Implikasi dari Inflasi Ekonomi Mesir Terhadap Eksistensi Mahasiswa Asing Di Mesir

Oleh: Muhammad Aufia Alkiram*

(Sumber gambar: https://ekonomi.bisnis.com/)
 

Tak Teraba Tapi Nyata

Segala hal dalam kehidupan ini memiliki ketergantungan antara satu dan yang lainnya, memiliki kausalitas antara satu hal dan yang lain, satu hal bisa mempengaruhi hal lainnya dan saling membutuhkan; itulah mengapa manusia disebut sebagai mahkluk sosial. Hanya Tuhan satu-satunya yang tak memiliki ketergantungan dengan siapapun dan apapun.

Salah satu fenomena sosial yang mana setiap orang pasti mengalaminya dan terkena dampaknya adalah problematika ekonomi. Entah rakyat jelata atau darah biru, entah kalangan bawah, menegah ataupun atas, entah rakyat sipil ataupun militer, semua terkena dampak dari dinamika problematika seputar ekonomi.

Berbicara tentang ekonomi sama halnya berbicara tentang berbagai kebutuhan manusia, dari yang primer ataupun skunder dari yang temporal sampai yang repetitif, dllnya. Pada hakikatnya, setiap mahkluk memiliki ketergantungannya masing-masing. Hewan-hewan membutuhkan makanan dan air, tumbuh-tumbuhan membutuhkan sinar matahari, unsur hara tanah dan karbondioksida untuk berfotosintesis, begitu pun manusia yang butuh akan sandang, pangan dan papan.

Ketika suatu hal tidak memiliki unsur keterbatasan dan kelangkaan dalam memenuhi suatu kebutuhan, maka hal tersebut tidak bisa dikategorikan sebagai problematika ekonomi. Contohnya, ketergantungan manusia akan oksigen untuk bernapas, kita tahu kalau oksigen untuk saat ini berlimpah ruah di udara Bumi sehingga kita memiliki kapabilitas untuk bernapas dengan bebas tanpa harus memikirkan akan keterbatasan dan kelangkaan dari oksigen itu sendiri. Kita tidak perlu memikirkan biaya produksi, distribusi ataupun konsumsi dari oksigen untuk bernapas, tinggal hirup dan tak ada permasalahan rumit yang perlu dipikirkan. Terkecuali jika sewaktu-waktu oksigen menjadi suatu komoditas yang langka dan terbatas, maka bisa jadi akan terkategorikan sebagai problematika ekonomi. Karena memiliki pertimbangan akan keterbatasan dan kelangkaan dalam kebutuhannya.

Ketika suatu hal memiliki unsur keterbatasan dan kelangkaan dalam memenuhi suatu kebutuhan, maka hal itu bisa dikategorikan sebagai problematika ekonomi. Semisal beras untuk makanan pokok suatu masyarakat di wilayah tertentu, kita semua mengerti kalau beras membutuhkan berbagai proses agar dapat dikonsumsi seperti pada umumnya. Melibatkan produsen, distributor barulah sampai ke konsumen. Dan komoditas beras pun memiliki unsur kelangkaan dan keterbatasan; maksudnya apa? Sewaktu-waktu, beras bisa saja menipis ketersediaannya dan langka untuk didapatkan, sedangkan masyarakat masihlah memiliki ketergantungan akan beras. Maka dengan unsur-unsur yang terdapat dalam beras tadi apabila ditinjau dari segi ekonomi, maka komoditas beras bisa dikategorikan sebagai problematika ekonomi.

Sama halnya dengan kebutuhan-kebutuhan lainnya, apabila ada unsur kelangkaan dan keterbatasan di dalamnya, maka komoditas tersebut tergolong sebagai problematika ekonomi. Bila mana tidak, maka tidak tergolong.

Dalam dinamika sosial masyarakat, ada banyak sekali sirkulasi dan fluktuasi pada berbagai komoditas kebutuhan masyarakat. sirkulasi dan fluktuasi ini besar dipengaruhi atas dasar hukum supply and demand atau permintaan dan penawaran. Singkatnya, permintaan merupakan serangkaian kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh pembeli dalam memenuhi akan kebutuhan terhadap komoditas barang atau jasa tertentu. Sedangkan penawaran merupakan serangkaian kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh pihak penjual dalam menyediakan kebutuhan akan barang atau jasa tertentu.

Hukum permintaan dan penawaran ini besar dipengaruhi oleh fluktuasi harga (naik turunnya harga), ketika harga suatu komoditas atau jasa sedang tinggi, maka besar kemungkinan orang-orang yang berperan sebagai penjual atau penyedia barang akan berlomba-lomba untuk menjual barang atau jasanya dengan harapan mendapatkan laba yang besar. Sedangkan ketika harga sedang turun, orang-orang yang memainkan peran ekonomi sebagai pembeli akan berlomba-lomba untuk membeli barang atau jasa yang harganya sedang turun atau murah.

Fluktuasi harga juga memiliki probabilitas dipengaruhi oleh sirkulasi dari permintaan dan penawaran. Ketika suatu komoditas memiliki permintaan yang tinggi, tapi ketersediaannya begitu terbatas, maka akan terjadi yang namanya kelangkaan terhadap suatu komoditas di mana menyebabkan harganya akan semakin mahal. Begitu juga sebaliknya, apabila suatu komoditas memiliki angka ketersediaan yang tinggi, tapi permintaanya rendah, aslias kata lainnya stok barangnya banyak tapi pembelinya sedikit yang berminat. Maka harga komoditas tersebut akan turun dan menjadi murah. Dengan catatan, hukum ini memiliki pengecualian terhadap komoditas-komoditas tertentu. Sepertinya halnya barang-barang mewah, kolektor dan barang-barang lainnya yang tidak diproduksi secara masal atau bahkan hanya diproduksi sekali.

Hal-hal yang mempengaruhi naik turunnya harga dari suatu komoditas atau jasa itu bervariasi, hukum supply and demand hanya salah satu faktornya saja. Harga suatu barang atau jasa yang semakin naik dalam kurun waktu tertentu di mana mempengaruhi pada harga barang-barang lainnya dalam suatu negara disebut dengan inflasi. Sebaliknya, menurunnya harga suatu barang atau jasa dalam kurun waktu tertentu di mana memiliki implikasi pada barang-barang lainnya pada suatu negara disebut dengan deflasi.

Pembahasan kali ini tidak akan meluas membahas deflasi, kita hanya mengerucutkan pada pembahasan inflasi saja. Sebelum kita mengambil kesimpulan dan menentukan rencana untuk berbagai keputusan finansial sebagai mahasiswa asing yang sedang melanjutkan studi di luar negeri terkhusus di negara Mesir, alangkah baiknya kita memahami terlebih dahulu definisi dari terminologi inflasi itu sendiri. Seperti apa yang diajarkan oleh ulama-ulama kita di Al-Azhar, “Al-hukmu ‘an syaiin far’un ‘an tasawwurihi.” Menghukumi atau menjustifikasi suatu esensi itu merupakan turunan dari memahami gambaran utuhnya.

Fenomena inflasi merupakan salah satu dari serangkaian fenomena ekonomi, wujudnya memang tak teraba, tapi dampaknya cukup nyata.

Apa Itu Inflasi?

Inflasi merupakan suatu keadaan dimana harga-harga barang ataupun jasa mengalami kenaikan secara terus-menerus dalam kurun waktu tertentu di mana kenaikan harga satu barang mempengaruhi naiknya harga barang-barang yang lain. Apabila kenaikan harganya hanya pada satu komoditas barang saja dan tidak mempengaruhi barang yang lain, maka tidak bisa dikatakan inflasi. Juga apabila kenaikan harga barang-barang hanya berlangsung singkat dan tidak naik secara terus-menerus, maka tidak juga bisa dikatakan kalau itu inflasi.

Contoh nyata yang sering kita temui dari inlasi adalah naiknya harga bahan bakar minyak atau BBM, di mana kenaikan harga BBM memiliki implikasi pada kenaikan harga barang-barang lainnya. Dan kenaikan ini berlangsung secara terus-menerus dalam kurun waktu tertentu.

Implikasinya Terhadap Mahasiswa Asing

Baik inflasi ataupun deflasi yang dialami oleh suatu negara bukan serta merta untuk dihilangkan secara total, karena hakikatnya suatu negara terkadang membutuhkan yang namanya inflasi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di negara tersebut. Namun inflasi yang seperti apa? Inflasi terkontrol dan terkendali yang berada dalam skala kecil, bukan yang berada dalam skala berlebih. Karena baik inflasi ataupun deflasi apabila telah sampai pada skala yang berlebih, maka implikasinya akan buruk bagi eksistensi ekonomi suatu negara dan lapisan masyarakat, termasuk di dalamnya kalangan mahasiswa asing yang sedang menempuh studi di negara tersebut.

Inflasi ekonomi yang dialami oleh negara Mesir secara tidak langsung memberikan efek domino pada seluruh lini masyarakatnya, terutama pada kalangan menengah ke bawah. Mahasiwa asing yang sedang menempuh studi di negara tersebut juga ikut terkena dampak dari inflasi ekonomi. Contoh empirik yang sangat terasa bagi mahasiswa asing di sini adalah naiknya harga-harga sewa rumah apartemen untuk tempat tinggal, naiknya biaya pembayaran listrik dan air, biaya transportasi pun juga ikut naik, dan banyak hal-hal lainnya yang terkena imbas dari inflasi ini.

Inflasi ekonomi itu ibarat sebilah pedang dengan dua mata tajam di setiap sisinya. Di satu sisi cukup merugikan dan memiliki dampak buruk bagi eksistensi mahasiswa asing dari beberapa negara, di satu sisi pula memiliki keuntungan tersendiri bagi mahasiswa asing dari negara-negara tertentu. Tidak setiap orang merasakan hal yang sama dari terjadinya sebuah fenomena.

Inflasi tidak selamanya terdengar buruk dan memiliki konotasi negatif bagi mahasiswa asing. Ada beberapa mahasiswa yang memang berasal dari negara yang ekonominya bisa dibilang cukup bagus dan stabil, nilai tukar mata uang mereka dengan mata uang Mesir pun lebih tinggi. Kita ambil beberapa contoh, Ringgit Malaysia yang nilai tukar ke Pound Mesir, satu Ringgit Malaysia bila dikonversikan ke Pound Mesir akan bernilai empat Pound. Apabila orang tua mereka memberikan kiriman uang bulanan sejumlah 3000 Ringgit, maka bila dikonversikan mereka akan mendapatkan 12.000 Pound Mesir. 12.000 itu angka yang cukup fantastis untuk seorang mahasiswa, apalagi mahasiswa asing. Belum lagi contoh lain dari negara Amerika yang nilai tukar Dolar menjadi tolak ukur perputaran nilai tukar mata uang dunia. Anda bisa bayangkan kalau mahasiswa-mahasiswa yang berasal dari Amerika apabila menukarkan mata uangnya (USD) dengan mata uang Mesir, tentu jumlahnya akan jauh berbeda lebih tinggi dari mahasiswa asing lainnya.

Inflasi akan memiliki implikasi yang cukup berbahaya terhadap masyarakat apabila sudah mencapai skala kebutuhan-kebutuhan pokok, entah dari sandang, papan ataupun pangan. Salah satu dampaknya bagi mahasiswa asing juga adalah berkurangnya daya beli mahasiwa asing terhadap komoditas ataupun jasa yang tersedia di Mesir. Ataupun berkurangnya kuantitas dari barang yang dibeli untuk memenuhi kebutuhan. Jumlah uangnya memang tidak berkurang, jumlah angkanya pun tidak berubah, yang berkurang itu daya belinya dan nilai tukar mata uangnya.

Lantas Apa Solusinya?

Solusi paling sederhana yang sudah umum diketahui oleh publik untuk menghadapi dan menekan implikasi dari inlfasi adalah dengan menghemat pengeluaran dan pembelanjaan. Yang biasanya makan tiga kali sehari menjadi dua kali sehari, yang biasanya lebih sering berpergian naik transportasi umum menjadi tidak terlalu sering, yang biasanya sering makan di rumah makan Indonesia menjadi jarang untuk berkunjung, yang biasanya bisa rekreasi wisata tiap bulan kini hanya mampu setiap tiga bulan, dan berbagai contoh lainnya dari dampak inflasi yang dialami oleh mahasiwa asing di Mesir.

Ada pun solusi lain yang ditawarkan oleh para ekonom, pengamat finansial, dllnya adalah mengalokasikan uang penyimpanan atau tabungan menjadi uang yang diinvestasikan pada instrumen-instrumen investasi tertentu. Karena apabila hanya sekadar menabung, uang yang kita simpan memang tidak berubah jumlahnya, akan tetapi nilai tukarnya akan berkurang seiring masih berlangsungnya inlfasi. Namun apabila uang itu kita alokasikan kepada instrumen investasi, uang kita yang tadinya hanya stagnan diam di tempat kini menjadi berputar dan bertumbuh sesuai dengan jenis dan tipe investasi yang kita ambil. Dengan kata lain, dengan berinvestasi kita bisa menekan implikasi dari inflasi yang dialami oleh negara Mesir terhadap status finansial sebagai mahasiswa asing yang sedang studi di Mesir.

Untuk jenis, brand, dan jangka waktu investasinya ya tergantung pada tiap individu. Tidak ada investasi yang paling sempurna dan bisa diterima oleh semua orang, yang ada hanyalah instrumen investasi yang paling cocok dan sesuai dengan situasi dan kondisi mahasiswa tadi. Kita memang tidak bisa menafikan kalau kita butuh akan dana dan uang untuk eksistensi studi kita di Mesir, akan tetapi dalam memenuhi kebutuhan itu kita harus mencari cara yang cerdas, halal, baik dan berkah pastinya. Prinsipnya, kita bisa berupaya mencari sumber pemasukan dana dengan cara halal dan tidak begitu mengganggu waktu dan kegiatan dalam belajar selama di Mesir, salah satunya dengan berinvestasi. Nah, tinggal temukan sendiri cara yang sesuai dengan kemaslahatan kalian masing-masing!

Terkhusus sebagai mahasiswa, sudah seharusnya untuk memperkaya intelektual dengan literasi-literasi seputar finasial dan ekonomi, agar lebih memahami kondisi terkini dan nanti yang sedang dan akan dihadapi. Juga dengan intelektual dan kecerdasan finansial yang memadai, akan cukup membantu dalam membuat berbagai rencana dan keputusan finansial. Entah dalam skala individu ataupun kolektif. Harapannya agar kita sebagai mahasiswa asing yang sedang studi di negeri orang yang jauh di perantauan, memiliki pengetahuan dan wawasan finansial yang mumpuni sebagai langkah preventif ataupun defensif untuk mempertahankan eksistensi kita selama menempuh studi di Mesir.

 *Penulis merupakan peraih juara 3 pada Lomba Menulis Opini se-masisir yang diselenggarakan oleh Departemen Publikasi KMA Mesir 2022.

Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top