut.
Teungku Edi Saputra sebelum dimulai sidang munaqasyah doktoral. (Dok. KMA Mesir).
Sedangkan Imam as-Sakhawi pada kitabnya Fathul washid tidak pernah mendukung kritikan ulama nahwu terhadap qiraat 'asyarah, dikarenakan qiraat 'asyarah datang secara mutawatir dari Rasulullah menurut lahjah suku Arab masing-masing. Sedangkan ilmu nahwu terbentuk kurang lebih 30 tahun setelah turunnya al-Quran. Juga qaidah-qaidah ilmu nahwu bersumber dari al-Quran, bagaimana bisa untuk mengkritik suatu sumber dari ilmu tersebut. 

Dikarenakan situasi pendemi, sidang ini sempat tertunda selama dua bulan sebelum akhirnya diputuskan untuk digelar tertutup tanpa undangan umum, namun panitia menyiarkan langsung melalui akun Facebook KMA mesir. 

Walaupun pada acara ini banyak warga KMA yang tidak bisa hadir langsung ke aula karena covid-19, akan tetapi sikap antusias warga KMA tidaklah pudar. Ini dibuktikan dengan banyaknya komentar positif pada live streaming halaman Facebook KMA Mesir. 

Diharapkan dengan disertasi ini menjadikan akhir dari keraguan umat Islam terhadap tuduhan orientalis yang dijadikan sebagai rencana buruk untuk melemahkan umat Islam. 

“Tak diragukan bahwa disertasi ini sangat bermanfaat bagi saya pribadi. Di samping itu saya juga berharap disertasi ini bisa berguna untuk melawan musuh-musuh Islam dari orientalis Barat, pemikiran liberal dari meragu-ragukan al-Quran yang mana mereka menjadikan perbedaan bacaan al-Quran sebagai perisai untuk melancarkan rencana-rencana buruk mereka” ungkap Tengku Edi Saputra. 

Sidang tesis ini sangatlah berpengaruh kepada semangat mahasiswa Indonesia di Mesir khususnya mahasiswa Fakultas Bahasa. 

“Selamat kami ucapkan kepada Ustaz Edi Saputra. Kami berharap semangat beliau dalam menuntut ilmu hingga strata akhir di Al-Azhar menjadi pemicu bagi mahasiswa Aceh lainnya. Saat ini sangat sedikit yang menyambung kuliah hingga megister dan doktoral. Semoga ini menjadi penyemangat yang baik biarpun kita masih di tengah pandemik seperti ini," harap Tgk. Fikri Aslami, ketua KMA Mesir.[]


Muhammad Dany

Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top