Sejatinya Cinta
Oleh: Ziaul Khalis*
![]() |
(Suasana perayaan Maulid Nabi di Mesir. Sumber Foto: satumedia.net) |
Dikisahkan oleh
al’allamah Imam Qadhi Iyadh Alyahsubi Rahimahullah Ta'ala dalam kitab Assyifa Bi
Ta'rif Huquqil Mustafa, disaat setelah
terjadinya perang Uhud banyak daripada sahabat yang syahid ketika itu. Ada
seseorang perempuan Anshar yang mana ayah saudara laki-laki dan suaminya
syahid dalam peperangan. Dia pun bertanya,
"Bagaimana
keadaan Rasulullah? "
Para sahabat
menjawab, "Rasulullah dalam keadaan baik seperti yang engkau cintai.
"
Perempuan itu pun berkata lagi," Perlihatkan kepadaku Rasulullah! " setelah melihat Rasulullah lantas ia berujar:
" كل مصيبة بعدك جلل "
"Setelah melihatmu wahai Rasulullah segala
musibah menjadi kecil. "
Tentunya perasaan seperti ini tidak akan hadir
melainkan pada orang-orang yang telah mengenal dan mencintai Sang Baginda. Segala musibah
yang terjadi segera sirna, di saat orang yang dicintainya berada dihadapan.
Lalu apa yang harus dilakukan oleh kita yang
hari-harinya jauh dari mengingatnya bahkan jarang untuk bershalawat kepadanya.
Tak jarang kita terlalu larut dalam kesenangan hingga menghabiskan usia pada hal yang tidak mendekatkan diri dengan
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam .
Sejatinya orang yang mencintai kekasihnya, ia akan terlebih dahulu mencari tahu mengenai kelebihan yang dimilikinya,
hingga membuat cinta itu semakin bertambah dan bermekaran kemudian cinta
tersebut tumbuh subur mengalir dalam setiap nadi. Jika demikian adanya, tentu
saja sang Pembawa cahaya cinta itu sendiri lebih berhak kita kenali dan dicari kelebihannya, dibanding orang yang akan kita cintai. Bagaimana tidak, Ia lah yang
mengenalkan cinta hingga kita mengerti hakikat cinta dan dapat mencintai
manusia lain dengan sebenar-benar cinta.
Beliau merupakan Makhluk yang menjadi penyebab dunia
ini diciptakan, sosok yang akan memberikan syafa'at pada manusia yang hidup
sejak masa Nabi Adam ‘Alaihi Salam hingga manusia akhir zaman. Makhluk
yang Allah ciptakan dengan segala kesempurnaanya
yang tak pernah diciptakan pada makhluk manapun. Dalam sebuah syair
diungkapkan,
وأجمل منك لم ترى قط عيني
وأكمل منك لم تلد النساء
خلقت مبرأً من كل عيب
كأنك خلقت كما تشاء
keindahan yang terpancar dirimu belum pernah terlihat oleh bola mataku.
Enkaulah makhluk yang paling sempurna yang dilahirkan perempuan
Diciptakannya dirimu tanpa sedikitpun cela.
Seakan-akan penciptaanmu mengikuti hasrat dirimu.
Maka dari itu, tidaklah ada yang lebih pantas kita cintai
kecuali yang membawa cinta itu sendiri. Tak heran jika setiap mukmin berbahagia
di saat merayakan kelahiran sang Pembawa cinta, Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wasallam. Ia pahlawan yang membawa keselamatan dari dunia yang penuh cobaan. Perayaan
hari kelahiran sang Baginda merupakan luapan cinta bagi setiap manusia yang ingin menghiasi
hidupnya dengan kasih sayang sang Kekasih.
Dalam sebuah pengajian Syekh Ayyub Aljazairi memberi sebuah nasehat,
"Apabila kalian ingin Allah menurunkan Rahmat-Nya dan mengampunkan dosa, maka cintailah
Rasulullah."
Allah menganugerahkan keutamaan yang luar biasa bagi
mereka yang menjadikan Rasulullah sebagai idola dalam hidupnya. Karena ini
adalah kunci kebahagiaan yang sesungguhnya, dan menjadi jalan paling cepat untuk
menuju Allah Azza Wajalla. Sudah pasti dia yang mencintai akan mengikuti yang
dicintainya.
Baca juga: Assalamualaika Yaa Rahmatan Lil 'Alamin
Cinta tentu akan mempengaruhi kehidupan seseorang. Seseorang
yang cinta bermain sepak bola pasti akan menjadikan permainan bola sebagai hobinya,
kemudian ia akan
sering melatih hobinya. Begitu pula seseorang yang Cinta dengan Al quran maka
lisannya akan basah dengan ayat-ayat Rabb-nya. Begitupun orang yang mengaku mencintai
Rasulullah pasti senantiasa meluapkan
buncahan cintanya dengan mengingatnya. Memperbanyak shalawat, membaca sirah,
merayakan Maulid serta mengamalkan sunnahnya merupakan sedikit dari berbagai
amal yang dapat dilakukan dalam meluapkan cinta pada Sang Baginda. Hal-hal
tersebut telah dilakukan oleh para sahabat Rasulullah, ulama dan auliya, yang menjadikan
Allah azza wajalla sebagai satu-satu Dzat yang ditakuti.
Dengan demikian wajib
bagi seorang thalibul Ilmi agar mengenal Rasulullah lebih dari pada orang-orang biasa,
karena suatu saat umat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam akan menjadi medan
dakwahnya. Jelas ilmu yang disampaikan berasal dari hati yang penuh dengan cinta
kepada Rasulullah akan berbeda dengan mereka yang menyampaikan dakwah
dengan hati yang kosong. Di samping itu, dalam mengajak orang lain mencintai Nabi harus
diiringi tujan berkhidmat pada nabi, bukan agar orang mengenalkan jasa dirinya. Dengan demikian, segala kesusahan yang datang tidak berarti apa-apa, karena tujuan mereka ialah agar ilmu yang
diajarkan menjadi sebab mendapatkan surga bersama Rasulullah Saw. Dalam sebuah
potongan hadis Rasulullah Saw. bersabda:
" المرء مع من أحب "
"Seseorang akan bersama yang dicintainya.
"
Maka beruntung bagi mereka yang menjadikan bekal
hidupnya adalah cinta Allah dan Rasul-nya karena itu adalah bekal yang tak akan
habis kemanapun perjalanan yang akan ditempuh.
Ya Allah karuniakan kepada kami cinta Rasul-Mu dan Cinta orang-orang yang mencintai Rasul-Mu.
*Penulis adalah mahasiswa Fakultas Ushuluddin tingkat III jurusan Tafsir, Universitas Al Azhar.
Editor: Annas Muttaqin
Posting Komentar