Lagi, Pria Aceh Nikahi Gadis Mesir

Oleh: Annas Muttaqin*

(dok. kmamesir.org)
Senyum Muhammad Fikri Burhanuddin tak terputus hari itu. Sejak pagi, pemuda berperawakan kulit langsat dan berewok tersebut telah mempersiapkan dirinya dengan sempurna untuk menjemput Minnatullah binti Yasir, memulai hari spesial dalam hidup mereka. Hari itu Jumat, 5 Februari 2021 ia dan istri akan merayakan pesta pernikahan. Semua sudah di rencanakan, mulai dari memilih busana hingga tata acara untuk hari spesial itu. Diawali dengan berpamitan pada tetangga rumah perantauannya di Darrasah, setelah melaksanakan salat jumat Fikri memulai perjalanan menuju Heliopolis menjemput kekasih hatinya.

Dengan berbalut jas hitam, dasi kupu-kupu, dan sepuntung mawar merah di dada kirinya sebagai lambang keteguhan hati, dengan gagah Fikri beserta rombongan berangkat dengan mobil ke kediaman Minnatullah. Di sana mereka di sambut hangat oleh keluarga mempelai wanita. Suara suka dan doa saling bersahut. Berbagai senyum hangat terpampang di wajah yang menyaksikan sepasang kekasih yang sedang menyatukan dua benua tersebut.

Hari itu, tepat hari ke delapan belas setelah sebuah akad yang mengikat mereka terucap, mereka mengadakan sebuah pesta pernikahan. Tak lupa sebelum membawa kekasihnya mengabadikan berbagai momen di Hadiqah Al Azhar (taman Al Azhar), Fikri berpamitan memohon restu pada orang tua kekasihnya agar seluruh acara yang diagendakan hari ini berjalan lancar dan dalam keberkahan Ilahi.


Mobil rombongan beranjak dari Heliopolis kembali ke Darrasah, menuju Hadiqah Al Azhar untuk meluapkan kegembiraan sembari mengabadikan foto pasca pernikahan. Dengan berlatar keindahan sinar keemasan sore, sepasang hati ini pun saling berpadu kasih dalam berbagai momentum. Beraneka pose foto dipraktikkan, sesekali Fikri tersipu malu, sesekali lainnya Minnah yang tersipu. Sore itu, dua makhluk Tuhan itu benar-benar terlihat bahagia.

Puas menghabiskan sore di Hadiqah Al Azhar, kedua mempelai kembali ke kediaman Minnatullah di Heliopolis untuk memulai acara puncak pesta pernikahan mereka. Kembali, mereka diarak di jalanan dengan mobil. Suara riuh klakson saling bersahutan ketika mengantar sepasang pengantin di jalanan sudah menjadi hal yang biasa dalam tatanan masyarakat Mesir menyambut pesta pernikahan, seakan ia menjadi lambang pemberitaan bahwa hari ini ada sepasang hati yang sedang menyatu kasih.

Dikediaman Minnatullah, para tamu dari kedua mempelai mulai berdatangan. Cengkrama-cengkrama keakraban mulai terlihat, tamu-tamu saling berbagi cerita. Satu-persatu tamu undangan juga bertukaran mengabadikan momen dengan kedua mempelai. Begitupula berbagai pose romantis Fikri dan Minnatallah, keduanya tampak serasi dan memukau malam tersebut.

Tak hanya itu, suasana kembali menghangat saat penari dari sanggar Seni Aneuk Nanggroe mulai unjuk performa menampilkan tari Rapa’i Geleng, tarian Khas masyarakat Aceh. Pukulan rapai yang diiringi goyangan khas tersebut berhasil memikat setiap mata yang memandang dan menambah keharmonisan dua kerabat tersebut. Riuh tepuk tangan dari kerabat mempelai wanita tak terelakkan melihat tarian yang belum pernah ditemukan di negaranya.

(dok.kmamesir.org)
Selesai mendapat hiburan dan puas bercengkrama, acara di akhiri dengan wejangan dari Syekh Ayyub Jazairi, selaku guru besar Masyarakat Aceh di Mesir. Beliau menyampaikan berbagai adab dan hal-hal yang harus dijaga dalam berumah tangga. Beliau juga menyampaikan kewajiban seorang suami berlemah lembut terhadap istri. Tak luput, beliau mendoakan keduanya agar menjadi keluarga sakinah, mawadah warahmah.

Farhan Jihadi selaku salah satu yang mengikuti rentetan acara dari awal hingga selesai mengungkapkan, acara pernikahan sahabatnya itu dibuat secara sederhana dengan undangan yang terbatas. Namun kendati demikian berlangsung harmonis dan penuh kehangatan. Ketika ditanya lagi apakah pria yang sudah mengenal Fikri sejak SMA itu juga memiliki rencana yang sama menikahi gadis Mesir seperti sahabatnya ia hanya tersipu sembari menjawab.

“Rencana Insya Allah pasti, tapi bukan orang Mesir. Kita cari Akhwat Aceh saja, kalau ada Akhwat KMA lebih bagus. Intinya doi orangnya meutuah dan mau sama kita” ucapnya bergurau.


Kisah Perjalanan Asmara dan Tips Menikahi Gadis Mesir

Bermula dari keinginannya untuk menyempurnakan iman, Fikri mulai berlayar untuk mencari pelabuhan hatinya. Pertemanannya dengan seorang mahasiswa Indonesia yang sudah membangun rumah tangga bersama gadis Mesir membuka jalan untuk bisa berkenalan dengan salah satu gadis Kairo. Dimulai dengan saling bertukar CV (Curriculum Vitae), keduanya memulai hubungan. Minnatullah, gadis lulusan Fakultas Islamiyah jurusan Bahasa Inggris Universitas Al Azhar begitulah sekilas yang tertera pada CV gadis ingin ia kenali. Karena merasa tertarik, Fikri yang saat itu benar-benar bertekad membangun rumah tangga, mengirimkan sebuah foto dirinya. Ia juga mencoba membangun hubungan baik dengan keluarga si gadis. Namun kendati sudah mengirimkan foto dan membangun hubungan dengan keluarganya, gadis bercadar asal Kairo itu menginginkan Fikri untuk datang ke rumah dan berkenalan langsung dengan diri dan keluarganya.

Dengan penuh tekat dan keberanian Fikri memenuhi permintaan sang gadis. Gayung bersambut, kata pun berjawab, tata krama yang santun dan tutur kata yang lembut Pria kelahiran Banda Aceh tahun 1990 menjadikan dirinya diterima dengan baik oleh keluarga Minnatullah.

Selanjutnya perkenalan berlanjut ke tahap Ru’yah Syar’iah (Melihat wajah wanita yang ingin dinikahi), layaknya menikahi gadis bercadar lainya. Dalam tatanan masyarakat Mesir, biasanya Ru’yah Syar’iyah ini biasa dilakukan tiga kali. Namun, bagi Fikri, melakukannya sekali saja sudah memadai dan menguatkan tekad dirinya untuk melanjutkan perkenalan.

(dok.kmamesir.org)

Diri Fikri bertambah yakin dan tekadnya pun semakin kuat setelah melalui kurang lebih dua bulan masa perkenalan dengan keluarga dan sang gadis. Benih-benih cinta antara mereka pun mulai bersemi, Fikri yang saat itu sudah sangat membulatkan tekad menikahi Minnatullah meminta izin pada keluarga di kampung untuk melamar gadis asal Kairo tersebut. Dengan diiringi restu orang tua, pada Mei 2020 dirinya melangkah untuk mengkhitbah Minnatullah.

Setelah tujuh bulan kembali mengenal dan membangun cinta, akhirnya Fikri memutuskan mengajak Minnatullah ke pelaminan. Pada Selasa, 19 Januari 2021, Fikri mengucapkan akad pernikahan di waziratu ‘adal (Lembaga pernikahan di Mesir). Suasana haru dan gembira mewarnai hari itu. Muhammad Fikri Burhanuddin pria asal Aceh dengan sah menikahi Minnatullah binti Yasir gadis asal Kairo kelahiran 1995.

Perjalanan Cinta mereka berlanjut, bahtera baru mulai berlabuh. Hingga pada Jumat, 5 Februari 2021 mereka memutuskan mengadakan pesta sederhana sebagai tajuk pernikahan dan jembatan mempererat silah kerabat antar keluarga. Saat diwawancara pada, Selasa 23 Maret 2021 lalu, wajah Fikri dipenuhi dengan rona senyuman. Saat ditanya apa kendala besar dalam menjalin hubungan dengan seorang gadis yang yang memiliki latar belakang budaya, ras, suku bangsa yang berbeda ia hanya menjawab singkat,

“Semua itu gak ada apa-apanya jika sudah Cinta” sambil tersenyum.

Ketika kembali ditanya bagaimana tips bagi mahasiswa Indonesia yang juga ingin menikahi gadis Mesir ia juga tak menentukan cara khusus.

“sebenarnya tidak ada cara khusus sih, setiap orang memiliki cara berbeda dalam mencari dan mengenal pasangannya, ada yang melalui sosial media, dari kenalan kerabat keluarga, dan lain-lain yang penting jika sudah siap dan memiliki tekad yang kuat jangan sungkan untuk melangkah saja” jawabnya lagi diiringi senyuman khas dirinya.



Reporter: Annas Muttaqin
Editor: Teuku Rizki Maulana Utama


*Penulis merupakan mahasiswa jurusan Syariah Islamiyah Universitas Al-Azhar Kairo.

Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top