Tepis Hoax?! Gunakan 3 Cara al-Muhadditsin

Oleh: Cut Intan Amalia Fittry*

(Sumber: kominfo.com)



Dalam menggunakan media yang kian hari semakin berkembang ini, ada baiknya kita memiliki filter, cara dan rujukan tersendiri dalam menanggapi berita dan informasi. Terlebih berita yang kita terima dalam kehidupan sehari-hari. Hoax adalah berita palsu yang mengacu pada informasi yang tidak benar adanya atau menyesatkan tetapi menyamar menjadi berita yang sah. Dan al-Muhadditsin adalah 
orang yang memiliki pengetahuan yang luas tentang hadis, baik dari sisi sanad maupun matan serta hal-hal yang terkait dengan periwayatan hadis. Secara umum, berita palsu dibagi menjadi dua kategori: 

-Berita yang sengaja tidak akurat.

Orang yang menerbitkan informasi tahu bahwa itu salah, tetapi tetap menyebarkannya. Ini biasanya bertujuan memanipulasi opini publik atau ingin mengarahkan pada situs web tertentu.

-Berita yang menggunakan unsur kebenaran tetapi umumnya tidak akurat.

Ini terjadi karena penulis tidak memeriksa semua fakta mereka atau melebih-lebihkan aspek tertentu untuk membuat suatu poin.
 
Baca juga: 7 Dalil Pembolehan Fotokopi Buku Yang Mungkin Belum Anda Tau

Bagaimana cara melihat berita palsu atau hoax berhasil tersebar?

Hoax biasanya disebarkan melalui situs berita palsu dalam upaya mendapatkan kredibilitas dan seringkali meniru sumber berita asli. Menurut penelitian, media sosial memungkinkan klaim palsu menyebar dengan cepat. Faktanya, lebih cepat daripada berita nyata. Hoax biasanya menyebar dengan cepat karena dirancang untuk menarik perhatian dan emosi. Itulah sebabnya sering menampilkan klaim dan berita aneh yang memancing kemarahan dan ketakutan.

Apa saja cara untuk mengidentifikasi berita palsu di media?

-Periksa sumber berita: Check alamat web untuk halaman situs yang dilihat. Biasanya menggunakan ejaan yang salah pada URL atau ekstensi domain yang kurang konvensional.

-Periksa penulisnya: Pertimbangkan apakah mereka kredibel dan ahli di bidangnya.

-Mengecek sumber lainnya: Lihatlah berita atau outlet media terkemuka lainnya apakah mengabarkan hal tersebut atau tidak.

-Pertahankan pola pikir kritis: Bertanya pada diri sendiri, mengapa berita ini ditulis? apakah memiliki agenda tertentu? atau hanya menarik saya untuk mengklik situs web?

Lalu, bagaimana metode Muhhadditsin dalam menerima hadist?

Di antara beberapa metode al-Muhadditsin adalah:

-Meneliti sanad dengan konsisten

Setelah terjadi peristiwa menyebarnya hadist palsu, al-Muhadditsin sangat ketat dalam menerima periwayatan hadits, mencari sanad hadis dan meneliti perawinya. Bahkan di dalam ‘Shahih Muslim bi syarh al-Imam Abi Zakariya Yahya al-Nawawy, Jilid 1’ para sahabat bertanya pada yang meriwayatkan hadis, “sebutkanlah pada kami nama-nama perawinya, apabila ia melihat ahli al-sunnah maka ia ambil hadisnya. Apabila ia melihat ahli bid’ah maka ia tinggalkan hadist mereka.” Jika kita melakukan pengawasan yang ketat seperti ini saat menerima informasi serta memastikan kebenaran media atau orang-orang yang menyampaikan, maka kita bisa terhindar dari berita palsu.

-Mereka berhati-hati dalam meriwayatkan hadis

Bukan hanya dalam menerima hadist Rasulullah Saw, akan tetapi al-Muhadditsin juga berhati-hati dalam periwayatannya. Hal itu untuk tujuan mulia yaitu menjaga kemurnian, keaslian dan kebenaran hadis-hadis. Hal ini juga dapat kita tetapkan saat menerima dan menyampaikan sebuah informasi, berhati-hatilah dengan menelaah terlebih dahulu agar keaslian berita tetap terjaga.

-Menerangkan keadaan dan kualitas rawi

Dalam melakukan penerimaan hadis, mereka berpegang pada pengetahuannya tentang keadaan dan kualitas perawi. Usaha para sahabat secara bersungguh-sungguh dalam menyingkap keadaan dan berita rawi kemudian membuahkan hasil dengan menetapkan satu kaidah ilmu kritik hadis al-jarh wa al-ta’dil. Begitu juga berita yang kita dapatkan dari media jika tidak tercantum siapa penulisnya, maka kemungkinan kecil kita bisa meneliti kualitas penulisnya. Tapi dalam lingkungan kehidupan kita, kualitas orang yang menyampaikan berita bisa dilihat jika berhadapan langsung. Kita bisa menilai berdasarakan rujukan yang diperoleh untuk pendapatnya serta menilik tujuan dari penyampaian berita atau informasi yang dibawakan. []
 
 
 
*Penulis merupakan mahasiswi tingkat akhir universitas al-Azhar, jurusan Syaria'ah Islamiyah.
 
Editor: M. Asyraf Abdullah 














Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top