Sejarah Perkembangan Hadis dan Ilmu Hadis

Foto: Ilustrasi (Google Image)
Oleh: Ahmad Qusyairi*


Tidak bisa dipungkiri bahwa abad kedua sampai abad keempat hijriyah merupakan masa keemasan perkembangan hadis dan ilmunya. Di masa ini, terutama abad ketiga banyak bermunculan ulama-ulama hadis.

Banyak ulama besar hadis yang kitab-kitabnya menjadi pegangan umat Islam hingga hari ini, seperti Musnad Imam Ahmad bin Hanbal (w. 241 H), Shahih Imam Bukhari (w. 256 H), Shahih Imam Muslim (w. 261 H), Sunan Abi Daud (w. 275 H), Sunan At-Tirmidzi (w. 279 H), Sunan An-Nasa’i (w. 303 H), Sunan Ibn Majah (w. 275 H).

Ada juga kitab hadis yang berhubungan dengan tema tertentu, seperti kitab hadis yang hanya mengumpulkan hadis shahih saja seperti kitab Shahih Bukhari dan kitab Shahih Muslim, dan ada juga yang hanya mengumpulkan hadis mursal seperti kitab Al-Marasil karya Abu Daud. Ada yang hanya mengumpulkan hadis nasikh wa mansukh, seperti kitab Nasikh wa Mansukh karya Imam Ahmad bin Hambal, dan Nasikh wa Mansukh karya Abu Daud.

Sebagian ulama ada yang mengumpulkan hadis-hadis yang sepertinya saling bertentangan dalam pemahaman antara satu sama yang lain, lebih dikenal dengan Mukhtalaf Al-Hadist dan Musykil Al-Hadis karya Imam Syafi’i (w. 204 H).

Pada masa ini, ulama belum begitu banyak dalam berbicara pengertian-pengertian atau definisi. Sebagai contohnya Imam Bukhari dan Imam Muslim belum merincikan dengan jelas pengertian hadis shahih, atau bagaimana kriteria hadis shahih.

Bisa dikatakan ulama yang pertama menulis ilmu musthalah hadis dalam pengertian saat ini adalah Imam Syafi’i ketika beliau menulis kitab Ar-Risalah. Meski kitab ini mebicarakan tentang Usul Fiqih tetapi di dalamnya terdapat kaidah-kaidah ilmu hadis, seperti syarat-syarat hadis yang dijadikan hujjah, kehujjahan hadis ahad, syarat-syarat kesiqahan seorang rawi, hukum meriwayatkan hadis dengan maknanya saja, hukum riwayat hadis rawi mudallis dan lain-lain.

Imam Syafi’i berbicara hal ini dalam kaitan hadis menjadi sumber hukum sumber hujjah dalam pengambilan hukum.

Hal yang sama juga dinukilkan oleh Imam Muslim dalam muqaddimah kitab Shahih-nya. Imam Tirmidzi juga menuliskan sedikit pengertian dan kaidah-kaidah ilmu musthalah hadis dalam kitabnya Al-Ilah As-Shaghir yang beliau letakkan pada akhir bab sunan beliau.

Para ulama mulai menuliskan ilmu musthalah hadis pada abad keempat hijriyah di mana masa pengumpulan hadis dalam satu kitab sudah jarang atau sudah tidak ada lagi.

Orang yang pertama menulis kitab mushtalah adalah Al-Qadhi Abu Muhammad Raamahurmuzi (w. 360 H) dalam kitab Al-Muhaddist Al-Fashil Baina Ar-Rawi wa Al-Wa’i. Di sana beliau juga merincikan adab-adab seorang rawi hadis.

Ulama selanjutnya adalah Imam Abu Abdillah Muhammad bin Abdurrahman Al-Hakim An-Naisaburi (w. 405 H) beliau menulis kitab yang berjudul Ma’rifah Ulum Al-Hadis. Imam Al-Hakim mengumpulkan paling tidak 52 bab ‘ulum al-hadis. Kitab Imam Al-Hakim ini sudah cukup sesuai dengan yang sebelumnya.

Adapun ulama yang cukup komplit yang menulis musthalah hadis adalah Imam Al-Khatib Al-Baghdadi Abu Bakar Ahmad bin Ali bin Tsabit Asy-Syafi’i (w. 463 H), beliau menulis beberapa kitab tentang ilmu musthalah hadis. Banyak ulama setelah beliau mengambil banyak faedah dari karya-karya beliau.

Ulama selanjutnya adalah Al-Qadhi Iyadh bin Musa Al-Yahshabi Al-Maliki (w. 544 H) beliau menulis kitab Al-Ijma’ ila Ma’rifah Ushul Ar-Riwayah wa Taqyid As-Sama’. Kemudian Al-Hafidh Abu Umar Ustman bin Shalah Asy-Syahrazuri (w. 643 H) dalam kitabnya ‘Ulum Al-Hadits atau lebih terkenal dengan nama Muqaddimah Ibnu Shalah.

Ibnu Shalah telah merincikan seluruh cabang ilmu musthalah dalam satu kitab, sekitar 65 masalah ilmu musthalah hadis beliau tulis. Kemudian sesudah beliau banyak kalangan ulama meringkas atau mensyarahkan kitab beliau ini.


*Penulis adalah mahasiswa Fakultas Dirasat Islamiyah Universitas Al-Azhar, Kairo.

Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top