Sarjana dan Upaya Meraut Peukateun

Oleh : Muhibussabri Hamid*

(Sumber foto: google)

Tidak semua orang mampu menyelesaikan pendidikan dari sekolah dasar hingga jenjang kuliah, hal ini disebabkan oleh berbagai latar belakang dan dhuruf (rintangan) yang berbeda satu sama lain. Beberapa orang harus merelakan dunia pendidikan mereka di tengah jalan karena keterpaksaan, baik karena ketidakmampuan ekonomi keluarga maupun keterbatasan kemampuan belajar. Jadi, selamat kepada semua kawan-kawan KMA dan Masisir yang telah menyelesaikan pendidikan tahap sarjana di Universitas Al-Azhar tahun ini. 

Titel sarjana merupakan bukti bahwa setidaknya seseorang sudah menyelesaikan pendidikan di sebuah universitas, yang kemudian ia akan dianggap sebagai orang yang memiliki kapabelitas tertentu dalam keilmuan yang telah ia selesaikan. Juga sedikit tidaknya ia dianggap mewakili almamater lembaga yang telah memberikannya ijazah, dalam hal ini Universitas Al-Azhar. Terlepas dari berbagai cerita keramat di bangku kuliah dan ijraat-nya, sekarang anda adalah alumni kebanggaan mereka, dengan segudang tanggung jawab moral, ilmu dan amal. Sekali lagi, selamat!

Lalu apa hubungannya sarjana dengan peukatuen? Tentu saja sangat berhubungan sebab seseorang yang sudah menyelesaikan sarjana dianggap sebagai manusia terpelajar yang mempunyai ilmu mumpuni dan peukateun yang baik. Jadi bisa dikatakan jika peukatuen baik itu seperti inner beauty-nya sarjana lah. Peukatuen adalah kalimat dalam Bahasa Aceh yang bisa dimaknai sebagai karakter, tabiat atau perilaku seseorang yang secara sadar atau tidak tercermin dalam sebagai sifat keseharian mereka.

Jika ada karakter atau tabiat yang baik, tentu saja terdapat karakter atau tabiat yang buruk, alasan inilah yang menjadikan narasi ini menarik menjadi sebuah kolom supaya kita atau siapa saja yang membacanya bisa meraba-raba, saat ini peukateun apa yang dominan pada dirinya.

Meraut peukateun

Definisi meraut yaitu mengasah, menghaluskan, melancipkan atau meratakan, semuanya merupakan usaha atau tindakan membentuk sesuatu, seperti meraut pensil agar runcing, atau meraut duri pada ruas bambu supaya bersih. Dalam hal peukateun tadi, sebut saja meraut inner beauty agar semakin terlihat cantik atau meraut hati dan jiwa dalam diri manusia agar berkurang tabiat yang buruk.

Lalu timbul pertanyaan, apakah peukateun bisa diraut atau diubah? Beberapa jurnal psikologi menuliskan bahwa siapa saja bisa memperbaiki atau mengubah kepribadian mereka sendiri selama ia (diri sendiri) punya keinginan yang kuat dan mau serta melakukannya. Melihat dengan cara baru, berdamai dengan diri sendiri dan terus mengurangi kebiasaan yang tidak baik, nantinya akan membentuk sebuat tabiat baru yang ideal. Sebaliknya tabiat yang buruk juga berasal dari kebiasaan buruk dan seringnya seseorang mengalami pengalaman buruk!

Nah, jika ternyata kita para sarjana lulusan salah satu universitas Islam yang dikenal dengan nilai wasatiah atau moderat masih memiliki banyak duri pada peukateun kita, maka seperti kewajiban bagi kita untuk berbenah meraut duri tersebut agar bersih. Adapun yang sudah baik juga kita raut agar semakin tajam, dan jangan pula melupakan outer beauty, karena biar bagaimanapun keseimbangan lahir dan batin adalah keharusan bagi kita, sehingga nantinya benih-benih ilmu yang kita bawa pulang bisa kita semai dengan subur dan berbuah di kampung halaman tercinta. Amin!

Editor: Annas Muttaqin

*Penulis merupakan mahaiswa pascasarjana Universirtas Alesco, Kairo.

  

Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top