"Seratus Hari Menggapai Mumtaz" Bangkitkan Semangat Ngampus Mahasiswa Baru



Beberapa muda-mudi berpakaian rapi tampak duduk sigap di beranda Meuligoe menyambut mahasiswa-mahasiswi baru yang akan mengikuti acara ungulan dari Divisi Pendidikan KMA. Kamis, 29 September 2022 menjadi hari pembukaan program “Seratus Hari Menggapai Mumtaz” yang rutin digelar tiap tahunnya. Kegiatan ini dilaksanakan guna memperkenalkan kepada mahasiswa-mahasiswi baru dunia kuliah, talaqqi serta gambaran dan persiapan menghadapi ujian di Al Azhar. Tak sampai di sini, empat bulan ke depan mereka juga akan menerima bimbingan belajar khusus untuk mempersiapkan ujian kuliah..

Pukul 13:00 clt, pembawa acara memegang mikrophone, membuka acara. Para mahasiswa kedatangan tahun 2021 memenuhi Meuligoe KMA. Rekah senyum tak putus terpancar dari mulut mereka setelah rencana duduk di bangku kuliah tahun lalu gagal lantaran harus tiba tepat saat masa ujian. Kini mereka telah lebih siap dan bersemangat menyelami dunia kampus. Ditambah lagi dengan pondasi ilmu-ilmu pengantar yang telah mengisi waktu luang mereka setahun terakhir pada program “Beut Ilme Alat”. Materi pengantar kuliah berupa Nahwu, Sharaf, Balaghah dan Mantiq pun turut diajarkan dalam program tersebut.

Acara hari itu diisi oleh empat pemateri hebat asal Aceh yang telah berpengalaman menghadapi dunia dan lingkungan kampus. Sesi pertama dimulai pada pukul 13:15 clt. Sesi ini disampaikan oleh dua pemateri, Tgk. Novian Nuzul Faza,Lc. Dipl. dengan pembahasan “Antara Jami’ wa Jami’ah” dan Tgk. Ali Akbar Alfata dengan pembahasan “Ujian Al Azhar”. Dalam penyampaian materi pertama, Tgk. Novian menyampaikan sejarah Al Azhar sejak masih menggunakan sistem tradisional hingga, menerapkan jenjang sarjana, magister dan doktoral. Proses ajar-mengajar yang juga awalnya hanya dilaksanakan di dalam masjid antara sang murid yang ber-talaqqi atau mengkaji kitab dengan gurunya hingga akhirnya mendirikan universitas terpisah seiring maju dan berkembangnya zaman.

Beliau juga menyampaikan pentingnya menjaga keseimbangan antara ber-talaqqi yang biasanya dilaksanakan di masjid (Jami’) dan ruwaq-ruwaq dan mengikuti materi kuiah di universitas (Jami’ah). Selain itu, pemuda yang pernah menduduki jabatan Ketua Senat Fakultas Ushuluddin itu, juga menekankan urgennya menyelaraskan nilai-nilai Islam yang telah dipelajari dan diujiankan dengan perbuatan sehari-hari.

“Kalau kita memang memiliki nilai sempurna di ujian kuliah namun apakah itu juga berlaku di keilmuan kita?” pungkas Tgk. Novian.

Penyampaian materi selanjutnya diisi oleh Tgk Ali Akbar Alfata, Lc.. Ia memaparkan apa yang harus dipersiapkan menjelang ujian Al Azhar secara padat dan lugas. Ia juga menekankan perihal kesehatan yang sering diabaikan oleh mahasiswa pada umumnya.

“Materi ini sering diabaikan oleh mahasiswa. Seperti kurangnya memerhatikan pola makan dan waktu tidur hingga kebanyakan mahasiwa drop ketika hari ujian, pada akhirnya ini sangat mengganggu saat menjawab soal ujian. Dan juga kurang perhatian saat mengisi biodata sebelum menjawab soal, sehingga jawaban yang kita isi berakhir sia-sia karena biodata diri yang tidak lengkap.” Ujar pemuda kelahiran Jakarta tersebut. 

Usai sesi pertama, peserta dipersilakan untuk istirahat dan shalat sembari merilekskan urat-urat yang tegang, menyegarkan mata dan telinga yang mulai lelah menyimak materi. Waktu Istirahat berlangsung kurang lebih dua jam lamanya. Saat semuanya mulai segar dan rileks, acara kembali dimulai

Sesi kedua diisi oleh mahasiswi progresif asal Aceh, Tgk. Rahmiatul Aini, Lc.. Dalam kesempatan tersebut Tgk. Rahmiatul Aini membahas tentang tips memahami muqarar. Mahasiswi yang menambatkan hatinya pada Fakultas Lughah Arabiyah itu, membagi materinya dalam beberapa poin. Lebih lanjut ia juga menekankan pentingnya memahami muqarar (diktat kuliah) dan menghadiri kuliah, mendengar setiap penjelasan dosen atau duktur. Jika materi yang disampaikan di kuliah belum juga mempu dipahami, para mahasiswa dianjurkan untuk mengahadiri bimbel atau membentuk komunitas belajar bersama. Pemateri juga mengingatkan bahwa dalam memahami muqarrar harus sering membaca dan mengulang.

“Sebagai mahasiswa semester pertama di Azhar, harus memiliki semangat yang tinggi karena ini merupakan start awal kalian dalam menempuh pendidikan di luar negeri. Di tingkat ini juga para mahasiswa harus melihat kemampuan diri, memahami cara belajar yang tepat dan jangan mudah putus asa jika belum memahami setiap pelajarannya. Kita harus semangat, yang namanya bidayah (permulaan) pasti susah, tinggal kita yang ingin memilih menyerah atau hadapi” ujarTgk. Rahmiatul Aini.

Para peserta yang menghadiri acara tersebut terlihat bersemangat mendengar tiap materi yang disampaikan. Tak lupa, beberapa pena juga terlihat bergoyang mengabadikan poin-poin penting yang disampaikan pemateri.

Di samping itu, ada hal menarik pada acara grand opening 100 Hari Menggapai Mumtaz pada tahun ini, Divisi Pendidikan kali ini memberi satu kursi tambahan untuk pemateri dengan tema “Pendidikan Dalam Dunia Perempuan”. Tema ini diangkat bukan lantaran wanita lebih membutuhkan didikan dibanding lelaki. Namun, mengingatkan perjuang wanita dalam dunia pendidikan memiliki kontribusi yang sangat penting bagi peradaban manusia. Sesi tersebut diisi oleh Tgk. Nur Akmalia, Lc..

Dalam pemaparannya Tgk. Nur Akmalia memberikan contoh Prof. Huzaemah Tahido Yanggo, perempuan Indonesia yang pertama mendapat gelar doktor dari Universitas Al Azhar dengan predikat cumlaude. Ia menyelesaikan pendidikannya dalam kurun waktu tiga tahun. Kemudian Syeikhah Rahmah El Yunisiyah, perempuan Indonesia yang berasal dari Padang Panjang. sosok tersebut merupakan wanita pertama yang diberi gelar "Syeikhah" oleh Universitas Al Azhar. Perguruan diniyah putri yang diasuh Syeikhah Rahmah juga menginspirasi Universitas Al Azhar mendirikan Kulliyatul Banat (kampus untuk perempuan). Lebih lanjut, Tgk. Nur Akmalia juga menjelaskan tak ada batasan pencapaian antara laki-laki dan perempuan dalam pendidikan, semua berhak dan mampu mencapai target-target besar.

Tema tersebut diharapkan mampu memberi dorongan semangat kepada mahasiswi-mahasiswi baru dalam menanggapi berbagai tanggapan negatif seputar pendidikan terhadap perempuan. Tampak para peserta memenuhi catatan dengan kata-kata semangat dan poin-poin penting dari pemateri. Antusias peserta juga turut dialirkan lewat pertanyaan-pertanyaan.

Beberapa menit seblum azan magrib materi yang disampaikan oleh Tgk. Nur akmalia berakhir. Sesi tersebut sekaligus menjadi penutup dari rangkaian acara pembukaan “Seratus Hari Menggapai Mumtaz”. Tak lupa setelah mengisi semangat melalui berbagai materi dan melaksanakan ibadah shalat magrib berjamaah, para peserta juga dihidangkan jamuan makan malam untuk mengisi semangat perut yang mulai terkuras.

Agenda istimewa dari Divisi Pendidikan ini, merupakan bentuk rasa meuadoe a (adik-kakak) mahasiswa Aceh di Mesir terhadap adik-adik kelas yang baru menduduki semester pertama. Program ini benar-benar ampuh, hal ini terlihat dengat berbagai pencapaian mahasiswa Aceh selama program ini berlangsung. []

Reporter: Muhammad Asyraf Abdullah
Editor: Annas Muttaqin 

Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top