Pantaskah Kita Cuti Talaqqi Selama Pandemi?

 Oleh: Zia Urrahman*

Talaqqi di Meuligoe KMA Mesir bersama Syekh Hisyam Kamil. (Image: Dok. KMA Mesir)

Pandemi virus corona hadir. Masjid, madhayafah, sahah, beserta ruwaq pun ikutan libur. Bagaimana status talaqqi-ku? Talaqqi sendiri merupakan proses belajar tidak formal bersama guru atau syekh secara tatap muka. Jadi, haruskah aku libur saja? 

Setiap orang pasti punya narasi tersendiri untuk menjawab. Sikap yang paling sesuai dengan perspektif mereka dituangkannya dalam bentuk pendapat. Ada yang menjawab tentu, pula ada yang berpendapat tidak mesti. Berbeda-beda, seakan tidak mau sama, karena kehendak setiap pribadi dengan kecondongan pribadi lain berbeda. 

Nah, lupakan saja pendapat mereka yang menjawab tentu, karena mungkin mereka masih betah dalam perebahannya. Zaman semakin maju, alat telekomunakasi pun semakin berkembang. Jutaan aplikasi berbasis komunikasi berjamuran di Playstore dan Appstore, dari mulai Duo, Skype, sampai Zoom, semua bisa Anda miliki hanya dengan sekali sentuhan, tapi pastikan juga paket data anda masih mencukupi. 

Dunia saat ini semakin mudah, menawarkan berbagai kemudahan bagi setiap manusia. Kalau dulu untuk bertatap muka dengan keluarga kita mesti pulang kampung, sekarang hanya bermodal gadget dan duduk manis semuanya bisa kita lakukan. Sangat simpel dan mudah bukan? Namun ingat, segala kemudahan ini seharusnya kita gunakan pada hal yang bermanfaat. 

Perkembangan zaman telah membawa manusia ke era kemajuan pengetahuan. Kemajuan ini, kerap kali disalahgunakan oleh sebagian oknum masyarakat. Rakus dan tamak terhadap ketenaran, tahta serta jabatan adalah penyebab sebagian manusia salah kaprah dalam memaknai perkembangan tersebut. 

Pada akhirnya, di awal bulan dua kemarin, manusia diuji dengan hadirnya pandemi virus corona yang memukul telak kemajuaan ilmu kedokteran. Berbagai tanggapan masyarakat hadir menghiasi jagad maya, mulai dari teori konspirasi elit global, hingga jutaan hoaks pun ikut serta memeriahkan trending topik di dunia maya. 

Di samping itu, pandemi ini juga merupakan pukulan besar bagi mahasiswa Indonesia yang jauh-jauh datang ke Mesir untuk menimba ilmu. Kampus, madhayafah, hingga sahah pun ditutup dikarenakan gejolak penyebaran virus yang semakin meningkat. Hadirnya virus tersebut membuat mahasiswa kesulitan untuk mencari tempat talaqqi. Salah satunya adalah ketika diterapkannya sistem lockdown beberapa bulan lalu, yang dengan otomatis mengunci total aktifitas mahasiswa dalam berburu ilmu. 

Seiring dengan lamanya porsi liburan, banyak mahasiswa semakin nyaman dan betah dalam perebahan. Lebih lagi ketika kuliah diliburkan, serta ujian dimakalahkan. Daya kemageran mahasiswa pun naik drastis melampaui korban virus corona. 

Perkembangan zaman seharusnya dapat diperankan dalam memanfaatkan masa-masa pandemi ini. Paket data seluler, Wi-Fi, maupun Hotspot seharusnya dapat disalurkan untuk sama-sama berkompetisi dalam hal berburu ilmu dikala tersebut, dalam artian jangan hanya dipakai untuk sekedar push rank dan berburu hero saja. Masih banyak hal positif lain yang dapat kita lakukan dengan kemajuan tersebut. 

Talaqqi secara langsung saat ini memang telah diliburkan. Sebagai gantinya siaran langsung pun menjadi jalan keluarnya. Sebenarnya, tidak ada lagi kata tidak untuk belajar. Semuanya hanya butuh kesungguhan dan ketekunan. Puluhan selebaran talaqqi bertebaran di grup-grup WhapApp, hanya belum setiap orang peka untuk membaca. 

Sebagai seorang penuntut ilmu sejati, tidak seharusnya bagi kita untuk menjadikan pandemi ini sebagai problem inti untuk tidak belajar. Justru problem itu hadir dari diri kita sendiri yang tidak mau berusaha, karena terlalu nyaman menyalahkan waktu dan keadaan. Semua ini tepat sekali dengan apa yang digambarkan oleh Imam Syafii jauh ribuan tahun lalu dalam bait syairnya: 

نعيـب زماننـا والعيـب فيـنـا | ومـا لزماننـا عـيـب سـوانـا 

Kita menyalahkan masa, sedangkan kesalahan itu pada kita, dan tidaklah masa itu bersalah melainkan kita sendiri.


Oleh sebab itu, alangkah baiknya bagi kita untuk kembali meninjau diri kita sendiri, menimbang apa yang masih kurang, serta bermuhasabah atas apa yang selama ini telah kita kerjakan. Bilamana kita ingin menjadi seorang penuntut ilmu, maka mencari ilmu adalah sebuah idetitas. Maka jangan hilangkan identitas kita meskipun saat ini pandemi corona menghabat segalanya. Secara otomatis, walaupun pandemi menghadang, yang namanya talaqqi menuntut ilmu adalah wajib bagi kita.[]

*Penulis adalah mahasiswa Fakultas Ushuluddin, Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir. 

Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top