Silaturahmi Lintas Generasi Sekolah Menulis KMA: Dari Berbagi Kisah, Pergantian Amanah, hingga Mie Ayam Tanpa Kuah

(Dok.Pribadi)

Kmamesir.org (11/07/2025) - Suasana akrab dan penuh kehangatan menyelimuti Meuligoe KMA pada Senin (07/07). Sekolah Menulis Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir kembali menggelar silaturahmi lintas angkatan yang mempertemukan penulis-penulis dari berbagai generasi. Selain menjadi ajang temu kangen dan berbagi kesan, acara ini juga sekaligus menjadi momentum pemilihan kepala sekolah baru untuk periode 2025/2026.

Acara dibuka oleh Tgk. M. Habibillah selaku MC, kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari Tgk. Asyifa Raudhatul ‘Ulya, Kepala Sekolah Menulis periode 2024/2025. Dalam sambutannya, ia menyampaikan pentingnya mempertemukan generasi baru dan lama agar semangat kepenulisan terus berlanjut.

“Sudah empat belas angkatan berlalu. Banyak wajah baru yang belum mengenal para pendahulu, dan sebaliknya. Silaturahmi ini adalah jembatan agar semangat itu tidak terputus,” ujarnya. Ia juga melaporkan bahwa pada tahun ini Sekolah Menulis berhasil menerbitkan 20 naskah, sehingga total karya yang telah dihasilkan mencapai 185 judul sejak SM didirikan.

Sambutan berikutnya disampaikan oleh Tgk. Muniruddin Abdullah selaku ureung tuha KMA. Ia menekankan pentingnya menulis sebagai bentuk kontribusi abadi seorang penuntut ilmu. “Ilmu akan hilang jika hanya dilisankan, tetapi akan kekal bila dituliskan. Al-kalāmu fanā’un, wal-kitābatu baqā’un,” ujarnya.

Ia juga mengingatkan bahwa rasa malu yang menghalangi seseorang untuk menulis adalah godaan dari syaitan yang harus dilawan. Menurutnya, tulisan yang lahir dari keikhlasan akan lebih mudah sampai ke hati orang lain. Selain itu, ia juga mendorong agar pengurus baru Sekolah Menulis mulai memikirkan strategi konkret seperti menyusun grafik capaian tahunan, menilai kualitas naskah, dan membuka peluang menulis dalam bahasa Arab.

Ketua KMA, Tgk. Muzakki Adnan, dalam sambutannya menyampaikan bahwa Sekolah Menulis telah menjadi tempat lahirnya banyak penulis baru setiap tahun. Ia mengajak agar para anggota terus mengembangkan potensi dan menjadikan kebiasaan menulis sebagai bagian dari kontribusi dalam dakwah, termasuk di media sosial. “Sekolah Menulis adalah batu loncatan. Setelah dari sini, kembangkan terus. Jangan cepat merasa puas,” pesannya.

Baca juga: Tgk. Muzakki Adnan Terpilih Menjadi Nahkoda Baru KMA Periode 2025-2026

Selanjutnya, sambutan yang penuh refleksi disampaikan oleh Tgk. Muhammad Hudzaifah, Kepala Sekolah periode 2022/2023. Ia mengisahkan perjuangannya dalam menulis saat bergabung dengan SM. “Di Sekolah Menulis, saya sadar bahwa menulis itu sulit, dan saya merasa tidak bisa. Karena merasa berat harus menulis 900 kata sehari, saya butuh kelompok, dan saya jadikan teman-teman sebagai pemantik untuk berlomba dalam kebaikan,” tuturnya.

Menurutnya, SM bukan tentang langsung bisa atau tidak, melainkan tentang lingkungan yang saling mendukung untuk terus menulis. “Mau dipublikasikan atau disimpan, yang penting jangan berhenti. Menulis adalah cita-cita seumur hidup, tak peduli nanti kita jadi apa,” tambahnya.

Setelah rangkaian sambutan dari para pimpinan dan senior, giliran para alumni lintas generasi yang turut menyuarakan kesan dan pesan. Suasana menjadi lebih hangat dan reflektif, diisi oleh ungkapan syukur, kenangan, dan harapan yang terus hidup.

Tgk. Rahmat Musthafa membuka pesannya dengan mengutip petuah dari Buya Hamka—pesan yang seolah menjadi arah kompas bagi perjalanan literasi generasi muda. “Jika ingin menjadi orang besar di masa depan,” ujarnya, “menulislah layaknya seorang wartawan, dan berbicaralah layaknya seorang orator.” Kalimat itu disampaikannya dengan penuh semangat, mengajak hadirin untuk tidak meremehkan kekuatan kata.

Sementara itu, Tgk. Marzhalina menyampaikan pandangannya dengan nada yang tajam namun menggugah. Menurutnya, dunia hari ini tak lagi berperang hanya dengan senjata, tetapi juga dengan narasi. “Mereka yang menyebarkan propaganda menuliskannya dan menyuarakannya ke seluruh dunia. Lalu bagaimana dengan kita—yang berdiri di sisi kebenaran? Sudahkah kita ikut menulis dan bersuara? Jangan biarkan ruang-ruang media dipenuhi oleh mereka yang menyesatkan.”

Selain mereka, alumni lainnya seperti Tgk. Akhar Rivaldy, Tgk. Munawwarah Ishak, Tgk. Muhammad Arief Munandar, Tgk. Maulana Yudistira, Tgk. M. Taufiq Irfani, dan Tgk. Zarvia Liaunillah juga turut menyampaikan pesan masing-masing. Meski berbeda nada dan gaya, satu benang merah yang tampak jelas dari seluruh pesan itu adalah: Sekolah Menulis bukan sekadar tempat belajar menulis, tetapi tempat bertumbuh, menguat, dan mengambil bagian dalam perjuangan lewat pena.

Agenda utama kemudian dilanjutkan dengan pemilihan kepala sekolah baru. Dua kandidat dipilih untuk maju dalam pemilihan: Tgk. Thariq Faiz dan Tgk. Nisa Kamila. Dari total 23 suara yang masuk, Tgk. Thariq Faiz unggul dengan perolehan 20 suara.

(Penyerahan amanah secara simbolis)
Dalam sambutan perdananya, Tgk. Thariq menyampaikan rasa terima kasih atas amanah dan kepercayaan yang diberikan. Ia juga menegaskan bahwa tanggung jawab menjaga keberlangsungan SM tidak hanya berada di tangan satu orang. “Empat belas tahun bukan waktu yang singkat. Akar SM sudah kuat. Tapi akar yang kuat tak bisa berjuang sendirian. Kita semua yang dilahirkan dari rahim SM punya tanggung jawab untuk ikut merawatnya,” tambahnya.

Acara ditutup dengan penyerahan cendera mata sebagai simbolis perpindahan jabatan kepada kepala sekolah yang baru terpilih. Setelah itu, seluruh anggota Sekolah Menulis dari berbagai generasi berkumpul untuk sesi foto bersama—sebuah bingkai sederhana yang menyimpan perjalanan panjang, harapan baru, dan semangat yang tak ingin padam.

Sebagai penutup yang tak kalah dinanti, mie ayam hangat pun dihidangkan. Tanpa kuah, tapi penuh cita rasa. Malam itu, setiap suapan terasa istimewa—mungkin bukan hanya karena rasa, tapi karena teman di sebelah dan obrolan yang mengalir tanpa jeda. Senyum terbit di banyak wajah, mengakhiri silaturahmi dengan kenyang di perut dan hangat di hati.[]

Reporter: Azkia Maulida Salsabila

Editor: Hafizul Aziz

Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top