Duek Pakat Perdana: Merawat Tradisi, Menyusun Solusi Masa Depan KMA Mesir

Oleh: Hafizul Aziz*

(Dok. Pribadi)

Meuligoe Aceh kembali menjadi saksi sejarah lahirnya forum musyawarah perdana bertajuk "Duek Pakat", sebuah inisiatif dari Badan Pengurus Harian (BPH) bekerja sama dengan Majelis Syura Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) yang digelar pada hari Rabu (04/06) bertepatan dengan 7 Zulhijjah 1446 H. Acara ini berlangsung khidmat dimulai pada pukul 15.00 CLT dan berhasil menghimpun tidak kurang dari 150 peserta dari berbagai unsur dan elemen warga KMA.

Duek Pakat merupakan bentuk revitalisasi semangat musyawarah yang menjadi nilai dasar dalam tubuh KMA sejak tahun 1974. Di tengah arus perubahan zaman dan dinamika globalisasi yang kian cepat, forum ini hadir untuk menjawab tantangan akan pudarnya nilai-nilai kebersamaan, keAcehan, kekhidmatan, dan solidaritas antar sesama.

Ketua panitia, Tgk. Azkia Rahmatillah, Lc., Dipl., menegaskan bahwa forum ini dibuat berlandaskan syariat dan menjadikan musyawarah sebagai ruh utama dalam menyatukan suara serta niat seluruh elemen yang ada. Dalam sambutannya, ia menyampaikan harapan agar tradisi ini harus terus berlanjut, tidak hanya sebagai agenda tahunan, tetapi juga sebagai warisan budaya kolektif yang hidup dan tumbuh bersama generasi KMA.

Ketua KMA, Tgk. Akhbar Rivaldy, Lc., dalam sambutannya mengatakan bahwa momentum ini adalah saat yang tepat untuk menyatukan kembali seluruh elemen KMA yang ada. Ia pun mengusulkan agar forum seperti ini dapat dilaksanakan secara rutin setahun sekali sebagai ruang refleksi dan pemulihan jati diri kolektif.  

“Kita semua ibaratnya seperti keluarga di sebuah meja makan, berkumpul dan saling memperhatikan satu sama lain,” ujarnya menyentuh.

Sementara itu, Ketua Majelis Syura, Tgk. Arief Mughni, Lc., Dipl., memaparkan bahwa forum ini telah lama direncanakan sejak awal masa kepengurusan, namun baru dapat dilaksanakan setelah menyesuaikan dengan jadwal para pemateri yang sangat padat. 

"Ada beberapa point penting yang perlu kita kaji ulang, antaranya; meningkatnya jumlah warga KMA namun berkurangnya rasa kepedulian, pergeseran nilai khidmah yang kian kehilangan makna, serta pentingnya kesadaran sosial sebagai pilar kebermanfaatan di tengah masyarakat." Ia menggarisbawahi tiga urgensi utama dalam Duek Pakat.

Sorotan utama forum tertuju pada materi pembuka yang disampaikan oleh Tgk. Mukhlis Ilyas, Lc., Dipl., ketua KMA 2013, dengan gaya narasi yang hidup dan reflektif, ia mengisahkan bagaimana semangat kolektif warga KMA pada tahun 2005 mampu menggalang dana untuk membeli sebuah rumah yang hingga kini masih digunakan. 

"KMA merupakan rumah bagi seluruh warga Aceh yang ada di Mesir. KMA ini perlu kita jaga, dukung dan perjuangkan bersama. Jangan sampai kita wariskan cerita yang keliru kepada adik-adik tentang KMA. Ini rumah perjuangan, bukan rumah singgah," tegasnya.

Hadirin menyimak dengan khidmat (Dok. pribadi)

"Banyak hal yang berubah dari masa ke masa, kebersamaan dan kehangantan antar warga KMA terus memudar, perlu kita warisi kebiasaan baik orang dulu demi menjaga ukhuah antar sesama, diantara dengan menghadiri samadiah, silaturahmi ke rumah ureung tuha dan menjaga adat orang Aceh di ranah perantaun." Tambahnya.

Momen paling menggugah hadir saat seruan gotong-royong pengadaan rumah baru kembali digaungkan. Mengingat kapasitas rumah saat ini sudah tidak memadai dengan bertambahnya warga hingga lebih dari 800 orang, forum ini menjadi momen yang sangat tepat untuk membahas proyek realistis pembangunan asrama yang lebih layak dan luas bagi mahasiswa Aceh di Mesir. Gayung pun bersambut; para peserta langsung membentuk grup WhatsApp khusus untuk penggalangan dana. Tak hanya itu, semangat donasi real-time berhasil menghimpun dana awal sejumlah 1.468.000 Rupiah dan 3.190 Egyptian Pound pada malam yang sama.

Baca Juga: KMA Terus Galang Dana Wakaf Pembangunan Asrama Aceh di Mesir

Satu per satu, ureung tuha KMA seperti Ayah Iskandar dan Tgk. Muniruddin turut ambil bagian dalam menyuarakan dukungan dan menegaskan urgensi langkah konkret ini. Ajakan donasi ini direncanakan akan diteruskan ke lebih dari 800 warga KMA, dengan harapan mereka akan menggaungkan semangat ini kepada jaringan masing-masing di tanah air maupun diaspora demi mewujudkan asrama yang bisa ditempati bersama.

Di sisi lain, Tgk. Maulina Shallahul Ayyubi Lc., Dipl., selaku pemateri yang mewalikili putroe KMA menambahkan dimensi penting dari keterlibatan pengawasan lintas generasi. Ia menyinggung perbedaan cara berpikir antar generasi harusnya tidak menjadi jurang, tetapi jembatan bagi kolaborasi antara sikap kritis dan kepekaan sosial. Ia juga mengangkat isu relasi antara pendidikan dan sikap sosial dalam kehidupan sehari-hari.

“Seharusnya semakin kita berpendidikan maka kita akan semakin open minded, ketika ada sebuah masalah kita mampu adaptif, karena itulah yang membuat kita berkembang” tuturnya. Pesannya menggarisbawahi pentingnya fleksibilitas berpikir, toleransi, serta meghindari sikap apatis.

Penutup forum disampaikan oleh Tgk. Rif’at Zaky, Lc., yang mengingatkan pentingnya keamanan dan kehati-hatian dalam bermuamalah di Mesir. Ia menekankan agar warga KMA senantiasa membawa identitas resmi dan menghindari membawa uang tunai berlebih, khususnya dalam bentuk dollar AS, karena regulasi Mesir hanya mengizinkan penggunaannya untuk keperluan resmi seperti pengurusan visa. “Kita semua adalah representasi KMA. Jagalah nama baik kita bersama,” ujarnya tegas.

(Dok. Pribadi)

Pelaksanaan Duek Pakat yang bertepatan dengan hari Tarwiyah, di mana banyak peserta berpuasa menyambut hari yang penuh berkah ini, dan tepat setelah azan berkumandang, para hadirin melepas dahaganya ditemani kue kering khas Mesir. 

Selepas salat Magrib, para hadirin disuguhkan ayam kari khas Aceh,  sebagai energi tambahan sebelum acara masuk ke sesi selanjutnya, yaitu penyampain nasihat dari ureung tuha yang hadir, disusul sesi tanya jawab dan pemabahasan masalah beserta solusinya. Setelah melewati dinamika yang lumayan panjang, acara resmi selesai pada pukul 12.00 dini hari, Suasana haru dan semangat kebersamaan terasa kuat mengalir sepanjang acara. 

Forum ini bukan hanya diskusi, tapi juga langkah awal menuju cita-cita besar: mewujudkan tempat tinggal yang lebih manusiawi untuk generasi mendatang. Lebih dari itu, menjadikan KMA bukan sekadar keluarga, tapi rumah yang hidup — tempat nilai-nilai Islam, adat, dan solidaritas terus dipupuk dengan cinta dan kebersamaan.

*Penulis merupakan mahasiswa Jurusan Aqidah dan Filsafat, Universitas Al Azhar, Kairo

Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top