Mengenal Sejarah Bubur 'Asyura, Tradisi di Bulan Muharram

 Oleh: Arief Munandar*

Sumber: AcehNews.Net
 
Bulan Muharram memiliki banyak keutamaan, diantaranya dilipat gandakan pahala bagi orang yang berpuasa dan bersedekah. Salah satu perayaan atau tradisi yang sudah menjadi turun temurun dari nenek moyang dulu adalah masak bubur ‘Asyura dalam kuali besar. Agenda ini juga merupakan salah satu bentuk rasa syukur manusia atas keselamatan yang selama ini diberikan oleh Allah SWT. Biasanya bubur ini dibuat hanya sekali dalam setahun yaitu pada 10 Muharram dengan cara meuripe (patungan), sesuai dengan penamaan bubur tersebut, 'Asyura yang berarti sepuluh dalam bahasa Arab . 
 
Baca Juga: Tradisi Aceh Yang Perlu Kamu Ketahui

Bubur yang dimasak tersebut biasanya akan dibagikan ke setiap rumah yang ada disekitarnya dan akan menjadi menu wajib saat berbuka puasa. Bubur ‘Asyura terbuat dari tepung kanji yang dicampuri beras dan dicampurkan dengan 41 bahan dan rempah-rempah lainnya, seperti jangung, ubi, pisang, ketela, kacang, nangka, daun pandan, santan dan lain-lainya. Kemudian, dicampur dan dimasak hingga mejadi bubur. Tradisi semacam ini juga diniatkan pahala bagi yang masih hidup maupun arwah kaum muslimin lainnya yang sudah tiada.

Ada beberapa versi asal-usul dan sejarah tentang bubur ‘Asyura. Sebagian dari masyarakat ber-tafa’ul (mengambil berkah) dari kisah Nabi Nuh ketika selamat dari banjir bandang. Saat Nabi Nuh dan kaumnya selamat kemudian turun dari kapal, mereka mengadu kepada Nabi Nuh, bahwasanya mereka dalam keadaan lapar sedangkan bekal dan stok makanan mereka sudah habis.

Kemudian Nabi Nuh mengumpulkan mereka untuk membawakan siapa saja bekalnya yang masih tersisa. Ada sebagian dari mereka tersisa segenggam gandum, ada yang satu genggang kacang. Dari semua genggaman tersebut, maka Nabi Nuh pun memasak semuanya menjadi satu masakan sehingga jadilah bubur. 
 
Baca Juga: Tradisi Unik Masyarakat Aceh di Bulan Rajab

Ada juga yang mengatakan bahwa salah satunya dari perjuangan Nabi Muhammad Saw saat Perang Badar. Saat Perang Badar selesai, jumlah prajurit Islam semakin banyak, disaat makanan yang dimasak tidak cukup, maka Rasulullah Saw memerintahkan para sahabat untuk mengumpulkan bahan makanan apa saja yang ada untuk dicampurkan ke makanan tadi dengan tujuan agar makanan tersebut cukup dan bisa dinikmati bersama.

Ada juga yang mengatakan bahwa perayaan 10 Muharram ini peringatan kematian Cucu Nabi Muhammad Saw, yaitu Husein bin Ali yang gugur di perang padang Karbala pada 10 Muharram 61 H atau bertepatan dengan 681 M.

Dari kisah-kisah tersebut, pembuatan bubur ‘Asyura hingga saat ini masih dilakukan oleh sebagian masyarakat muslim di Indonesia, khususnya di Aceh yang mayoritas beragama Islam. Dan dari tradisi tersebut menjadi sarana untuk menguatkan tali silaturrahmi dalam bermasyarakat, membangun kebersamaan dan kekompakan serta rasa saling berbagi.[]


*Penulis merupakan mahasiswa tingkat III universitas Al-Azhar, jurusan Syari'ah Islamiyah.

Editor: M. Asyraf Abdullah

Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top