"Jembatan Boleh Putus, Tapi Tidak dengan Semangat Belajar", MABA Aceh Tiba di Mesir

Oleh: Zarvia Li'aunillah*
Sumber: Dokumen Pribadi

26 November 2025 cukup menjadi sejarah kedua untuk Tanoh Rencong, setelah bencana
Ie Beuna yang melanda daratan Aceh puluhan tahun silam. Dikarenakan dunia yang menggunungkan dosanya, langit pun menangis mengingatnya. Air bersih yang sudah langka, ditimpa gundah gulana pula, bingung langkah apa yang harus diutamakan.

Jadwal keberangkatan pun sudah terungkap, tapi keadaan semakin bingung dibuatnya, "Ayolah, cobaan pasti selalu ada, tapi berhenti untuk mengejar impian bukanlah pilihan yang tepat." Itulah kalimat yang terlintas di saat mata menatap puluhan jembatan yang putus, ribuan rumah tenggelam, isakan tangis seorang ibu yang tangannya terlepas dari genggaman sang anak, terdiamnya seorang bapak menatap genangan coklat, bahkan desa yang nyaris menjadi aliran sungai baru.

Kaki bisa menginjak tanah coklat ini adalah sebuah mimpi yang benar terjadi, semilir angin dingin yang datang menyapu lembut muka letih perjuangan. 
“Ama, Ine, Mak, Ayah, Abi, Ummi izinkan aku untuk meneruskan perjuangan menuntut ilmu ini, di negeri yang sudah kuimpikan sejak lama, kuserahkan semua keselamatan kita kepada Yang Maha Kuasa, karena kuyakin Tuhan pasti sudah merencanakan hal yang terindah untuk setiap hambanya. Duhai air, entah dari aliran mana engkau berasal. Juga perahu kecil, engkaulah pengganti jembatan kami, engkaulah yang menjadi saksi perjuangan ini, engkaulah yang menampung koper-koper ini berlayar lemah di atas genangan raksasa yang keruh ini. Izinkan aku meninggalkan tanah ini dengan tujuan dan niat yang mulia. Duhai air, kumohon pergilah ke tempatmu, tinggalkan daratan tempat kendaraan berjalan, mengalirlah sederas mungkin, sederas tekad kami meninggalkan mereka yang kami cintai.” 
7 Desember 2025, wishlist yang pernah terdaftarkan bertahun-tahun itu pun berhasil dicontrengkan.

Tercatat 188 Maba (Mahasiswa Baru) yang diberangkatkan oleh mediator IKAT Aceh, terstruktur dalam empat kloter. Walau terhalang berbagai rintangan, kloter kedua yang berjumlah 84 Maba pun berhasil diterbangkan, meninggalkan atmosfer bumi Seuramoe Mekkah. 9 Desember 2025, Pesawat yang berlabelkan Turkish Airlands landing dengan sempurna di Cairo international Airport, nyaris melewati tiga benua, jarak tempuh Banda Aceh-Malaysia-Turkey-Cairo.

Perjalanan yang sangat panjang, langsung dipandu oleh utusan IKAT Aceh, Ustaz Ahmad Syukran, Lc., Ma, dan Ustaz Alhafidh Akbar, Lc.

Sesampainya di sana, mereka disambut dengan hangat oleh perwakilan anggota KMA (Keluarga Mahasiswa Aceh). Penjemputan Maba kali ini berbeda dengan tahun sebelumnya, dimana semua Mahasiswa Baru dikumpulkan di Meuligoe KMA, sementara tahun ini di Asrama Mahasiswa Aceh. Mereka pun langsung diberikan santapan lezat dari chef handal KMA. Dilanjutkan dengan breafing oleh ureung tuha mulai dari ketua KMA, Tgk. Muzakki adnan, Lc. Beliau menyampaikan terkait etika yang harus mereka jaga layaknya mahasiswa serta masyarakat Aceh yang menjunjung tinggi syariat Islam. Tak lupa ia juga mengingatkan kembali apa tujuan utama ke Mesir, serta memberikan motivasi semangat belajar untuk menghadapi ujian. “Kehadiran abang-abang dan kakak-kakak di sinil, sebagai orang tua kalian di rantau, maka ikuti dan pelajari setiap tauladan yang mereka berikan.” Tutup Tgk. Muzakki.

Kata sambutan selanjutnya disampaikan oleh perwakilan Majelis Syura, Tgk. Novian Nuzul Faza, Lc. Beliau mengingatkan kembali untuk saling mengandalkan satu sama lain, layaknya keluarga, sebab kita hidup di rantau ini tidak nafsi-nafsi, menjaga keamanan diri dan juga barang-barang pribadi, fokuskan diri untuk persiapan ujian. “Karena sekarang label kalian adalah Azhari, maka harus saling menjaga diri.” Ungkapnya.

Petuah penutup pun disampaikan oleh Ustaz Ahmad Syukran, Lc., Ma., selaku pemandu perjalanan. Beliau juga menyampaikan beberapa poin yang harus mereka tanamkan sebagai pelajar sejati. Seperti, mulai meninggalkan kebiasaan buruk, hingga harus siap untuk bisa hidup bersama. Di samping itu, beliau juga menambahkan bahwasanya ujian di Al-Azhar ini bukan terbalut dari kemampuan ingatan sepenuhnya, tapi ada kekuatan doa yang tak pernah terhijab. Maka carilah keberkahannya, entah itu dari orang tua atau pun guru-guru.

Mikrofon pun akhirnya dialihkan kepada Tgk. Muhammad Syauqi, selaku ketua Pansus, untuk menyampaikan peraturan-peraturan asrama mahasiswa Aceh. Selesai dari itu, seluruh maba pun memasuki rumah mereka masing-masing. []

Website KMA mesir mengucapkan ahlan wa sahlan kepada seluruh mahasiswa Aceh kedatangan 2025. Semoga Allah senantiasa mengiringi perjalanan menuntut ilmu di negeri ini, serta diberi keistikamahan dalam menjaga tekad dan semangat. 

*Penulis merupakan mahasiswi tk. 3, jurusan Akidah dan Filsafat, Universitas Al-Azhar, Kairo.
Editor: Siti Humaira

Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top