Di Balik Juara Lomba Karya Tulis Ilmiah
Oleh: Muhammad Asyraf Abdullah
”Kami tak pernah berpikir untuk menang,
apalagi bermimpi bahwa nama kami disebut oleh al mukarram Ustaz Adi Hidayat.
Ini salah satu anugerah yang besar”. Ujar Annas dengan senyuman manis yang khas
di sudut kamar, setelah makan kacang goreng dari Aceh, Bawaannya setelah
kembali dari kampung halaman tercinta.
Annas Muttaqin, Deffa Cahyana Harits dan Setia Farah Dhiba, ketiganya mahasiswa asal Aceh yang sedang menempuh
pendidikan Sarjana di Al-Azhar dan juga merupakan anggota Web KMA (Keluarga
Mahasiswa Aceh) Mesir. Mereka mengikuti lomba penulisan karya tulis ilmiah
tingkat nasional yang diadakan oleh Ustaz Adi Hidayat di awal bulan Oktober
2021, alhamdulillah tiga sekawan tersebut dapat meraih juara satu.
Awal mula kenginginan mereka untuk
mengikuti lomba berawal dari Setia Farah Dhiba, yang sangat mengidolakan sosok Ustaz
Adi Hidayat. Sejak tahun 2017, Ia sudah mengikuti akun Instagram milik ustaz
ternama itu. Tepat di akhir bulan September setelah pengumuman diadakannya
lomba karya tulis ilmiah yang dimuat di akun milik Ustaz Adi Hidayat, Dhiba
mengajak dua temannya, Annas dan Deffa. Mengingat tema karya tulis yang sedikit
memberatkan dan membutuhkan materi yang banyak Juga untuk menghasilkan karya
yang bagus perlu menyatukan pendapat, sudut pandang dan pola pikir yang berbeda
dalam satu karya tulis.
“Awalnya saya sama sekali belum pernah
mengikut lomba karya tulis ilmiah atau menulis tulisan yang semisal, murni ini
merupakan pengalaman pertama kami dengan niat untuk belajar. Dari lomba ini
kita akan tahu bagaimana kita menyatukan pikiran antar tim, mendengar pendapat,
berpendapat dan cara memberi saran yang baik” ujar Setia Farah Dhiba.
Setelah tim dibentuk dan memilih salah satu
tema yang sudah ditentukan oleh pantia, mereka menulis dengan tema “Peran Ulama
dan Santri dalam Kemerdekaan Indonesia”. Dalam proses menulis mereka memiliki
kendala karena perbedaan ruang dan waktu. Sebab, Annas dan Deffa sedang pulang
ke Indonesia untuk mengisi liburan kala itu. Annas di Banda Aceh dan Deffa di
Gayo. Hanya Dhiba yang masih setia mengisi kesehariannya di Mesir. Seperti
namanya Setia Farah Dhiba hehehe.
Dengan minimnya pengalaman mereka dalam
menulis karya tulis ilmiah, menyadarkan mereka untuk berlangkah lebih awal
untuk mengisi segala kekurangan mereka dan butuh banyak asupan semangat dalam
menyelesaikan tulisan yang baik. Demi terealisasikan niat awal mereka, belajar
menulis.
Membuat karya tulis yang baik bukanlah hal
mudah, selain mencari materi dan referensi yang benar untuk bahan dalam karya
tulis, mereka sangat perlu menuangkan segala sudut pandang, pendapat dan pola
pikir yang tertata baik dalam sebuah tulisan. Yang kemudian tulisan ini dapat
dipahami oleh pembaca dari berbagai kalangan.
Akhirnya mereka mulai membuat karya tulis
ini dengan merumuskan masalah, mencari poin-poin penting yang berkaitan dengan
tema sambil mencari materi dari berbagai referensi. Setelah itu mereka menulis
dengan ide masing-masing. Dan hasil dari tulisan-tulisan itu mereka satukan
dalam satu karya.
Tepat tanggal 29 Oktober hari jumat, kabar
gembira itu datang via whatsapp Annas Muttaqin. Dari 600 naskah yang
mengikuti lomba ini, mereka keluar sebagai juara pertama. Senang menyelimuti
haru yang dirasakan saat nama-nama mereka disebut satu persatu sebagai pemenang
lomba.
“Gak bisa berkata-kata. Seperti mimpi, tapi
pastinya kami bersyukur. Karena kami sama-sama tidak punya ambisi besar untuk
menang. Apalagi kami belum berpengalaman dalam membuat karya ilmiah. Kami
mengikuti lomba ini supaya punya pengalaman saja dengan modal amalan jariah
dari senior-senior KMA di dunia kepenulisan” ucap Deffa yang masih tidak
percaya dengan semua ini.
Di hari kemenangan mereka, kami warga KMA turut bahagia dan terharu. Tiga saudara kami memenangkan lomba di kancah nasional. Bertepatan juga dengan acara Khanduri Maulid yang disenggelarakan di Meuligoe KMA. Tampak dalam shaf-shaf acara terdengar nama-nama mereka dengan pujian di awal dan akhir kalimat. Juga status Whatapps dan Instagram turut menyemarakkan kemenangan atas Annas Muttaqin, Deffa Cahyana Harist dan Setia Farah Dhiba.
Tiba-tiba saja saya hampir menjatuhkan air
mata karena mendengar cerita mereka, terharu. Tapi karena saya seorang lelaki
mantan anggota tapak suci saya mengurungkan niat itu.[]
*Penulis merupakan mahasiswa jurusan Tafsir dan Ilmu Al-Quran Universitas al-Azhar, Mesir.
Editor : Novian Nuzul Faza
Posting Komentar