Reset Otak Tingkatkan Produktivitas
Oleh: Nisa Kamila*
*Penulis merupakan mahasiswi tingkat 1 Jurusan Lughah Al-'Arabiyah, Fakultas Dirasat Islamiyah wa Al-Arabiyah, Universitas Al-Azhar, Kairo.
Sumber: google.com |
Perkembangan zaman membuat teknologi berkembang pesat. Tanpa disadari semua hal yang dulunya dikerjakan secara manual berubah menjadi instan. Dulu, ketika lapar orang harus keluar untuk membelinya begitupun ketika ingin berbelanja mereka harus ke toko untuk melihat dan memilihnya. Namun, sekarang jika memesan makanan atau berbelanja yang perlu dilakukan hanyalah membuka aplikasi makanan atau shopping di gadget, tanpa perlu keluar pesanan akan sampai di depan rumah. Tak hanya itu, kebahagiaan pun bisa didapatkan secara instan.
Saat stres dan memiliki banyak tekanan seseorang akan membuka handphone untuk mendapatkan kebahagiaan. Membuka twitter atau instagram untuk melihat kehidupan orang lain atau membuka berbagai sosial media lainnya. Hingga tanpa disadari waktunya sudah terbuang hanya untuk kesenangan yang sesaat. Perilaku-perilaku impulsif seperti ini, jika dilakukan secara berkelanjutan akan menyebabkan masalah, bahkan bisa membuat seseorang merasakan kecanduan dan dapat menurunkan konsentrasi.
Untuk mengatasi masalah ini seorang psikolog bernama Dr. Cameron Sepah memperkenalkan metode dopamin detoks yang diturunkan dari ilmu terapi perilaku kognitif. Sebelum memasuki ke penjelasan tentang dopamin detoks, kita harus mengetahui dulu apa itu dopamin? Dopamin merupakan senyawa kimia di dalam otak yang berfungsi sebagai neurotransmiter atau menyampaikan rangsangan ke seluruh tubuh dan dapat meningkatkan suasana hati. Dopamin sering disebut hormon kebahagiaan karena sering memengaruhi suasana hati.
Dopamin akan dilepaskan ketika seseorang merasakan momen yang menyenangkan atau memuaskan. Penyebabnya bisa jadi pemicu positif atau negatif. Pemicu positif bisa berupa makan makanan yang sehat, berolahraga, meraih tujuan, bisa menjaga hubungan sosial atau menerima penghargaan. Pemicu negatif bisa berupa makanan favorit tapi tidak sehat, alkhohol, obat-obatan terlarang, bermain media sosial terlalu lama, bermain game tanpa tahu waktu.
Sumber: google.com |
Dopamin yang stabil membuat seseorang berada dalam suasana hati baik, dapat mengelola stres sehingga dapat membuatnya termotivasi untuk mencapai tujuan. Sedangkan kelebihan atau kekurangan dopamin bisa mengakibatkan gangguan kesehatan. Kelebihan dopamin membuat seseorang mudah gelisah, perasaan semangat dan senang yang tinggi, libido yang tinggi, mengalami insomnia, mudah terserang stres, bahkan bisa menyebabkan bipolar (kondisi kejiwaan yang membuat penginapnya sering mengalami perubahan mood yang ekstrem) dan skizofrenia (gangguan kejiwaan). Kekurangan dopamin dapat menyebabkan saraf otak tidak mampu bekerja dengan efektif dalam mengirimkan sinyal sehingga berkurangnya motorik tubuh, konstipasi (sembelit), lemah, tidak fokus, tidak bertenaga, tidak bergairah, cemas, dan gejala depresi.
Menururt KBBI, arti detoks atau detoksifikasi adalah penawaran atau penetralan toksin (zat racun) dalam tubuh. Maka dopamin detoks dapat diartikan dengan cara meriset otak agar tidak tergantung dengan rangsangan yang membuat candu. Pada dasarnya, dopamin tidak dapat dihilangkan dari tubuh. Namun, seseorang dapat mengontrolnya dengan istirahat sejenak dari hiburan tidak sehat yang memiliki kadar dopamin tinggi.
Tujuan dari dopamin detoks adalah mengurangi kecanduan dengan mengubah kebiasaan buruk menjadi lebih produktif, seperti berolahraga, memasak, membaca atau meditasi. Hal tersebut dapat bisa menghasilkan dopamin, bahkan lebih sehat dari dopamin yang dihasilkan dari bermain sosial media atau pemicu negatif lainnya.
Lantas bagaimana cara menerapkan dopamin detoks ini?
Hal pertama yang harus dilakukan adalah membuat to do list atau lebih tepatnya time blocking (membagi waktu yang dimiliki ke blok-blok kecil) agar penentuan waktu untuk mengerjakannya lebih akurat. Jauhkan handphone dari jangkauan dan jangan menyentuhnya saat bangun tidur, lakukan to do list yang sudah disusun, dan hanya boleh memegangnya saat semua hal yang harus dilakukan sudah selesai, tapi tetap tidak memakainya dalam waktu lama dan hanya untuk hal penting.
Banyak hal yang bisa dilakukan sebagai pengganti handphone. Mulai dari merawat diri sendiri, hingga membersihkan area rumah, tentu saja kepuasaan akan datang saat kita melakukannya. Yang perlu diperhatikan adalah jangan bermain handphone saat bangun tidur, karena jika itu terjadi semua to do list yang sudah disusun berantakan dan tidak terlaksana sebab sudah dilalaikan oleh benda pipih ini. Selain tidak bagus bermain handphone saat bangun tidur, saat hendak tidur benda ini juga tidak bagus untuk dimainkan. Karena bisa membuat seseorang menunda-nunda tidur hingga bergadang, dan seringkali jika bermain handphone sebelum tidur maka saat bangun akan terasa lelah dan ingin bermalas-malasan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan saat menerapkan dopamin detoks:
1. Berusaha fokus dan menyingkirkan berbagai trigger (pemicu),
2. Rutin berolahraga,
3. Hapus aplikasi yang tidak penting di ponsel terutama yang bisa membuat lalai,
4. Hanya memberikan reward saat pekerjaan telah selesai, dan
5. Konsisten.
“Salah satu penggunaan waktu yang terburuk adalah melakukan sesuatu dengan sangat baik untuk hal yang tidak perlu dilakukan sama sekali.” (Brian Tracy)
*Penulis merupakan mahasiswi tingkat 1 Jurusan Lughah Al-'Arabiyah, Fakultas Dirasat Islamiyah wa Al-Arabiyah, Universitas Al-Azhar, Kairo.
Editor: Chairil Munanda Kaloko
Posting Komentar