Oleh: Ali Akbar Alfata
|
Sumber: https://english.ahram.org.eg/ |
Pangeran Charles dan istrinya Carmilla, adipati Cornwall mengunjungi mesjid al-Azhar pada (18/11) lalu. Kunjungan mereka tersebut didampingi oleh Grand Syekh al-Azhar Ahmad Al-Thayyeb. Kunjungan ini pun menarik perhatian orang banyak. Seorang tokoh di dunia politik barat yang mungkin tidak banyak bersentuhan dengan Islam tapi mengunjungi salah satu pusat studi Islam terbesar dan tertua saat ini.
Usut punya usut, ternyata ini bukan kali pertama Pangeran Charles mengunjungi mesjid al-Azhar. Pada tahun 2006 lalu, ia juga mengunjungi mesjid yang sudah berumur 1000 tahun lebih itu.
Dalam kunjungan kali ini, Pangeran Charles, serta Syekh Ahmad Al-Thayyeb berdiskusi tentang beberapa topik. Di antara topik tersebut adalah pentingnya dialog antar-agama serta langkah-langkah yang harus dilakukan menghadapi perubahan iklim dunia. Di akun facebook resminya, Grand Syekh mengungkapkan rasa senangnya terhadap pertemuan ini.
سعدت بلقاء الأمير تشارلز بالجامع الأزهر، تناقشنا حول أبرز الأزمات الإنسانية المعاصرة، ووجدت فيه قائدا يتحلى بالحكمة والمسؤولية، وصوتا غربيا منصفا في حديثه عن الإسلام والمسلمين، ناقشنا أهمية تعزيز حوار الأديان، وأزمة تغير المناخ، وضرورة إيجاد حلول جذرية للحد من خطورتها
"Saya sangat senang bertemu dengan Pangeran Charles di mesjid al-Azhar, kami berdiskusi tentang berbagai topik yang merupakan krisis di dunia modern. Pangeran Charles adalah seorang yang sangat bijak dan bertanggung jawab sebagai pemimpin yang tetap menjaga perspektif baik barat terhadap Islam dan orang-orangnya. Kami berdiskusi pula tentang pentingnya dialog antar-agama serta krisis perubahan iklim dan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menyelesaikannya."
Tentu, sebagaimana senangnya Grand Syekh, orang-orang di al-Azhar pun turut senang dengan hubungan baik ini. Diharapkan dengan adanya hubungan seperti ini, al-Azhar dapat menjalin kerjasama lebih serta memberikan kesepahaman dalam kemanusiaan sebagai suatu hal yang menyatukan manusia apapun agama yang dianutnya.
Hal yang semacam ini lah yang bertahun-tahun diperjuangkan Grand Syekh Ahmad Al-Thayyeb. Dalam berbagai pertemuan, ia selalu memperjuangkan al-Azhar agar menjadi corong Islam kepada dunia luar, berdiskusi tentang hal-hal yang menyatukan umat beragama, dan melihatnya sebagai rahmat Allah SWT.
|
Sumber: https://english.ahram.org.eg/ |
Tidak jarang pula langkah-langkah ini ditentang oleh beberapa pihak, terutama terhadap individu Grand Syekh sendiri. Mereka menganggap hubungan semacam ini mengurangi eksklusivisme Islam dan merendahkan marwah agama ini. Padahal keterbukaan Islam yang dilakukan dengan cara yang benar tidaklah mengeruk identitas. Namun, sebaliknya malah memperkuat identitas tersebut. Demikian, Grand Syekh pun tetap maju memperjuangkan Islam yang moderat di dunia barat dan menghadirkan al-Azhar sebagai tokoh penengah di tengah pergolakan politik dan agama.
Pertemuan semacam ini mampu memperkuat toleransi umat beragama. Diharapkan pula hal ini dapat membuat wajah agama secara umum lebih maju, sehingga pertumpahan darah atas nama agama layaknya di masa lalu tidak terulang lagi di masa depan nanti.[]
Editor: Anas Muttaqin
Posting Komentar