Siapakah Abu Syamah yang Sering Disebut dalam Lirik Tarian Aceh?

Oleh: Thariq Faiz*

Sumber Dok. Pribadi SAN Egypt
Lailahaillah
Abu Syamah aneuk saidina Uma
Abu Syamah mate kenong rajam nibak ayah
Bunda Syamah di rumoh neuroe ie mata

Potongan lirik lagu di atas merupakan sejumlah kalimat yang kerap kali terdengar saat menonton perhelatan Sebagian Tarian Aceh. Salah satu tarian khas Aceh yang masih eksis membawa lirik lagu menjadi saksi sejarah ini adalah Rapai geleng.

Tarian yang lahir dan berkembang di Aceh Barat Daya ini merupakan satu di antara banyak seni pertunjukan asli Aceh yang setiap gerakannya diiringi lirik-lirik lagu dalam bahasa Aceh dan dilantunkan oleh Cahi atau Syahi (vokalis) dan diikuti oleh penarinya. Tarian ini menggunakan alat musik tabuh sejenis rebana, namun lebih tebal dan besar, yang juga difungsikan sebagai jalan untuk menyebarkan agama Islam dan menanamkan nilai moral dalam masyarakat ini memiliki tiga babak dalam permainannya. Setiap babak memiliki gerakan tersendiri dan lagu masing-masing. Tiga babak itu ialah saleum (salam), kisah (cerita) dan lani (penutup).

Pada babak kedua, kisah. Vokalis akan membawakan lagu-lagu yang berisi cerita, baik itu rasul, sahabat, para raja, dan ajaran agama Islam. Lirik-lirik lagu khususnya yang berisi serangkaian kisah itu, pada proses lahirnya hingga sebelum dibawakan dalam sebuah penampilan harus mendapat persetujuan dari para tetua, agar lirik atau syair tidak keluar dari koridor ajaran Islam. Sehingga, pantas ditampilkan di depan penonton. Salah satu lirik lagu yang berhasil melewati skrining itu ialah Abu Syamah sebagaimana yang tertera di awal tulisan ini.

Baca juga: ACEH PUNGOE

Lirik Abu Syamah yang kerap terdengar di setiap pertujukan rapai geleng merupakan potongan lirik lagu yang didendangkan oleh penyanyi Aceh terkenal, yaitu Salbra Muda. Kandungan lagu yang sejak awal dilirisnya sudah disambut baik oleh masyarakat ini merupakan pantulan dari karya sastra Aceh yang berjudul Hikayat Abu Syamah.

Meskipun terdapat perbedaan di antara keduanya, lagu berjudul Abu Syammah milik Salbra Muda ini sama-sama berfokus pada apa yang dialami oleh Abu Syamah semasa hidupnya dan peristiwa yang menjadi sebab kematiannya. Namun, siapa sebenarnya Abu Syamah itu dan peristiwa apa yang ia alami?

Sebagaimana yang disebutkan pada baris kedua lirik, Abu Syamah merupakan anak dari pada khalifah Islam kedua, Umar bin Khattab. Nama aslinya adalah Abdullah Tsani. Pada baris ketiga, disebutkan bahwa ia meninggal karena dirajam (hukuman bagi pezina) oleh ayahnya yang tidak lain adalah khalifah yang bergelar Amirul Mukminin itu. Sebenarnya, sampai di sini cerita ini sudah selesai, hanya saja terdapat banyak pendapat mengenai apa sebenarnya yang melatarbelakangi proses perajaman itu.

Disebutkan bahwa Abu Syamah dirajam sebab perilakunya meminum minuman keras dan berzina, sehingga ia dihukum dan meninggal. Ada juga riwayat yang menyebutkan bahwa Abu Syamah mengikuti sebuah peperangan dan pada suatu malam ia meminum anggur (sebelum menjadi arak) sehingga ia mabuk. Keesokan harinya ia mendatangi Amr bin Ash untuk mendapatkan hukuman, namun pelaksanaannya tidak dilakukan di depan khalayak ramai. Umar bin Khattab yang mengetahui peristiwa itu melalui surat yang dikirim kepadanya lalu menegur mantan gubernur Mesir itu atas hukuman yang tidak dilakukan di depan orang-orang. Maka ketika anaknya itu kembali ke Madinah ia menghukum untuk kedua kalinya dan memenjarakannya hingga meninggal dunia.

Riwayat lain menyebutkan bahwa setelah mengikuti peperangan bersama ayahnya, Abu Syamah diserang penyakit yang tak kunjung sembuh, sehingga ditawarkan untuk berobat kepaada tabib Yahudi. Bukan sembuh yang ia terima, justru tabib itu menipunya. Air yang diberikan olehnya adalah arak yang justru mengantarkannya ke dalam jurang kenistaan. Efek mabuk yang diterima dari arak itu membuatnya melakukan perzinaan secara tak sadar.

Peristiwa memilukan inilah yang mendesak Umar bin Khattab untuk menegakkan hukum Allah tanpa pandang bulu. Ia menindaklanjuti kejadian tersebut dengan memberikan hukuman rajam kepada anaknya dan digelar dihadapan orang ramai. Hal inilah yang mengantarkannya ke gerbang kematian.

Meskipun begitu, kisah Umar bin Khattab dan anaknya, Abu Syamah, telah menjadi bukti sekaligus pelajaran bagi orang-orang yang datang setelah persitiwa ini bahwa hukum Allah harus ditegakkan tanpa tebang pilih. Cinta yang begitu besar sekalipun tidak dapat menurunkan derajat hukum Allah.

Demi pelajaran ini tetap segar dan bisa disaksikan oleh generasi selanjutnya, para penyair dan penyanyi merangkum kisah ini sedemikian rupa dalam syair dan lagu yang digubahnya. Secara tidak langsung, lirik Abu Syamah yang mengiringi tarian Rapai Geleng menghadirkan dua sekaligus: kisah dan ajaran agama islam.

Dengan ini, pertanyaan siapakah Abu Syamah telah terjawab. Sehingga ketika lirik lagu itu didendangkan, baik ketika pagelaran tarian Aceh atau sekadar nyanyian iseng di di jalanan, kita tidak perlu lagi meraba dan geleng-geleng kepala ketika ada yang bertanya.

*Penulis merupakan mahasiswa tingkat 1 Jurusan Lughah Al-Arabiyyah, Universitas Al-Azhar, Kairo

Editor: Muhammad Arief Munandar

Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top