Cinta Sering Datang Terlambat, Begitu Pun Masisir

Oleh: Izzatun Nabila*

(Image: iStockphoto)

Pernah sekali saya terbangun kesiangan, akibat tidur lagi setelah subuh. Sebenarnya bukan sekali, hampir beberapa kali hal ini terjadi, tapi kali ini saya lebih kesal atau tepatnya menyesal karena ada dua acara penting yang harus dihadiri sekaligus pada pukul delapan pagi waktu cairo dan pukul satu siang waktu Indonesia. Hampir saja Jumat yang penuh berkah pada hari itu menjadi ambyar, untung saya masih punya 15 menit waktu yang tersisa, langsung saya bergegas dan keluar rumah. 

Pukul 8.40 saya sampai ke tempat tujuan. Sebenarnya, saya malu sebagai perwakilan pihak kekeluargaan hadir terlambat. Saya membayangkan yang lain sudah berkumpul dan acara sudah dimulai. Namun, ternyata tak ada seorang pun wajah Asia yang saya lihat, "Apa acaranya sudah selesai? atau bahkan belum dimulai".

Untungnya saya bisa melanjutkan acara yang sedang berlangsung di Indonesia secara online sembari menunggu kawan-kawan Masisir (Mahasiswa Indonesia di Mesir). Acara di Indonesia selesai dengan sempurna pada jam 10 waktu Mesir, barulah saya melihat teman-teman Masisir datang satu per satu. Sungguh saya sangat takjub melihat begitu elastisnya jam atau waktu Masisir, rasa-rasanya saya seperti sedang di-prank

Sudah menjadi pengetahuan umum di kalangan Masisir tentang kemoloran waktu ini, setiap kali ada agenda, jarang kita dapati atau bahkan hampir tidak ada acara yang benar-benar on time

"Bentar lagi aja gerak, pasti belom ada yang datang" Inilah alasan rata-rata Masisir segan datang on time. Pun dari pihak penyelenggara acara "Kita tulis aja di pamplet jam 9 nanti kita mulai acaranya jam 10, pasti peserta juga molor" begitulah prinsip panitia acara, sehingga saat peserta belum hadir, maka acara tidak akan dimulai, padahal sudah ngaret sejam bahkan lebih. Dari sinilah perlahan masalah jam karet Masisir menjadi biasa saja, dan kian lama akan terwarisi untuk cucu-cicit kita nanti. 

Sebegitu sulitkah untuk datang tepat waktu? ya, saya pribadi merasakan kesulitan itu. Memang pada hakikatnya sangat sulit mengerjakan hal-hal yang tidak biasa kita lakukan. Padahal kita sadari bagaimana urgensi waktu itu sendiri. Pepatah arab mengatakan "Waktu itu lebih berharga daripada emas" kalau begitu ganti saja mahar kami dengan waktu! tidak, bukan itu yang saya maksud. Hargailah waktu sebaik mungkin, sebagaimana orang-orang menghargai emas, tidak ada orang waras yang membuang-buang emas. 

Dalam Al-Qur'an, kita dapati banyak sekali sumpah menggunakan waktu, mulai dari wal 'asri, wad duha, wal laili, wal fajri, atau  wan nahari. Ini semua agar kita lebih peka, betapa agungnya waktu sehingga Allah Yang Maha Agung bersumpah dengannya. Bahkan, Allah mentetapkan waktu sebagai syarat sah dalam suatu ibadah seperti shalat lima waktu, tentunya agar kita lebih menghargai waktu. 

Berkaca pada kehidupan para ulama, mereka adalah orang yang sangat menghargai waktu.  Hal ini bisa kita dapati misalnya dalam kitab "Qimtuzzaman 'inda ulama" karya Syekh Abdul Fattah Abu Guddah. Di sana banyak sekali kisah para ulama dalam menghargai waktu yang ditinjau dari perspektif pencari ilmu. Kitab ini sangat cocok dibaca dan diambil hikmahnya oleh Masisir seperti kita yang masih labil dalam manajemen waktu. Jika manajemen waktu ini berhasil menjadi budaya Masisir, maka saya yakin jam karet Masisir akan punah secara perlahan. 

Ada beragam cara agar kita bisa on time, coba saja googling pasti akan banyak situs yang menawarkan 10 bahkan 101 cara agar bisa on time. Namun, sebenarnya yang kita butuhkan di sini adalah motivasi. Saya sempat berfikir, jika sering ngaret, saya khawatir ke depan akan banyak hal yang seharusnya datang on time dalam kehidupan saya malah ngaret, misalnya kesuksesan, rezeki, atau bahkan cinta sejati. Itulah salah satu motivasi saya pribadi. 

Setelah membudayakan manajemen waktu dan meningkatkan motivasi pribadi, kurang lengkap rasanya jika tanpa dorongan dari lingkungan sekitar, seperti hukuman misalnya. Jika istilah hukuman ini terlalu sadis, kita bisa pakai istilah konsekuensi yang harus ditanggung bagi siapa saja yang tidak on time. Saya pernah membaca sebuah artikel bahwa ada sebuah klinik kesehatan di Amerika Serikat yang memberikan waktu tunggu pasien hanya lima menit, maka bila pasien terlambat satu menit harus diganti dengan lima dolar. Selain itu, saya juga jadi teringat kisah burung Hud-Hud yang terlambat hadir dan hampir dihukum bahkan disembelih Nabi Sulaiman jika tidak dapat memberi alasan yang tepat. Lagi-lagi yang ingin dimaksudkan di sini adalah agar semua makhluk menghargai waktu, bukan kekerasan atau penindasan. 

Nah, sekali lagi, perihal tepat waktu memang bukan hal yang mudah, salah satu alasannya adalah karena belum terbiasa, tapi kebiasan buruk ini enggak mungkin kita pertahankan dong. Memang hari ini kita masih hidup di antara Masisir yang sama-sama tidak on time, sehingga kita tidak merasa risih, andai esok kita pergi ke Jepang, atau Cina, dahlah enggak ada lagi kita. 

Maka dari itu, mari kita tinggalkan saja kebiasan jam karet Masisir ini. Agar kesuksesan tidak segan menyapa kita dan juga tidak ada yang dirugikan, juga biar kita sama-sama enak. Semoga saya dan kita semua bisa on time ke depannya, agar hal-hal yang dikhawatirkan tidak terjadi.[]

*Penulis adalah mahasiswi tingkat dua Fakultas Ushuluddin, Universitas Al-Azhar Mesir.

Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top