Bulan Muharram: Refleksi Perdamaian Islam

Oleh: Ali Akbar Al Fata*
Dok. Pribadi

Bulan Muharram merupakan bulan pertama dalam kalender Hijriah. Umat Muslim di seluruh dunia memperingati bulan ini dengan berbagai cara, tergantung tradisi yang berlaku di daerah masing-masing. Di balik perayaan-perayaan tersebut, kita tidak boleh lupa menelaah beberapa makna dan kelebihan (fadhilah) yang terkandung pada bulan spesial ini.

Salah satu karakteristik bulan Muharram adalah bulan yang diharamkan untuk berperang. Sebagaimana Allah berfirman dalam surat At-Taubah ayat 36: 

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنا عَشَرَ شَهْراً في‏ كِتابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّماواتِ وَ الْأَرْضَ مِنْها أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلا تَظْلِمُوا فيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ وَ قاتِلُوا الْمُشْرِكينَ كَافَّةً كَما يُقاتِلُونَكُمْ كَافَّةً وَ اعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقينَ 

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrik itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa”. (Q.S. at-Taubah/ 9: 36).

Bulan haram yang dimaksud dalam ayat ini ialah empat bulan yang diharamkan berperang. Para mufassirin sepakat bahwa empat bulan tersebut adalah Muharram, Dzul Qa’dah, Dzul Hijjah, dan Rajab. Bagi siapa saja yang melanggarnya akan mendapat dosa besar. Sebagaimana firman Allah di surat Al-Baqarah ayat 216:

يسئلونك عن الشهر الحرام قتال فيه قل قتال فيه كبير

“Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan haram, katakanlah, “berperang dalam bulan itu merupakan dosa besar…”

Ahram Online
Kita sebagai seorang muslim, sudah seharusnya memetik hikmah di balik diharamkannya melakukan perang di bulan-bulan ini. Perang yang biasanya berlangsung dalam kurun waktu lama sangat melelahkan, sehingga diharamkannya perang dapat menjadi media perdamaian tersendiri. Momen ini bisa memberi waktu untuk berpikir tentang berbagai maslahat (jalan keluar) sehingga bisa menghasilkan sebuah perdamaian.

Dari pengharaman ini dapat dipahami bahwasanya peperangan itu bukanlah dasar-dasar agama Islam seperti tuduhkan-tuduhan yang dilemparkan dunia. Peperangan hanyalah salah satu cara terakhir untuk mempertahankan pinsip-prinsip utama dalam Islam. Islam adalah agama yang sejalan dengan perdamaian. Islam adalah agama kasih sayang serta sangat menghindari yang namanya peperangan.

Selain menjadi media perdamaian, bulan Muharram dan tiga bulan lainnya juga bisa menjadi momentum untuk menata ulang politik dan ekonomi yang terganggu karena perang. Larangan perang ini juga akan memperkuat militer serta budaya. Hal-hal seperti ini harus dilakukan agar selalu siap apabila tiba-tiba ada musuh yang datang menyerang. Jika kita lemah, musuh akan bersikap zalim dan sewenang-wenang terhadap kaum muslimin.

Apabila dilihat sekilas, ayat di atas tadi juga mengharamkan berbuat zalim kepada siapapun, di mana perang merupakan bagian dari kezaliman. Siapa saja yang melanggar ketetapan tersebut, maka ia pula dianggap telah berbuat kezaliman. Kecuali apabila ada musuh yang menyerang dan melanggar aturan tersebut. Maka perangilah kaum musyrik itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya.

Dari sini kita memahami bahwasanya Islam sama sekali tidak berasaskan perang. Islam sering dituduh demikian karena Islam memilki aturan yang sangat ketat dalam berperang. Agama Islam adalah agama yang syumul, yang menyajikan solusi terhadap yang muncul pada semua lini kehidupan manusia. Islam telah menetapkan beberapa bulan yang diharamkan untuk berperang. 

Islam mengajarkan penganutnya agar berlaku baik terhadap tawanan perang, anak-anak dan wanita, serta menerapkan pembagian harta untuk para tawanan perang. Semua itu dijelaskan secara terperinci dalam Islam. Kerincian tersebut tidak boleh diterjemahkan sebagai sebuah dukungan terhadap perang, namun sebaliknya, ia adalah tongkat perdamaian yang tertancap kuat di dalam tubuh Islam itu sendiri. Wallahu A’lam.




*Penulis merupakan Mahasiswa fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar, Kairo.

Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top