Hay Bin Yaqzan; Perjalanan Mencari Kebenaran dan Keberadaan Tuhan

Oleh : Wirma Athirah Putri*
 Sumber : Google.com

Judul Buku : Hay Bin Yaqzan

Penulis : Ibnu Thufail

Penerbit : Ad-Dar Al-Mishriyyah Al-Lubnaniyyah

Tahun Terbit : 2018

Cetakan : Ketiga

Jumlah Halaman : 160 Halaman

Jenis Buku : Sastra Klasik

Teks : Bahasa Arab

‘Hay Bin Yaqzan’ merupakan sebuah karya sastra dari seorang tokoh filosofi sufi Ibnu Thufail, beliau juga dikenal dengan nama panjang Muhammad bin Abdul Malik bin Thufail Al-Qaisi. Dalam karyanya, IbnuThufail mengisahkan tentang seorang anak bernama Hay bin Yaqzan yang diasuh oleh seekor rusa betina yang kehilangan anak. Melalui kisah tersebut penulis memaparkan kepada pembaca tentang perjalanan Hay bin Yaqzan dalam mencari kebenaran dan keberadaan tuhan.

Kisah ini bermula dari rasa ingin tahu Hay bin Yaqzan yang besar tentang alam sekitarnya. Kemudian sampailah pada suatu keadaan dimana ibunya yang merupakan rusa betina tersebut mulai menua dan sakit, sehingga timbul rasa khawatir pada dirinya yang kemudian menjadi pendorong untuk mencari cara menyembuhkan ibunya. Yaitu dengan membelah bagian tengah dari tubuh rusa tersebut, sehingga tampaklah berbagai macam organ dalam tubuh yang belum ia ketahui sebelumnya. Berlanjut dari pengamatannya terhadap organ-organ tersebut ia mulai berfikir dan tahu tentang struktur tubuh makhluk hidup yang tersusun dari beberapa anggota tubuh.

Dikarenakan pengetahuannya terhadap makhluk hidup terbatas, ia tidak bisa melanjutkan pengobatan hingga rusa tersebut mati. Hari pun berlalu, ia melanjutkan hidup dengan rasa ingin tahu yang terus menerus membesar. Kemudian, dari pengalaman membelah tubuh rusa itu ia sampai pada pemahaman tentang makhluk hidup. Sehingga ia beralih dari pemikiran tentang makhluk hidup kepada pemikiran selanjutnya seperti apakah tubuh dan ruh itu mempunyai sifat yang sama atau tidak. Lalu setelah mendapat jawabannya ia beralih ke gagasan lain seperti perbedaan bentuk makhluk hidup terhadap satu sama lain.

Setelah selesai membahas tentang makhluk hidup dan alam semesta serta telah mendapatkan jawaban bahwa alam semesta dengan semua isinya ini merupakan sesuatu yang hadist (baharu) atau bermula dari ketiadaan kepada sesuatu yang ada, ia mulai berfikir bahwa segala sesuatu yang hadist (baharu) tersebut pasti mempunyai muhdist (yang mengadakan) atau pencipta. Bermula dari pemikiran inilah ia meninggalkan pembahasan tentang alam semesta dan makhluk hidup, lalu kemudian beralih kepada pembahasan baru tentang keberadaan muhdist.

“Segala sesuatu yang baharu pasti memiliki pencipta” 

Hal ini semakin jelas ketika ia sampai kepada gagasan bahwa semua perbuatan ataupun pergerakan yang berasal dari makhluk hidup bukan berasal dari makhluk hidup itu sendiri. Dengan kata lain, mereka berbuat ataupun bergerak bukan atas kehendak mereka sendiri, melainkan ada sumber atau kekuatan lain yang menggerakkan makhluk hidup tersebut. Dari sini lah Hay bin Yaqzan mencapai pada suatu kesimpulan bahwa adanya pencipta bagi alam semesta.

Kemudian dari hal tersebut, perjalanannya terus berlanjut kepada pemahaman tentang apakah alam semesta ini terbatas atau tidak, apakah planet-planet berbentuk bundar atau tidak, apakah alam ini qadim atau hadist, apakah alam ini butuh kepada pencipta yaitu Allah SWT, dan diakhiri dengan pemikiran tentang kesempurnaan Allah.


Pada bagian akhir dari karyanya, Ibnu Thufail juga menceritakan kisah tentang dua orang pemuda bernama Salman dan Basal yang hidup di sebuah pulau dekat dengan pulau dilahirkannya Hay bin Yaqzan. Mereka merupakan pemuda shalih yang beragama dengan agama Allah. Akan tetapi Salman gemar bermuamalah dengan khalayak ramai, sedangkan Basal suka ber’uzlah. Singkat cerita, Basal hijrah ke suatu pulau untuk berdiam diri di sana dan beribadah. Di pulau itulah ia bertemu dengan Hay bin Yaqzan lalu mengajarinya cara berbicara sehingga mereka bisa berbincang.

Pada perbincangan ini mereka saling bertukar pengetahuan, Hay bin Yaqzan menceritakan kepada Basal semua yang ia dapatkan dari kajiannya terhadap alam semesta dan tentang adanya tuhan pencipta alam semesta ini. Begitu juga Basal, ia menyampaikan kepada Hay bin Yaqzan tentang keberadaan agama Allah juga menjelaskan tentang syariat-Nya. Dari sinilah Hay bin Yaqzan mendapati bahwa semua pengetahuannya tersebut sesuai, dan tidak bertentangan sama sekali dengan agama Allah yang disampaikan Basal kepadanya, kecuali ada dua hal yang belum bisa ia pahami dari syariat tersebut dan telah dijelaskan secara ringkas di buku ini.

Kelebihan :

Buku ini memiliki kelebihan dalam penerjemahan pada bagian foot note-nya tentang pribahasa-pribahasa dan kosakata arab sulit, dengan menggunakan bahasa arab yang lebih sederhana. Sehingga, mempermudah pembaca dalam memahami teks arab yang merupakan bahasa pengantar dari karya ini. Cetakan ini juga memiliki keutamaan pada penyusunan subjudul yang teratur dan bentuk buku yang minimalis.

*Penulis merupakan mahasiswa Aqidah & Filsafat, Universitas Al-Azhar, Mesir. 

Editor : Muhammad Farhan Sufyan













Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top