Ajaran Agama Sebagai Modal Dasar Dalam Bermedia

Oleh: Annas Muttaqin
Sumber: Unsplash.com
Teknologi semakin hari kian berkembang, tak terkecuali ruang penyedia informasi. Jika dulu konsumsi informasi massa didominasi oleh media cetak, dewasa ini konsumsi informasi massa beralih menjadi media online. Penggunaannya yang praktis serta efisien membuat media online menjadi pilihan yang paling tepat di tengah cepatnya perkembangan dunia.

Media online pun kini hadir bukan hanya sebatas penyedia informasi massa, berbagai modifikasi dilakukan guna menjadikannya hal yang utama di mata masyarakat. Hingga muncullah berbagai aplikasi yang berusaha mengimbangi fitrah manusia. Salah satu fitrah manusia yang dimanfaatkan oleh perakit aplikasi adalah rasa cinta manusia pada pujian serta fitrah manusia sebagai makhluk yang tidak bisa lepas dari interaksi. Maka muncullah fitur like, comment, dan share di berbagai media massa.

Lebih dari itu para perakit pun sadar, manusia memiliki kecenderungan untuk ingin selalu tampil sempurna di mata orang lain. Hingga berbagai fitur yang mendukung kecenderungan tersebut diluncurkan. maka jika kita mengkaji ulang segala sesuatu yang dikembangkan oleh perakit media online saat ini tidak terlepas dari apa yang mendukung fitrah-fitrah manusia yang diciptakan oleh Tuhan.

Namun, di balik perkembangan pesat ini ternyata berbagai tantangan baru pun hadir menghampiri. Manusia dengan sendirinya menjadi congkak terhadap kelompoknya. Penggunaan media massa online yang tidak dibarengi wawasan serta pengetahuan yang mapan menjadi masalah besar yang memicu timbulnya berbagai permasalahan baru. Belum lagi berbagai propaganda dan permainan isu yang dimainkan oleh pihak tertentu. Hal ini menjadi sebuah masalah serius dalam kehidupan bermasayarakat.

Penggunaannya yang bebas serta tanpa mengenal batas menjadikannya hal yang sulit dikendalikan. Belum lagi berbagai pelanggaran yang sering mengatasnamakan kebebasan berbicara dan berekpresi. Menjadikan media massa sebuah momok raksasa yang bisa menghancurkan umat mansia sendiri kapanpun dan dimanapun.

Sebutlah saja kabar bohong yang kian hari kian ramai beredar di media sosial. Entah itu hal yang menyangkut sosial, politik, agama atau hal-hal lain dari berbagai segi kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Hal ini cukup membuat resah berbagai kalangan, bahkan tak jarang menimbulkan konflik-konflik baru antar elemen masyarakat.

Masyarakat terpecah belah, mereka saling mencari orang-orang yang mendukung serta memiliki pandangan yang sama. Fitrah yang seharusnya diciptakan Tuhan untuk menjadikan manusia saling berkasih sayang dan membatu kini bercampur dengan egoisme yang tertanam dalam diri manusia. Dari situ, mulailah mereka memanfaatkan media massa untuk menjadikanya jembatan dalam meraup berbagai keuntungan. Mulai dari keuntungan pribadi, kelompok, instansi dan lain-lain.

Namun, sadarkah bahwa solusi untuk menepis berbagai berita bohong dan belajar untuk mapan dalam bermedia sosial sebenarnya sudah diajarkan dan ditanamkan dalam agama. Dalam Islam misalnya, selain dengan jelas Allah Swt. memerintahkan hamba-Nya untuk bertabayun ketika menerima suatu informasi, dalam penyebaran keilmuannya pun Islam sangat mengedepankan sandaran atau hubungan suatu informasi yang dikenal dengan istilah "sanad". Bahkan dalam meriwayatkan ayat-ayat Al-Quran dan Hadis pun sanad merupakan hal yang paling utama yang dipertimbangkan. Lantaran kelak ayat-ayat Al Quran dan Hadis ini akan menjadi sumber dasar dalam memutuskan suatu perkara.

Sanad inilah yang akan menjamin kuat atau lemahnya suatu periwayatan Al Quran dan Hadis. Secara tidak langsung proses periwayatan keilmuan dalam Islam memperlihatkan betapa suatu informasi harus benar-benar diselidiki sebelum dijadikan sumber dalam memutuskan hukum serta disebarkan. Inilah salah satu bentuk implementasi ajaran agama yang mengajarkan penganutnya untuk melawan berbagai berita bohong.[]

Editor: Ali Akbar Alfata

Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top